Mereka duduk, dalam keadaan diam. Hanya Iam, yang tampak begitu gelisah menunggu keputusan. Meski Ia tahu, tak mungkin Bu Marni mengatakan tidak untuk pernikahan mereka.
"Bu.... Hari sudah malam." tegur Lila.
"Besok, kalian temui Bapakmu. Meski begitu, dia harus jadi walimu. Kecuali, jika dia menolak. Dan Tuan Ilham...."
"Panggil saja Iam, Bu." ucapnya, berusaha akrab.
"Ya... Masih punya orang tua?" tanya Bu Marni.
"Saya punya Papi, Ibu tiri, dan adik kandung. Oma saya jauh, dan mungkin akan datang jika saya undang." jawab Iam.
"Setidaknya, perkenalkan mereka pada kami. Meski kamu lelaki, tapi hormati keluargamu."
"Ba-baik..." ucap Iam.
Bu Marni pun melangkahkan kakinya lunglai. Ia menuju ke kamar untuk mengistirahatkan diri. Bahkan, Ia lupa untuk menutup warungnya.
"Gimana?" tanya Lila.
"Apanya?"
"Mau nikahnya. Jadi ngga?"
"Ya, jadilah. Kan udah dapat restu, meski terpaksa. Besok, Saya bawa kamu ketemu orang tua saya." ucap Iam dengan sangat yakin.
"Dan setelah itu, ketemu Bapak. Siap-siap, karena mungkin Bapak akan sedikit aneh menurutmu."
"Kenapa?"
"Ehm, besok saja aku cerita. Hari sudah larut dan... Aku akan menutup toko. Maaf." ucap Lila.
Ia pun berdiri, meninggalkan Iam yang masih duduk untuk menutup toko manisan milik Ibunya. Ia mengangkat beberapa beban berat, seperti gas dan galon, serta masih banyak lagi. Iam, dengan sigap ikut membantu calon istri dadakannya itu.
"Kau, tak langsung pulang?"
"Mana mungkin, aku meninggalkan calon istriku bekerja seperti ini." ucap Iam, membuat sedikit haru di hati Lila.
Rolling pun di tutup oleh Iam, dan Lila menguncinya. Iam menatapnya dengan senyuman, yang di rasa begitu manis bagi Lila yang pertama melihatnya.
"Aku pamit. Besok, persiapkan dirimu, dan aku akan menjemputmu pagi-pagi." ucapnya, semakin ramah.
"Iya..." jawab Lila membalas senyumnya.
Tangan Iam mengusap kepala dan rambut Lila, sebagai tanda perpisahan. Degup jantung Lila menjadi begitu cepat, bahkan kaki nya terasa gemetar.
"Ini, sentuhan tulusmu. Disertai senyuman manis yang menghangatkan. Apakah, hingga seterusnya akan seperti ini?" tanya Lila dalam hati.
Ia pun menggenggam tangan Iam, dan mendaratkannya di pipi. Getaran yang sama pun Ia rasakan. Dan Ia segera pergi setelah mendapat anggukan dari Lila. Menaiki mobilnya yang Ia parkir di ujung jalan gang sempit itu.
Setelah Iam pergi. Lila masuk ke rumah dan mengunci pintunya. Terfikir olehnya, untuk menghampiri sang Ibu. Tapi, pintu kamarnya di kunci dengan rapat. Rasa bersalah kian menggelanyut, tapi Ia juga tak ingin mengganggu Ibunya malam ini.
"Ibu pasti sakit. Ibu pasti kecewa. Maafin Lila, Bu. Tak bisa menjaga kepercayaan yang Ibu berikan pada Lila. Andai bisa mengulang waktu, pasti Lila akan lebih teliti lagi dalam bekerja." sesalnya.
***
"Aul, apa apa kabar, sayang?" sapanya, pada sang Adik lewat telepon.
"Kakak? Aul kangen banget sama Kakak. Kakak kemana aja?" tanya Aul, dengan sangat bahagia.
"Kau bahagia, karena Kakak menghubungimu?"
"Jelaslah. Kapan Kakak pulang, Aul kangen."
"Besok. Kakak akan pulang, bersama calon istri Kakak." ucap Iam.
Tampak wajah Aulia begitu terkejut. Antara percaya atau tidak, karena Ia fikir Iam akan begitu sulit move On dari Mama tiri mereka. Dan ternyata, Ia akan pulang bersama calon istrinya.
"Aul, akan bilang sama Papi. Supaya besok, menyambut Kakak di rumah. Mama Dona pun, akan menyambut Kakak bersama calon Kakak ipar. Pasti itu." ucap Aul dengan rasa haru dan bahagianya.
"Baiklah, kamu tunggu saja." ucap Iam, lalu mematikan teleponnya.
"Ya, setelah sekian lama, akhirnya aku pulang dan bertemu dengan mereka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Lina Maulina Bintang Libra
semoga mama tiri Ilham g gg hub mereka lg
2022-12-14
0
Dia Jeng
deg2 nunggu respon keluarga nya
2022-09-22
0
мєσωzα
iam gentleman banget.. semoga kedepannya dia tetap begitu🥰
2022-08-11
0