"Gimana, kalian ada perkembangan ?" tanya Liyora.
Dikta dan Alden menggeleng bersamaan
"emm gua harus pergi dulu, ada urusan sama nyokap" saat ini Dikta harus pergi lebih dulu.
"yah cuka berdua ni?" tanya Alden.
"gua yakin kalian bisa dapet informasi soal Arvin. sorry gua kali ini gak bisa ikut." sahut Dikta yang kini langsung melajukan motornya dalam kecepatan sedang.
kali ini Dikta langsung menuju tmpat yang ia tuju, bukan untuk menemui ibunya melainkan menemui orang lain. "sorry Al, Ra. gua belum bisa bilang soal kebnaran Arvin. masalahnya gua belum yakin dengan apa yang gua denger dari om gua!"
hingga tiga jam lebih Dikta baru sampai, ia memasuki wilayah yang tidak pernah ia datangi karena memang tempat ini cukup jauh.
ia menelusuri tempat tersebut, cukup lama ia mencari sesuatu.
"nama lengkapnya kalo gak salah Arvin Lesmana!" langkah kakinya berhenti, saat itu juga ketika netranya menemukan sesuatu yang ia cari.
"jadi benar? tapi bagaimana bisa Lesya masih memikirkannya? harusnya dia berusaha melupannya bukan!"
setelah mendapati yang ia cari, akhirnya Dikta kembali melajukan motornya menuju ke tempat lain. sesampainya di tempat itu, Dikta masuk ke sebuah rumah pohon. netranya tak lepas dari foto-foto yang menghiasi rumah pohon itu.
"banyak debu, sepertinya memang Lesya tidak pernah datang!"
"om bagas bilang tidak ada yang berani memasuki tempat ini, karena Lesya tidak mengizinkannya. dan tempat ini ada tang menjaganya! tapi dimana mereka!"
"jika tempat ini seberarti itu, iti berari ada sesuatu yang bisa gua temuin."
Dikta berusaha mencari sesuatu, namun ia beeusaha untuk tidak mengubah posisi benda apapun yang ada di tempat itu.
"arrgghh.. gua gak nemuin apa-apa lagi!" hingga akhirnya Dikta memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. namin saat ia menuruni tangga pertama, netranya menemukan sesuatu yang membuat perhatiannya tersita. sebuah perekam suara yang di selipkan di papan dinding rumah pohon.
"apa isinya?" Dikta berusaha untuk mengetahui apa isinya, namun. "sepertinya gua harus isi dayanya lebih dulu! Sorry Sya, gue bawa ini karna gua harus tau apa isinya."
brugh
di tangga terakhir Dikta memilih untuk meloncat hingga menyebabkan suara yang cukup keras.
"woe siapa disana!" suara yang cukup kencang membuat Dikta terkejut .
"ah sial! ternyata tempat ini memang di jaga!" dengan cepat, Dikta menghidupkan mesin motornya dan melajukan dalam kecepatan tinggi.
"untung aja penjaga-penjaga itu gak sempet liyat wajah gua, dan untung aja mereka gak ngejar gua.!"
Dikta menempuh perjalanan hingga larut malam. ketika ia sampai di rumahnya ia memilih langsung mencharger perekam suara tersebut.
"sambil nunggu ni perekam bisa idup lagi, mending gua mandi, lengket banget badan gua!"
seperti tidak sabaran, Dikta menyelesaikan mandinya begitu singkat, dan benar, saat itu perekam suara itu sudah bisa ia dengarkan.
"jadi ini alasan Lesya gak bisa luoain Arvin?!"
💜💜
sementara itu di korea, Saga begitu perhatian dengan Lesya. dari menyiapkan sarapan, Saga juga menemani Lesya di kamar tanpa ada perdebatan seperti yang biasa ia lakukan.
"Saga.."
"hemm...??" Saga menatap Lesya yang saat itu tengah bangkit dari tidurnya. karena memang semenjak kejadian di dalam lif, Lesya masih malas untuk keluar kamar.
"apa kamu belum mengabari pacar kamu? aku lihat dari tadi ponsel kamu bunyi terus, itupasti daei Liyora kan?"
"ya gitulah mba, gua males ngubungin dia sekarang!"
"kenapa bisa gitu?"
"kalo aku angjat sekarang, pasti nanyinya jadi berantem, dan gua males berantem-berantem gitu. mending gua bilang pas kita udah balik nanti, kalo dia marah gua kan bisa bujuk langsung!" Saga menyunggingkan senyumnya.
"dasar tukang gombal, pasti pacar kamu itu udah kena gombalan kamu terus!" Lesya mencibir Saga.
saat itu Lesya turin dari ranjangnya menunju ke dalam kamar mandi, "eh mau kemana mba?"
"mau mandilah Ga, emang kamu gak mau keluar? ini hari terakhir kita disini, aku mau ngabisin waktu di luar! emang kamu gak mau cari oleh-oleh buat temen-teen kamu dan pacar kamu?" tanya Lesya seraya memasuki kamar mandi.
