Sekuat-kuatnya seorang wanita pasti akan ada suatu titik terendah dalam hidupnya.
Bagi seorang istri tentu suami adalah tumpuan dan tujuan hidupnya, tapi semua itu akan berbalik jika suami memiliki ratu lain dalam kerajaan rumah tangga.
Kini bagi Velia sudah tak ada harapan lagi untuk bertahan dalam bahtera rumah tangga yang sudah hancur.
Velia duduk di tepi ranjang, pandangannya menatap nanar setiap sudut ruangan yang menyimpan banyak kenangan baginya.
Dengan langkah berat Velia berjalan sembari membawa koper berisi beberapa pakaian dan dokumen pribadinya.
Velia ikut duduk di samping pria yang akan menjadi mantan suaminya.
"Apa ini pilihan mu?!," tanya Revan.
"Tentu, apa ada alasan yang kuat untuk aku bertahan?," ucap Velia lesu.
"Aku!, selama aku mencintaimu tidak akan ada yang berubah!," jelas Revan.
"Ini lah yang aku takut kan, jika cinta itu sudah tidak ada bukan kah akan membuat lukaku semakin dalam!," Velia terus menatap mata Revan mencari kebenaran dari sana.
"Aku sempat berfikir ingin menjadi manusia paling egois untuk meminta mu meninggalkan wanita itu, tapi aku tidak bisa membiarkan anakmu kehilangan sosok ayah!," lanjut Velia.
Revan tak kuasa menahan tangisnya, ia menggenggam erat kedua tangan Velia dan sesekali menciumnya.
"Aku tahu kau bahagia bersama mereka Revan, raut wajah mu tidak bisa membohongi semua itu!. Bukankah itu yang kamu inginkan karena sampai saat ini aku belum bisa memberikan mu seorang anak," ujar Velia yang langsung mendapatkan pelukan erat dari Revan
"Lepaskan aku Revan, aku mohon!." mendengar ucapan itu Revan menguatkan pelukannya seakan tidak ingin melepaskan Velia.
Velia hanya terdiam tanpa membalas pelukan Revan. Setelah di rasa cukup akhirnya Revan melepas pelukannya.
"Baiklah aku tidak akan menahan mu," ucap Revan. Velia menganggukkan kepala lalu pergi dari rumah itu.
Beberapa minggu telah berlalu berharap Velia merasa lebih baik selama tinggal bersama orang tuanya namun sakit itu tidak bisa hilang begitu saja.
Melihat kedua orang tuanya tengah duduk santai di ruang keluarga, Velia melangkah ke arah mereka.
"Mama!, Papa!,'' ucap Velia lalu bergelayut manja di antara mereka.
''Aku ingin ke suatu tempat untuk liburan siapa tahu dapat jodoh baru!,'' ujar Velia dengan gelak tawa.
''Haha dasar janda genit!," balas Shela sembari mentoyor kepala putri semata wayangnya itu.
''Apapun yang ingin kamu lakukan, lakukan saja yang penting kamu bahagia. Papa tidak ingin mengekang mu lagi seperti dulu,'' terang Gio Selkova.
''Horee!! otw cari sugar daddy!!.'' Velia berlari riang menuju kamarnya.
''Heeeyyy!!,'' sela Gio.
''Bercanda pah,'' balas Velia terus berlari.
Kedua orang tua Velia saling memandang dengan senyuman bahagia akhirnya putri mereka mulai membaik beberapa hari terakhir ini.
Shela sudah berencana jika saja putrinya belum kembali seperti biasa ia akan memanggil temannya yang seorang psikiater.
''Kita hanya bisa mendukungnya untuk tetap kuat menghadapi ini,'' ucap Gio lalu menepuk-nepuk tangan istrinya.
Shela dan Gio terperangah melihat putrinya keluar kamar sudah berpakaian rapi dan cantik sambil membawa koper tak lupa polesan make up tipis membuat penampilannya lebih segar.
''Ve!!!? kamu mau pergi sekarang juga!!?,'' ucap Shela.
''Tadi Ve udah ngomong sama papa dan mama kan?'' Velia merasa bingung dengan kedua orang tuanya.
''Yah nggak harus sekarang juga dong!, kamu bilangnya baru beberapa menit lalu,'' Shela menepuk jidat.
''Sudah, sudah, biarkan dia pergi.'' Gio bangun dari duduknya lalu memeluk Velia yang di susul Shela.
