Liyora mondar-mandir memikirkan Saga yang saat ini sedang berlibur dengan Lesya.
"lu kenapa si Ra, mondar-mandir kek strikaan aja?"
Liyora hanya melirik Alden sekilas dan kini kembali berkutat dengan ponselnya sembari menggigiti Kuku tangannya.
"Al ikut gua, gua harus temuin nyokapnya Saga."
"buat apa?"
"ya nanyain kemana Saga pergilah, yakali nanyain abangnya!" sahut Liyora yang kini mulai kesal dengan Alden.
"lebih baik kita gak usah nyusulin mereka, kita masih belum libue sekolah kan!" ujar Dikta.
"kalo Saga bisa kenapa kita gak bisa, lo taukan gue pacar Saga. jadi gue yakin pihak sekolah akan ngasih izin kok!" Liyora menatap tegas manik mata Dikta.
"apalagi lu bilang kaya gitu, lu bisa langsung di DO dari sekolahan Liyora!"
"ya gak mungkinlah gue si DO!"
"lu lupa Ra, Saga itu udah punya istri. dan jika lo bilang sama pihak sekolah, otomatis orang tua Saga tau. dan mereka akan bikin lu jauh dari Saga!"
'bener juga yang di omongin Dikta, kalo sampek orang tua Saga tau sebelum Saga cerai sama cewe tua itu, pasti gue yang langsung di depak dari kehidupan Saga. bisa gagal dong gue jadi menantu konglomerat!'
"kita coba telfon Saga, pasti Saga bakal ngasih tau alamatnya!" sahut Alden.
"gak usahlah, pasti mereka gak lama kok disana!" ujar Dikta yang kini mendapat tatapan tajam dari Alden dan juga Liyora.
"udah Al, lo hubungin aja Saga siapa tau di angkat!"
tut..tut..
"taek gak di angkat juga ni sama Saga!" Alden menggurutu dan hampir membanting ponselnya, namun ia mengurungkan niatnya karna ingat akan sesuatu."eh untung aja gak gua banting, bisa ilang semua nomor-nomor cewek kenalan gua!"
"ya udahlah mending kita balik aja Al, gak usahlah terlalu mikirin urusan orang lain"
"gak bisa Ta, masalahnya yang sekarang pergi sama Saga itu istri masadepan gua. gua rugi dong kalo sampek Saga ngapa-ngapain Lesya. lu mah enak udah pernah nyicipin tu bibir mba Lesya!"
seketika Dikta yang mendengar ocehan dari Alden, kini bayangan saat Lesya memeluk dan mengecupnya. entah kenapa timbul rasa rindu terhadap Lesya saat itu.
💜💜
Sampai pukul lima sore waktu setempat, Saga belum juga menemukan Lesya. hingga akhirnya ia memutuskan untuk menelfon ibu mertuanya.
"halo ma, mama tau dimana biasanya tempat yang Lesya datangi di sini?"
Saga memang sudah tau Lesya sering pergi ke negara ini, namun ia tidak tau tempat apa yang sering di datangi oleh Lesya saat berada di kota ini.
"ada apa sayang kamu menanyakan ini sama mama? apa ada sesuatu yang terjadi?" ucap nyonya Guntara di seberang telefon.
"oh enggak kok ma, Saga cuman mau kasih kejutan aja sama Lesya. Saga mau ngajak Lesya jalan-jalan mumpung disini!" Saga terpaksa membohongi mertuanya, karna ia tidak ingin mertuanya merasa khawatir.
Dan setelah mendengar alasan yang Saga ucapkan, nyonya Guntara langsung memberi tahukan tempat yang biasa Lesya datangi. dan tanpa menunggu lama, Saga segera pergi ke tempat itu . dan benar saja, saat Saga sampai di sebuah danau yang membeku karena musim dingin ia menemukan Lesya yang duduk termenung di pinggiran danau dengan pakaian yang kurang tebal.
"mba Lesya.." Saga menyentuh pundak Lesya, dan seketika Lesya menoleh ke arah Saga dengan tatapan sendunya.
awalnya Saga ragu untuk menemui Lesya, namun karena melihat pakaian Lesya yang tipis ia akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri Lesya.
"ayo kita pulang mba! gua minta maaf kalo tadi gua bikin mba Lesya marah!"Saga duduk di samping Lesya yang enggan menatapnya dan memilih memandang ke arah danau es.
karena tidak mendapat jawaban, Saga menghela nafas panjang dan kini ia melepas jaket yang ia kenakan untuk menghangatkan tubuh Lesya.
"kamu tidak perlu bersikap seperti ini denganku, aku sudah terbiasa dengan udara dingin seperti ini" yang dari awal Lesya hanya diam,kini ia mulai membuka suara.
"jangan menolak!" sahut Saga seraya membuka kantung makanan yang ia beli disaat perjalanan menyusul Lesya. "makan ini, seharian mba Lesya belum makan kan?!" sambungnya lagi.
"jangan sok tau" ucap Lesya sarkas.
"gua tau mba, karna mba Lesya gak bawa apapun kesini termasuk ponsel dan dompet kan?!"
Saga kini menyodorkan makanan yang ia bawa tepat di depan wajah Lesya. "makan sendiri atau mau gua suapin!"
'sebenernya gengsi mau makan makanan yang dia bawain, tapi emang sehairan ini aku belum makan. aku seperti orang gila disini karena mebgingat kenanganku dengan kamu Arvin!' Lesya akhirnya memutuskan untuk memakannya tanpa di suapi oleh Saga.
tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 waktu setempat. dan semakin malam udara semakin dingin, hingga saat itu Lesya menyadari bahwa Saga saat ini mulai merasa kedinginan karna hanya memakai sweter.
"ayo kita pulang!" ujar Lesya yang kini bangkit dari duduknya.
"hmm baiklah.." sahut Saga seraya berjalan di samping Lesya.
Saga dan Lesya pun bergegas untuk kembali ke hotel yang mereka tempati, namun sayangnya saat ini mereka tidak menemukan kendaraan umum sama sekali. Bahkan salju yang mulai turun membuat mereka semakin dingin.
di daerah tersebut lumayan jauh dari permukiman sehingga sangat sulit mencari kendaraan.
"aduh mba dingin banget gua!" ucap Saga yang mulai menggigil.
Lesya lalu membawa Saga ke sebuah pondok yang ada di tempat itu. Lesya lalu memberikan jaket yang tadi di berikan oleh Saga, dan sekarang ia gunakan untuk membuat Saga lebih hangat.
"mba, ini tempat apaan si kok gak ada orangnya."
"tempat ini memang kosong sejak dulu" ucap Lesya yang saat ini mencoba keluar dari pondok tersebut, namun sayangnnya terjadi badai salju yang mengharuskan ia masuk kembali. "sepertinya kita malam ini harus menginap disini, karna di luar sedang badai salju" lanjutnya lagi
"yang bener aja mba, disini dingin banget, mana gak ada sesuatu yang bikin kita hangat kan?"
"udah diem, yang penting kita bisa aman dari badai kan!"
"ya udahlah terserah." kini Saga mulai memejamkan matanya.
selang beberapa saat,ketika Saga terbangun ia melihat Lesya yang sedang menggigil. "mba, mba Lesya menggigil!"
"udah kamu tidur aja sana" ujar Lesya dengan bibirnya yang bergetar dan sedikit pucat.
"nggak bisa"
Saga lalu mendekat ke arah Lesya dan kini ia memasukan Lesya kedalam pelukannya. saat itu Lesya ingin berontak namun Saga justru mengeratkan pelukannya .
"jangan berontak, kalo gua gak meluk mba Lesya, mba bakal mati beku. lihat mba sampek gigilkan?
Lesya ingin melawan, namun kondisinya saat ini tidak memungkinkan. karna saat ini mendadak ia lemas dan merasakan dingin yang sangat menusuk.
"lagian lu kenapa si mba hobinya bikin gua kesel terus? apa gara-gara cowo yang bernama Arvin itu?"
"kamu diam Saga, kamu tidak tau apa-apa!" lirih Lesya.
Saga yang menyadari kondisi Lesya semakin lemah karna kedinginan, kini ia semakin erat merengkuh Lesya. entah kenapa ia sangat nyaman saat Lesya bersandar di dadanya.
"mba Lesya, gua minta maaf kalo gua bikin lu marah. tapi sumpah mba, gua gak ada niatan buat ngelanggar perjanjian kita. tapi kemaren itu badan gua kerasa panas dan gak tau kenapa gua bisa lakuin itu sama mba"
Lesya lalu mendongak dan begitupun Saga yang melihat ke arah Lesya. "apa seseornag memasukan obat kedalam minumanmu?"
"obat? obat apa yang mba Lesya maksud?"
"sejenis obat perangs*ng mungkin! tapi entahlah, aku tidak ingin membahasnya yang jelas kamu merenggut apa yang selama ini aku jaga!"
"tapi bukannya memang harus gua yang pertama kan mba' karna gua suami mba!"
"aku tau kamu suamiku! tapi kita menikah karna perjanjian kan!"
'mungkin gua beruntung karna gua yang pertama kali ngelakuin itu sama mba! sebenernya gua bingung sama perasaan gua sendiri. kenapa gua gak nyesel sama sekali kita melakukan itu mba!'
namun karna gengsinya yang tinggi Saga pun tak ingin kalah "pasti gara-gara Arvin juga kan mba gak mau berhubungan dengan laki-laki lain?"
"kamu tidak perlu membahas Arvin, Saga! aku tidak suka!"
"lalu apa yang mba suka, berciuman dengan Dikta?"
"aku sudah bilang aku tidak berniat seperti itu Saga!" Lesya mebekankan ucapannya dan kini ia merasa sangat kedinginan sehingga tenggorokannya terasa tercekat.
"memang, memang mba Lesya berniat untuk nyium Arvin kan? gua tau itu mba, gua tau lu itu sangat ingin mencium Arvin. dan si Dikta, Dikta malah diem aja lu cium mba. kalo gua, gua dorong mba Lesyalah. males banget ciuman sama cewe tua kaya mba"
Seketika Saga membulatkan matanya karena mendapat serangan mendadak dari Lesya. Saga tidak menyangka bahwa Lesya akan melakukan hal seperti ini.
"bagaimana jika seperti ini? kenapa kau tidak mendorongku?"
'aku harap dia akan berhenti bicara tentang Arvin, meskipun aku harus melakukan hal ini!'
Saga hanya diam dengan pikirannya sendiri tanpa membalas ucapan Lesya. karena tidak mendapat jawaban dati Saga, Lesya ingin kembali ke posisinya. namun,
Cup
Saga menarik tengkuk Lesya dan kini kembali menguasai bibir Lesya dengan sangat rakus. saat itu Lesya berusaha mendorong tubuh Saga, namun kekangan Saga justru semakin kuat.
cukup lama hingga kini Saga lah yang melepas pagutannya "justru lu kan mba yang sekarang gak mau lepas dari gua?"
memang Lesya awalnya mendorong Saga, namun lama kelamaan ia justru membalas ciuman Saga.
'gua kenapa si gak bisa ngendaliin diri gua? padabal gua gak minum apa-apa! untung aja gua bisa cari alasan biar gua gak ketauan kalo gua emang pengen nyium. lagian kenapa si bibir mba Lesya manis banget' itulah yang ada di benak Saga.
sementara itu Lesya justru merutuki sikapnya yang harusnya tetap menolak malah berganti membalas.
Di tempat lain Saka begitu gusar memikirkan sesuatu. sehingga saat isyrinya mengajaknya makan malam romantis Saka justru tidak terlalu antusias.
"Sayang.."
"iya Lesya kenapa?"
"Lesya? ini aku Ella Saka!" sontak Saka menoleh ke arah Istrinya yang saatbitu terlihat sangat kesal.
.
.
.bersambung.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments
Siti Fatimah
nah loo
2022-07-20
0