Pemasangan tenda secara mendadak di depan rumah Lila. Para tetangga mulai berdatangan untuk sekedar membantu persiapan. Mendadak, dan sangat mengejutkan. Tapi mereka semua tak terlalu mau tahu apa alasan dibalik itu semua. Hanya beberapa, yang menduga-duga tanpa bertanya.
"Hamil duluan mungkin. Biasa, namanya kerja di hotel. Pasti ada sampingan." ujar seorang tetangga yang memang sering membicarakan orang lain.
"Jangan asal bicara Bu Titik. Lihat aja besok." tegur Bu RT padanya.
Bu Tatik kemudian diam, kembali aktif untuk membantu persiapan. Tak banyak, karena Iam telah membayarkan Catering untuk pestanya esok hari.
"Assalamualaikum..." ucap beberapa orang yang datang.
"Waalaikumsalam, siapa ya?" tanya Bu Marni.
"Kami, sahabat Ilham. Mai ketemu Lila, ada?" tanya Lala.
"Oh, iya.... Ayo masuk." Bu Marni pun. Mengantar Lala masuk ke kamar Lila yang sederhana. Bahkan, nyaris tak ada hiasan kamar pengantin disana.
"Lila?" panggil Lala.
"Ya, saya. Kalian?"
Lala menghampiri, memeluk dan mengecup pipinya kanan kiri.
"Kami sahabat Iam. Sengaja datang kesini buat bantu kamu. Kenapa kamarnya kosong?" tanya Dea.
"Ehm, ngga papa. Mau ke salon ngga sempet. Mendadak soalnya." ucap Lila, malu-malu.
Dhea kemudian menggelengkan kepalanya. Ia kemudian meraih Hp, dan menelpon beberapa orang untuk menolongnya.
"Lila, kami mau bantu kamu mempersiapkan pernikahan. Iam yang kirim." ucap Lala, sembari mempersiapkan alat pemasangan Hena untuk sang calon pengantin.
Tak ada yang dapat dikatakan lagi. Lila hanya terharu menerima semuanya. Iam ternyata sangat perduli padanya, meski masih jauh dari sebuah kata cinta.
" Kalian, kerjanya diluar deh. Gue mau otak atik kamarnya. Masa begini?" usir Dea.
"Ta-tapi....."
"Udah, ngga usah tapi-tapi. Semua masuk ke tagihan Mas Iam." Lala menggandeng tangan Lila, dan membawanya keluar kamar.
Bersyukur sekali lagi, karena para sahabat Iam begitu perduli padanya. Bukan tipe orang yang hanya bisa melihat kesalahan.
"Karena gue tahu, kalian ngga sengaja. Tapi, gue hargain ketika kalian mau mempertanggung jawabkan perbuatan kalian. Cepet kasih keponakan, ya?" goda Lala padanya.
Lila hanya bisa kembali mengangguk. Apalagi, Lala merias tangannya dengan begitu cantik. Bahkan, kamarnya pun tengah di rias oleh para teman yang lain.
" Mereka tak kenal, tapi sebaik ini." kagum Lila.
Hari semakin larut. Kamar telah siap meski dengan riasan seadanya. Mereka menggunakan bahan yang ada, untuk memperindah kamar itu. Tak hanya di kamar, di luar pun seperti itu.
"Lila, kami pulang dulu. Kamu istirahat, jangan sampai besok kecapean." ucap Dea.
"Mba, makasih ya? Padahal, aku belum terlalu kenal kalian. Tapi...."
"Calon istri Iam, itu sahabat kami. Jadi jangan sungkan. Andai semua terencana dengan baik, pasti akan lebih indah dari ini." Lala mengusap bahu Lila.
Mereka pun pulang, meninggalkan calon mempelai wanita dengan semua rasa harunya. Bahagia, meski kadang masih gamang. Hanya dala waktu seminggu, Ia akan segera di nikahi Iam.
" Terimakasih, Mas." ucap Lila untuk kesekian kalinya.
Sedangkan disana, Iam tengah menghafal ijab qabulnya. Dengan begitu sungguh-sungguh dan berusaha fokus dengan Satu nama.
"Yang ku hafal kala itu adalah, seorang Dona Nirmala. Dan mendadak, harus menghafal nama indah ini dalam ikrarku."
Tak menyangka sama sekali, tapi Ia begitu serius kali ini.
"Tidurlah, besok kesiangan." tegur Raja.
"Iya, bentar. Malah insomnia begini, gimana mau tidur."
"Loe ngebayangin apa? Ngebayangin malam pertama? Kan udah." ledek Alex.
"Eh, ngawur! Tapi, besok akan lebih indah pastinya. Kan.... Udah sah." khayak Iam, menatap langit-langit kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
мєσωzα
seneng banget sahabatnya iam nerima lila dengan baik.. terharu ih 🥺🥰
2022-08-11
1
L
ke ingat waktu masih muda2 dulu 😁😁😁
2022-08-11
0
Nana
senengnya punya sahabat kyk sahabat2 Iam. Lila kamu beruntung banget
2022-06-24
3