''Udah jangan terlalu bahagia, aku pergi dulu.'' Velia melepas pelukan orang tuanya, di luar sebuah mobil siap mengantarkannya menuju bandara.
---
Di sebuah gedung pencakar langit terlihat seorang pria dengan tergesa-gesa masuk ke ruangan.
Braakk. Seorang pria membuka pintu dengan kasar.
''Tuan Deon ada kabar buruk!!,'' dengan nafas tak beraturan pria itu langsung meletakan dokumen di atas meja.
''Ckckck, tak sopan! keluar sana lalu kembali lagi!'' gertak Deon.
''Tapi tuan, udah terlanjur tak bisa kah untuk kali saja, ini lebih dari sangat penting,'' mohon Jovi.
Deon menghela nafas. ''Baiklah ada apa?!,'' tanya Deon sambil mengecek dokumen yang di bawa Jovi.
''Tuan beberapa investor kita mengundurkan diri dari proyek terbaru kita,'' jawab Jovi dengan serius.
''Mereka telah memberikan kita kompensasi atas pengunduran sepihak ini, informasi yang saya dapatkan mereka pindah ke Trias Group Tuan,'' lanjutnya.
Deon memijit pelipisnya. ''Siapkan keberangkatanku sekarang juga!!.'' Deon bangun bersiap pergi ke negara B.
''Saya sudah menyiapkannya Tuan, kita bisa pergi sekarang Tuan!,'' Jovi membantu membawa beberapa dokumen penting di dalam tas.
Mereka keluar bersama menuju loby. Sebuah mobil mewah sudah siap menunggu Tuan nya.
Selama perjalanan Deon hanya memandang keluar jendela, ia tahu lawan bisnis nya kali bukan orang sembarangan.
Bebeda dengan Jovi yang sibuk dengan ponsel nya yang tidak berhenti berdering dari tadi.
''Tuan ada masalah dengan jet pribadi anda, kita harus menunggu sampai sore nanti Tuan,'' Jovi menoleh ke belakang menunggu jawaban Tuan nya.
''Pesan kelas bisnis yang berangkat sekarang!, aku tidak mau di tunda-tunda lagi!,''
''Baik Tuan.'' Jovi langsung menghubungi pihak maskapai. '' Tuan 20 menit lagi pesawat berangkat.
Mobil mewah itu berhenti di depan loby khusus VIP. Dengan setelan jas mahal membuat pesona seorang Deon semakin meningkat.
Mereka berjalan masuk ke dalam pesawat.
Deon duduk di dekat jendela sedangkan Jovi dengan setia duduk di samping Tuan nya.
Tak jauh dari mereka terlihat seorang wanita cantik berambut panjang duduk di sisi jendela lainnya.
Wanita itu terlihat memandang keluar jendela dengan raut wajah datar dan tatapan kosong.
Deon memperhatikan wanita itu sedari tadi, untung saja ia memakai kaca hitam sehingga tidak mencolok.
''Aku seperti pernah melihatnya!,'' Deon mengerutkan alisnya beberapa detik kemudian ia mengingatnya.
Deon menarik sudut bibirnya ''Wanita Aneh,'' gumamnya.
Merasa ada yang memperhatikannya Velia pun menoleh dengan santainya Deon berpura-pura sibuk dengan ponselnya.
Tanpa curiga Velia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Beberapa hari ini ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Jovi yang tenang dalam diam ternyata memperhatikan tingkah bosnya. Dia pun menoleh ke arah Velia.
''Ppfffttthhh!.'' Jovi menutup mulutnya menahan tawa.
''Cantik bos!.'' ucap Jovi sedikit berbisik.
''Diam kau!!.'' ketus Deon.
''Aku siap membantumu bos!,'' goda Jovi menaik turunkan alisnya.
Deon mengambil earphone lalu memasangkannya ke Jovi.
''Tidurlah!!, kau akan kerja berat setelah tiba di sana nanti!,'' perintah Deon.
''Kalau ternyata aku yang bekerja kenapa bos ikut!?,''
''Aku bosnya,'' jawab Deon penuh percaya diri.
Jovi memutar bola mata jengah, dia salah bertanya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Triple.1
semangat kakakkk
2022-03-23
1
~✿♡noona_yoon⁹³¹♡
uwuuuuu! semangat kak upnya
2022-03-22
2