Iam melemparkan handuk yang dipakai Lila di lantai. Ia memeluk tubuh itu dengan erat, dan perlahan membaringkannya di ranjang. Lila hanya pasrah, lalu memejamkan mata ketika Iam kembali aktif di tubuhnya yang kini tanpa sehelai benangpun.
Rintiihan demi rintiihan tercipta didalam ruangan yang kecil itu. Tak ada ac, hingga mereka benar-benar bermandi keringat kali ini. Meski, Iam belum sama sekali memulai dengan menenggelamkan semua ke dalam syurganya.
"Mas, pelan..." ucap Lila. Terkejut menatap sesuatu yang begitu besar keluar dari sarangnya.
Wajar, jika Lila sedikit takut sekarang. Karena malam itu begitu gelap dan Lila dalam posisi setengah sadar.
Lila mencengkram ujung sepray nya dengan begitu kuat. Ketika Iam mulai menenggelamkan juniornya. Masih sakit, tapi tak sesakit saat itu karena mereka sama-sama menikmati.
Iam mulai menggerakan tubuhnya mengikuti Irama yang Ia buat sendiri. Sembari terus melahap tubuh Lila yang terpampang nyata di dihadapannya. Lila hanya bisa terpejam dengan segala yang Iam berikan padanya.
Lila memekik, berkali-kali serasa tak tahan dengan hujaman yang diberikan Iam. Beberapa kali menggelinjang hebat, membuat Iam semakin gemas padanya. Ia pun memompa semakin cepat, hingga terasa rahim Lila semakin hangat Ia rasakan.
Permainan selesai, Iam menarik nafasnya panjang lalu mengecup Lila dengan begitu hangat. Ia kemudian berbaring disebelahnya, menyelimuti tubuh Lila yang penuh keringat.
Terdengar suara ceburan air dari kamar mandi. Membangungkan Lila dari lelap lelahnya. Ia mencari sang suami, yang sudah tak ada di ranjangnya.
"Mas, mandi?" panggil Lila.
"Iya, kenapa?"
"Ngga papa." Lila kemudian duduk, dan menutupi tubuhnya dengan selimut hingga setinggi dada.
"Sudah bangun?" tanya Iam. Dan Lila hanya mengangguk padanya.
"Mau mandi sekarang atau nanti? Atau, mau dimandikan?" goda Iam.
"Engga... Biar mandi sendiri aja." Lila takut jika Iam masih akan melakukannya lagi. Pasalnya, masih terasa begitu perih meski sudah yang kedua kali.
Iam mengecup kening Lila, lalu keluar bergabung dengan yang lain.
"Iam, Ibu mau bicara sebentar." panggil Bu Marni.
Iam menghampiri, dan masuk ke sebuah ruangan bersama mertuanya itu.
"Iya, Bu, kenapa?" tanya Iam.
"Bu Marni hanya diam, lalu menunjukkan isi amplop yang di berikan Dona padanya.
" Sebanyak ini?" tanya Bu Marni.
Ia begitu terkejut, melihat isi amplopnya adalah uang senilai Seratus juta dan sebuah kalung emas Sepuluh gram.
"Itu, sebagai penghargaan untuk Lila yang telah masuk ke keluarga kami." jawab Iam.
"Ibu simpan saja, karena untuk Lila, Iam sudah sediakan sendiri. Ibu tak usah khawatir dengan dia, karena telah menjadi tanggung jawab Iam sepenuhnya."
Bu Marni faham, ketika anak perempuannya menikah, maka Ia pun akan siap kehilangan. Meski kini telah menggenggam uang yang cukup banyak, tapi Ia merasa begitu hampa.
" Mungkin, karena ini terlalu cepat. Sehingga aku belum siap melepas gadis kecilku satu-satunya."batin Bu Marni.
Iam kemudian keluar, membantu yang lain membereskan sisa pesta. Untung saja, Om Agung pun ramah padanya, hingga Iam dapat menyesuaikan dengan kondisi di sana.
" Terimakasih, atas bantuan yang telah di berikan. Kalian semua begitu baik, meski kalian tak pernah mengenal saya." ucap Iam, ketika semua berbaris dan pekerjaan selesai.
Iam kemudian meraih dompetnya. Ia mengeluarkan beberapa uang merah, dan membagikannya pada mereka semua.
Om Agung hanya terbelalak, menatap keroyalan Iam pada mereka semua. Tak menyangka, jika Iam adalah pria kaya.
"Kamu?"
"Maaf, bukan bermaksud tak jujur. Tapi, saya anak pemilik Wiratama Group."
"Astaghnfirullah..." Om Agung mengelus dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riaratna Sari
bhahahaha om agung bukan'a bersyukur eh malah istighfar 🤣🤣🤣
2023-04-05
0
👙⃝᜴ᵍᵉᵐᵇᶦᶫ👻ᴸᴷ
semangat 💪
2022-09-08
0
*~W¥^ Al~*
jangan jantung ya om
dan jangan pula jadi matre..
2022-08-29
0