"oh iya bener"Saga lalu bangkit dari duduknya "mba Lesya, mandinya jangan lama-lama gua juga mau mandi" Saga sesikit berteriak.
selang beberapa saat Lesya dan Saga sudah bersiap dan kini Lesya hendak keluar dari kamar hotel. namun Saga menghentikan langkah kaki Lesya dengan bersedekap di hadapannya.
"mba Lesya mau kemana?"
"jalanlah, kemana lagi?"
"mba Lesya gak mau ni ajak aku ke rumah mba yang ada di sini?"
"gak perlu, lagian tempatnya jauh. kita gak ada waktu nanti malam kita harus berangkat ke bandara kan!"
"oke kalo mang jauh, kita gak perlu kesna! tapi, mba Lesya harus ikut aku cari oleh-oleh!"
Saga menarik tangan Lesya, namun karena Lesya yang belum siap, justru badannya menabrak dada bidang Saka yang saat itu di depan pintu kamar mereka. dan secara spontan, Saka memegangi pinggang Lesya agar tidak terjatuh.
Saga yang melihat itu segera menarik Lesya kedekatnya dan menyingkirkan tangan Saka dari pinggang ramping istrinya. "gak usah lama-lama juga kali pegangnya!"
"aku hanya membantu istri kamu Saga! kamu tidak perlu cemburu!" sergah Saka.
"cemburu? hahaha! mana mungkin aku cemburu, kak Saka tau kan aku menikahi mba Lesya itu juga karna kak Saka yang gak tanggung jawab, main nikah sama cewe lain! dan mengharuskan aku nikah sama mba Lesya di hari pernikahan kalian!"
raut wajah Saka kini berubah menjadi terlihat tersinggung dengan ucapan Sagayang main menyeletuk tanpa memikirkan siapapun.
"aku gak mungkin cemburu, apalagi sama dia" Saga terkekeh seraya menatap Lesya hang saat itu berdiri di sampingnya.
"sudahlah, aku harus pergi!" ucap lesya yang melenggang pergi menonggalkan Saga bersama dengan kakak iparnya.
Lesya berjalan dengan sangat cepat 'apa yang aku pikirkan, kenapa tadi aku menyangka dia cemburu? bodoh kamu Lesya! dan kenapa akuharus perduli'
Lesya terus menggerutu saat ia mengingat ucapan Saga yang tidak akan pernah mencemburuinya.
"hei mba, kenapa gua di tinggal si.." Saga duduk di sebelah Lesya yang saat itu tengah memikirkan percakapannya demgan Saka.
"kenapa diem si mba? ini ni malesnya sama cewe tua kaya mba Lesya, dikit-dikit diem!"
"kalau kamu tau aku tua, harusnya kamu bisa bicara lebih sopan denganku!" balas Lesya datar.
"sorry mba gua cuman becanda!" Saga merasa saat ini Lesya tengah mengacuhkannya.
'kenapa kaya gini lagi si, perasaan kemarin sama tadi masih baik-baik aja! kebapa sekarang balik lagi dia nyuekin gua? isshh'
sepanjang hari Saga sibuk mencari oleh-oleh dan Lesya hanya menemaninya, karna memang dia yang lebih tau disana.
_
Pagi itu di sekolahan Liyora menghambur kedalam pelukan Saga. "kami kenapa si gak angkat telfon dari aku Ga?" ucap Loyora di sela oelukannya dengan Saga yang saat itu masih di depan pintu gerbang.
saat itu Saga baru keluar dari dalam mobil yang mengantarnya. "oh ya sayang, tumben kamu di anter supir" ucap Liyora yang melihat ke arah Mobil.
saat itu juga Dikta dan juga Alden datang dengan motor sport yang mereka kendarai.
sraaap..
seseorang membuka kaca jendela mobil, dan saat itu sedikit menundukkan kepalanya supaya bisa melihat orang yang ada di luar. "Saga, nanti kamu harus pulang sendiri, aku tidak bisa menjemputmu karna aku ada meeting di kantor." ucap Lesya.
"santai aja mba, gua bisa naik taksi pulang nanti"sahut Saga
dan setelah itu Lesya kembali melajukan mobilnya untuk pergi ke kantornya.
"sialan lu Ga, lu culik calon istri gua kemana?" Alden memukul badan Saga namun tidak terasa sakit.
"congor lu Al?"ucap Saga.
"kenapa emangnya sayang, kamu gak suka Alden bilang mba Lesya calon istrinya?" Liyora menatap penuh selidik.
"eh enggaklah sayang, ya mana mungkin mba Lesya mau sama playboy kaya Alden!" ucap Saga sedikit gelagapan.
"emang kalian abis pergi kemana ?" sahut Dikta.
"bulan madulah" itulah kata-kata yang tiba-tiba keluar dari mulut Saga.
"bulan madu?" ucap Liyora, Alden dan Dikta bersamaan.
.
.bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments