Hembusan udara di pagi hari membangunkan Saga, ia melihat sebuah cahaya terang dari balik jendela di rumah kosong yang semalam ia tinggali.
"arrghh, tangan gua.." terasa nyilu di bagian tangannya, karena semalaman di jadikan bantal untuk Lesya.
ketika Saga tengah memperhatikan wajah Lesya, tiba-tiba Lesya mebgerjapkan matanya. ia kembali dengan kesadarannya, saat itu pula Saga memejamkan matanya kembali.
"huh jadi semalam aku tidur di dekapannya, dan tangan ini? apa dia gak akan sakit ya, pasti nanti lengannya akan sakit karna menahan kepalaku" terbesit rasa tidak enak saat ia menyadari bahwa semalaman lengan Sagalah yang menjadi tumpuannya untuk tidur.
"hooaammm..." Saga sengaja menggerak-gerakkan tangannya seperti biasa. "udah bangun mba?" tanyanya sembari mengucek matanya khas bangun tidur .
"apa lenganmu sakit?" Lesya menautkan alisnya dan menatap lekat mata Saga.
"sakit kenapa, emang gua abis kecelakaan? enggak kan!" ucap Saga yang kini membantu Lesya bangkit.
"yakan semalaman lengan kamu menyangga kepalaku!"
"yaelah.. gak bakal kerasa kali mba! lihat, badan mba aja kurus kaya gitu mana ngefek di otot tangan gua" Saga menyunggingkan senyumnya.
"eh mba, kayanya kita udah bisa balik deh, udah gak ada badai dan pasti akan ada kendaraan umum yang lewat kan?"
Kini Saga dan Lesya memutuskan untuk keluar dari tempat itu dan segera mencari kendaraan umum untuk mereka tumoangi menuju hotel.
"mba itu kayaknya taksi deh" Saga segera memanggil taksi tersebut. setelah taksi tersebut berhenti, mereka langsung menunjukkan kemana tempat yang mereka tuju.
setelah menempuh waktu beberapa menit, kini mereka telah sampai di hotel dimana mereka menginap selama di negara itu. dengan langkah gontai Lesya berjalan menuju ke kamarnya, sedangkan Saga masih membayar taksi yang mereka tumpangi.
dan saat itu Lesya masuk lif terlebih dulu tanpa menunggu Saga yang ada di belakangnya. "woy mba Lesya, kok gua di tinggalin isshh.." Saga menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena merasa di perhatikan banyak orang di lantai dasar hotel.
Saat itu Saga berhenti tepat di depan pintu lif yang sudah tertutup, akhirnya ia harus naik tangga untuk menuju kamarnya karena ia tidak sabar ingin merebahkan tubuhnya yang merasa pegal terlebih di lengan sebelah kirinya.
saat Saga berada di tangga menuju kamarnya, ia bertemu Saka dan juga Ella yang sedang menuju lantai bawah.
"Saga, dimana istrimu?" tanya Ella yang saat itu menggandeng lengan Saka.
"mba Lesya tadi naik lif, gua malah di tinggalin. ya udah gua naik tangga aja! balas Saga dengan sikap bodo amatnya.
"kau bilang apa Saga? Lesya naik lif?"
"iya naik lif! emang kak Saka gak denger yang aku katakan tadi?"
"astaga, lif itu rusak Saga!" Saka lalu melepas pegangan daei Ella dan berlari menuju lif.
"Lesya.. kau dengr aku?" Saka menggedor-gedor pintu lif namun ia tidak mendengar apapun.
Saka melihat ke arah Saga yang berdiri di sampingnya, "sudah berapa lama Lesya di dalam lif Saga?"
"sekitar 15 menit lebih kak! aku akan menelfon pihak hotel!"
tidak menunggu lama pihak hotel datang dengan tim yang akan menyelamatkan Lesya.
"pak tolongin istri saya pak, dia sudah lama berada di dalam!"Saga terlihat sangat cemas.
"baik! sekarang lebih baik anda mundur, kami akan mengeluarkan istri anda"
"pak tolong cepat sedikit" tambah Saka.
"ih ya udahlah mereka lagi berusaha, kalian gak usah lebay deh ngekhawatirin Lesya!" ketus Ella yang saat itu merasa kesal karena suaminya terlalu memikirkan Lesya.
"dengar kakak ipar, didalam ada istri gua! mana mungkin gua biarin gitu aja hmm??" Saga menatap tajam Ella yang saat itu mendadak menciut. " dan kenapa tidak ada peringatan di ointu lif supaya tidak ada korban seperti ini?" Saga menatap manager hotel yang ada disitu.
"maaf pak, kami lalai! kami akan menebusnya!" manager hitel tersebut terlihat takut melihat kemarahan dari Saga.
"sebelum istri saya keluar, kalian lebih baik menyiapkan tim medis untuk menolong istri saya nanti! saya yakin kalian tau maksud saya kan?" lagi-lagi Saga mencecar pihak hotel.
"kami sudah menyiapkannya pak, mohon anda tenang."
