Sore terus berganti langit berwarna oranye membentang luas matahari semakin menurun dan hari berganti malam Putri menikmati manisnya suasananya . Sekelompok burung-burung sibuk beterbangan menuju rumah masing-masing sebelum langit berubah gelap seluruhnya.
Di tutupnya jendela lalu tak lupa gorden sebagai menutup kaca jendela bercat coklat, semua kamar memiliki jendela masing-masing, kamar Putri terletak paling belakang dan beruntungnya Putri bisa memandang dengan bebas bibir pantai yang nampak memanjakan mata.
Duggg
Duggg
Duggg
Putri terkejut setengah mati mendengar gedoran pintu kamar nya , Putri meloncat melewati ranjang tinggi miliknya.
Wajah panik sembari menahan ngilu di punggungnya.
" Ss sebentar". Ucapnya sembari menghela nafas dalam.
" Putri , cepat buka pintunya ". Teriak nyaring khas suara Emi.
" Iya kak". Ucapnya sembari membuka kunci.
Pintu terbuka nampak Emi tengah menahan emosi , kedua tangan ia letakkan di atas pinggang.
" Sini ikut aku". Ucapnya sembari menarik paksa tangan Putri.
" Kak". Ucap Putri namun tak di hiraukan oleh Emi.
Hartono yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari menggulung kain sarung yang melilit pinggangnya merasa heran apa yang sedang terjadi , Putri yang kesakitan Emi dengan wajah kesal.
" Heeiii ". Tegur Hartono.
Emi menoleh , ia tidak menyadari jika ayahnya tengah mengawasi mereka.
" Bapak". Ucapnya pelan.
Hartono mendekat degup jantung Putri terasa kencang , begitu juga dengan Emi tangannya terasa dingin tertunduk mereka dalam diam. Dengan tatapan menyelidik Hartono memandang 1 per 1 wajah anaknya.
" Apa yang kalian lakukan, Put apa Emi memaksamu? ". Tanya Hartono pada keponakannya.
" Ayah , Emi tidak memaksa". Ucapnya menyela.
" Diam Emi bapak tidak bertanya dengan mu". Ucapnya cepat .
Putri masih diam , wajah tertunduk dan degan jemari yang saling meremas.
" Put , dengar paman?".
Putri mendongak dengan wajah panik , takut ia sala menjawab .
" Apa kakak mu memaksa mu? ".Tanya nya sekali lagi.
" Emmm , bukan begitu paman mungkin kak Emi mau memberi tau Putri sesuatu tapi kak Emi menariknya sedikit kencang". Ucap Putri sedikit tak enak.
Hartono kembali menatap ke arah putrinya.
" Emi , bisa kamu jelaskan sama bapak , kenapa kamu menarik Putri , kamu ingat kan kalian itu bersaudara kenapa selalu ribut hah?". Tanya Hartono sedikit geram.
" Ada apa sih mas , teriak-teriak terus bikin sakit kuping tau gak sih". Ucap Farida menyusul sembari memegangi kedua telinganya.
Hartono menoleh sebentar lalu diam tak menanggapi .
*
*
*
*
Semakin larut nampak semua anggota keluarga sedang menikmati acara siaran televisi , Putri sejenak melupakan masalahnya dengan Emi , paman dan bibi duduk bersebelahan sedangkan Putri, Emi dan juga Danu duduk di bawah beralaskan tikar donat yang Putri buat menjadi cemilan malam sembari bersantai .
Jika dari luar jendela mereka nampak begitu harmonis dalam kehangatan , ibu dan ayah yang duduk berdekatan yang terlihat begitu harmonis dan anak-anak yang terlihat rukun duduk bersilah bersama sembari tertawa.
Danu menguap lalu mengucek matanya pelan lalu sedikit meregangkan tangannya .
" Pak , Bu Danu ke kamar dulu ya , udah ngantuk". Ucapnya pelan sembari bangkit dari duduknya.
" Iya , besok kamu harus sekolah kan?". Tanya Hartono pada putranya.
" Emmm".
" Emi , kau juga harus tidur , besok kau juga sekolah". Ucap Farida melirik jam bulat yang menggantung di dinding atas .
" Iya Bu". Ucapnya pelan lalu pergi menuju kamarnya.
" Bibi , paman Putri juga mau tidur". Putri menyusul.
" Iya , besok biar paman yang mengantar mu juga Danu , seragam sekolah mu nanti biar bibi yang ambilkan di kamar Emi". Ucapnya sembari melirik ke arah Farida.
Hhuuff
Hela nafas bibi Farida terdengar berat , entahlah ia setuju atau tidak dengan keputusan yang paman buat yang pasti kini Putri sudah resmi akan melanjutkan pendidikannya atas dorongan sang paman .
" Merepotkan saja". Ucapnya lirih sembari berlalu menuju kamar putrinya.
* Flashback
" jadi hanya gara-gara putri lupa menyiapkan alat tulis mu , kamu menariknya dengan paksa ? Astaga Emi , kau sudah SMA apa itu pantas hah lagi pula yang sekolah itu kamu bukan Putri". Ucap Hartono geram dengan jawaban Emi.
" Sudahlah mas apa-apa sih kamu ". Ucap Farida tak terima anaknya di bentak.
Hartono menggeleng lalu menatap putri dengan lekat .
" Put , mulai besok kamu juga harus bersekolah , paman akan mendaftar mu , kau jangan permasalahkan biaya , sekarang paman sudah bekerja dan lebih menguntungkan dari pada saat kita di kota B ". Ucap Hartono mengejutkan semua .
" Mas , kenapa tidak kita bicarakan dulu ". Ucap Farida .
" Bicara dengan mu pun percuma kau tak akan setuju , sudah kau hanya perlu diam di rumah toh kalau Putri juga sekolah kamu tidak akan kerepotan mengantarkan jemput Danu sendirian , kalau masih butuh bantuan anak-anak akan membantu sepulang sekolah". Ucap Hartono berusaha tenang.
" Tapi paman , Putri tidak apa kok kalau tidak lanjut sekolah , putri bisa di rumah membantu bibi". Ucapnya tak enak dengan raut bibi Farida.
" Sudah kau menurut saja bibi mu sudah setuju . Bukan begitu Bi?" Tanya Hartono pada istrinya.
" Hmmm". Deheman sang istri menandakan ia tak bisa menolak.
Selesai
>>>>>>>>>>>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Novi Riyanti
suka skli ceritanya,semangat ya thour satu tangkai mawar buat mu...sucses sll.💪💪💪
2022-06-01
2