Malam berganti pagi. Sebuah mobil mewah datang menjemput mereka berdua. Tak hanya Satu, tapi Lima mobil mewah yang membuat semua orang terpana. Bahkan, Om Agung menatapnya tanpa berkedip.
"Itu, mobilmu?" tanya Om Agung.
"Temen-temen. Yang hitam itu, baru mobil saya, Om." jawab Iam, dengan menunjuk sebuah mobil hitam diantara yang ada.
Om Agung, sebagai orang yang bekerja dibagian otomotif, faham betul dengan mobil itu.
"Pajaknya aja, bisa buat beli Satu mobil." gumamnya.
Iam pun mengajaknya naik menemui para sahabatnya. Ia pun tak segan membawa Om Agung berkeliling sejenak dengan mobilnya.
"Om suka?"
"Ya suka lah. Tapi ini bagaikan mimpi yang tak mungkin terdaki. Karena terlalu tinggi."
"Kalau mau, ambil aja. Punya saya masih ada."
"Ngawur kamu. Meski kamu kasih mobil ini sama Om, Om ngga bakal terima."
"Lah?"
"Ya, pajaknya bisa buat beli mobil. Mending buat yang lainnya."
Ucapan polos itu di sambut tawa renyah Iam. Entahlah, Ia merasa nyaman di tengah kejujuran dan kepolosan yang mereka miliki.
Lila keluar dengan koper besarnya. Ditemani Bu Marni dengan wajah sedihnya. Meski sempat tertahan, mkment perpisahan itu akhirnya terjadi padanya.
"Resiko punya anak perempuan. Jadi, harus siap kapanpun ditinggalkan." ucap Bu Marni.
"Bu, Lila ngga jauh. Nanti bakal sering main kesini kalau Mas Iam izinkan."
"Baiklah... Kamu, hati-hati disana." pesan sang Ibu padanya.
Iam dan Lila pun pamit. Mereka pergi dengan mengurai senyum di bibir masing-masing. Menuju tempat, dimana mereka akan membina rumah tangga dan lebih saling mengenal karakter masing-masing.
"Lila kenapa diam?" tanya Iam.
Ia yang tengah menyetir, terganggu dengan Lila yang hanya diam dan melamun. Tak ada sedikitpun senyum dari bibirnya, bahkan hingga perjalanan hampir selesai.
"Mas, kita tinggal dimana?"
"Di Apartemen. Kan aku sudah bilang. Aku punya apartemen di tengah kota. Dulu, niatnya mau ku tempati dengan mantan calon istriku. Tapi gagal."
"Kalau Mas punya apartemen, kenapa tinggal di hotel lama sekali?"tanya Lila lagi.
"Entahlah... Mungkin, itu cara Tuhan. Mempertemukan kita. Meski, dengan cara yang kurang baik."
Lila mengangguk, dan Iam pun kembali mengenggam tangannya dengan erat.
Mereka kini telah tiba di sebuah gedung apartemen mewah. Dan Iam segera membawa istrinya itu untuk naik ke atas dan menuju apartemen miliknya.
" Wow... Gede banget, Mas."Lila tercengang.
Apartemen itu memang hanya Satu lantai. Tapi, bangunannya begitu luas dan mewah. Sofa mahal yang tersusun begitu rapi, ruang makan yang di buat kecil tapi begitu nyaman. Dan, Iam kemudian menarik tangan Lila menuju kamar mereka.
"Astaga... Kamarnya aja segede rumah Ibu, Loh ini." kagumnya.
"Ini semua milikmu. Atur sesuka mu jika kamu masih janggal dengan susunannya. Itu hakmu sebagai nyonya rumah disini."
"Mas.... Aku..."
"Hey, tak ada alasan. Kau istriku sekarang. Kita tumbuhkan cinta itu sama-sama, mulai dari sekarang."
Lila melompat dan memeluk Iam dengan begitu erat. Rasa kagum itu begitu kuat, dan Ia pun berjanji akan menumbuhkan rasa itu sesegera mungkin.
"Mulai besok, aku akan kembali aktif bekerja. Dan sekarang, aku ke kantor untuk mengurus jadwal. Kau tak apa, ditinggal sendiri?"
"Takut sih, tapi..."
"Akan ku kirim Aul untuk menemanimu nanti. Kau tunggu saja." ucap Iam di pipi mulus sang istri.
Ia kemudian pergi, dengan meninggalkan segala uang yang Ia miliki. Ia tak ingin, jika istirnya kelaparan hanya karena menunggunya pulang. Dan meminta Lila memesan makanan yang Ia inginkan.
Tapi Lila tak begitu. Ia justru aktif memasak, dengan semua bahan yang tersedia di kulkas besar itu.
"Hari pertama jadi Ibu rumah tangga. Harus rajin, supaya suami makin cinta." ucap Lila, dengan segala semangat yang ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
мєσωzα
enteng banget ngomongnya.. berasa lagi ngasih permen 😅
2022-08-11
1
L
semangat lila ,raih cinta suamimu 💪🏻💪🏻
2022-08-11
0
Satriawanty Meitridwi Irwansyah
nih i'am calon mantu kesayangan emak dimasa depan...anak emak reader ini namax lila loh😁😁pas lah menantu idaman.
2022-08-01
1