"iya Saga, lebih baik kamu tenang! kita tunggu sampai Lesya berhasil di selamatkan."
kraakk
akhirnya pintu Lif berhasil di buka, dan benar saja! saat itu Lesya sudah terkapar di lantai lif yang sudah tidak sadarkan diri. dengan sigap Saga mengangkat tubuh Lesya dan ia bawa kedalam kamarnya. disana dokter yang sudah disiapkan segera menangani Lesya.
"tolobg kalian keluar dulu, biar dokter yang menanganinya." ucap suster.
"mereka saja yang keluar, saya akan menemani istri saya sampai dia sadar."
"baiklah jika anda ingin menemani istri anda, harap yang lain bisa tunggu di luar." saat itu Saka dan Ella segera keluar dari kamar tersebut.
"dok, pasien kesulitan bernafas dok.."
tim medis segera memasang alat bantu pernapasan. " dok denyutnya lemah" tambahnya ladi.
"dok tolong selamatkan istri saya dok!"
Saga menggenggam jemari Lesya dan selang beberapa saat akhirnya denyut Lesya kembali normal dan kini nafasnya pun kembali normal.
Dokterpun sudah pergi meninggalkan kamar tersebut, dan saat itu pihak hotel mengucapkan permintaan maafnya dan setelah kembali keluar.
"bagaimana keadaan Lesya, Saga?"
"dia masih belum sadar kak!" jawab saka, namun pandangannya tak lekang dari Lesya yang terlihat pucat pasi.
"sayang, ayo kita pergi.. kita sudah menundanya gara-gara wanita ini. ini benar-benar membuang waktu kita kan!' ucap Ella manja.
"lebih baik kau bawa istri pilihaanmu itu kak Saka. jika dia tidak bisa menghargai nyawa orang lain, setidaknya dia tidak bicara sembarangan tentang istriku yang sedang berjuang hidup!" ucap Saga yang kini melirik ke arah Ella dan Saka.
"ikut aku Ella!" Saka menarik Ella keluar dari kamar Saga dan Lesya dengan raut wajah yang mulai meradang.
setelah kepergian Saka dan Ella, Saga kembali menatap Lesya yang belum sadarkan diri dengan infus di tangan kirinya. "mba, kenapa si mba? kita ini disini mau bulan madu yang harusnya kita seneng! tapi kenapa sekarang mba Lesya seperti ini?".
"maafin gua mba, gua gak bisa jadi suami yang baik! gua gak ngejagain mba Lesya dengan baik." Saga mencium punggung tangan Lesya, dan kini tangannya mengusap lembut wajah Lesya.
"hemmm Saga.." Lesya mulai tersadar dan menatap Saga dengan mata sayunya.
"untung saja lu segera sadar mba Lesya!" Saga lalu memeluk Lesya dengan erat.
"hei.. aku kira aku tidak akan melihat wakah menyebalkanmu lagi tadi."
"ssttt.." Saga meletakkan jari telunjukknya di bibir Lesya.
"sekarang mba Lesya istirahat. aku akan memijitmu"
"tidak perlu Saga, apa kau pikir aku setua yang kau pikirkan segingga harus kau pijat seperti ini hmm?" suara Lesya masih lemah namun menanggapi Saga.
"sudahlah lupakan ucapanku itu, mba Lesya masih terlihat seumuran denganku!"
sontak hal itu membuat Lesya tersenyum, dan saat itu juga Saga menatap lekat Lesya dengan airmuka yang sulit di artikan.
-
setelah meninggalkan kamar Saga dan Lesya, Saka membawa istrinya kembali ke kamar mereka yang berada di sebelah kamar Adiknya.
"Saka lepaskan, kau mencengkeram lenganku. sakit!" Ella menarik lengannya paksa daei Saka.
"aku kesakitan dan kau malah tidak memperdulikan aku!" sambungnya lagi.
"bbaru seperti itu kai sudah kesakitan! apa kau tidak membayangkan yang di alami Lesya tang terjebak di lif dan hampir meregang nyawa?"
"lagi-lagi kau menyakitiku karena wanita sialan itu hmm?" Ella memekik dan membulatkan kedua matanya.
"jangan memperkeruh keadaan Ella!"
"harusnya wanita itu mati di dalam sana! dengan begitu kau tidak akan mengacuhkanku!"
Saka sudah mengangkat tangannya dan hampir saja menampar Ella, namun ia berhasil menahannya dan kini ia memilih memukul dinding.
"kenala kau tidak jadi menamparku hmm? aku yakim kau seperti ini karena pengaruh dari wanita brengs*k itu."
"diam Ella! jangan memancingku atau.." Saka menghentikan ucapannya dan mengacak rambutnya frustasi.
"atau apa?atau apa hmm?" Ella semakin meninggikan suaranya.
"atau aku akan menceraikanmu!"
Bagai petir yang mebyambar, Ella tidak membayangkan lelaki yang dulu sangat memujanya sekarang bisa berbicara seperti itu terhadapnya.
.
.bersambung.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 276 Episodes
Comments