Episode 20

Sore terus berganti langit berwarna oranye membentang luas matahari semakin menurun dan hari berganti malam Putri menikmati manisnya suasananya . Sekelompok burung-burung sibuk beterbangan menuju rumah masing-masing sebelum langit berubah gelap seluruhnya.

Di tutupnya jendela lalu tak lupa gorden sebagai menutup kaca jendela bercat coklat, semua kamar memiliki jendela masing-masing, kamar Putri terletak paling belakang dan beruntungnya Putri bisa memandang dengan bebas bibir pantai yang nampak memanjakan mata.

Duggg

Duggg

Duggg

Putri terkejut setengah mati mendengar gedoran pintu kamar nya , Putri meloncat melewati ranjang tinggi miliknya.

Wajah panik sembari menahan ngilu di punggungnya.

" Ss sebentar". Ucapnya sembari menghela nafas dalam.

" Putri , cepat buka pintunya ". Teriak nyaring khas suara Emi.

" Iya kak". Ucapnya sembari membuka kunci.

Pintu terbuka nampak Emi tengah menahan emosi , kedua tangan ia letakkan di atas pinggang.

" Sini ikut aku". Ucapnya sembari menarik paksa tangan Putri.

" Kak". Ucap Putri namun tak di hiraukan oleh Emi.

Hartono yang baru saja keluar dari kamar mandi sembari menggulung kain sarung yang melilit pinggangnya merasa heran apa yang sedang terjadi , Putri yang kesakitan Emi dengan wajah kesal.

" Heeiii ". Tegur Hartono.

Emi menoleh , ia tidak menyadari jika ayahnya tengah mengawasi mereka.

" Bapak". Ucapnya pelan.

Hartono mendekat degup jantung Putri terasa kencang , begitu juga dengan Emi tangannya terasa dingin tertunduk mereka dalam diam. Dengan tatapan menyelidik Hartono memandang 1 per 1 wajah anaknya.

" Apa yang kalian lakukan, Put apa Emi memaksamu? ". Tanya Hartono pada keponakannya.

" Ayah , Emi tidak memaksa". Ucapnya menyela.

" Diam Emi bapak tidak bertanya dengan mu". Ucapnya cepat .

Putri masih diam , wajah tertunduk dan degan jemari yang saling meremas.

" Put , dengar paman?".

Putri mendongak dengan wajah panik , takut ia sala menjawab .

" Apa kakak mu memaksa mu? ".Tanya nya sekali lagi.

" Emmm , bukan begitu paman mungkin kak Emi mau memberi tau Putri sesuatu tapi kak Emi menariknya sedikit kencang". Ucap Putri sedikit tak enak.

Hartono kembali menatap ke arah putrinya.

" Emi , bisa kamu jelaskan sama bapak , kenapa kamu menarik Putri , kamu ingat kan kalian itu bersaudara kenapa selalu ribut hah?". Tanya Hartono sedikit geram.

" Ada apa sih mas , teriak-teriak terus bikin sakit kuping tau gak sih". Ucap Farida menyusul sembari memegangi kedua telinganya.

Hartono menoleh sebentar lalu diam tak menanggapi .

*

*

*

*

Semakin larut nampak semua anggota keluarga sedang menikmati acara siaran televisi , Putri sejenak melupakan masalahnya dengan Emi , paman dan bibi duduk bersebelahan sedangkan Putri, Emi dan juga Danu duduk di bawah beralaskan tikar donat yang Putri buat menjadi cemilan malam sembari bersantai .

Jika dari luar jendela mereka nampak begitu harmonis dalam kehangatan , ibu dan ayah yang duduk berdekatan yang terlihat begitu harmonis dan anak-anak yang terlihat rukun duduk bersilah bersama sembari tertawa.

Danu menguap lalu mengucek matanya pelan lalu sedikit meregangkan tangannya .

" Pak , Bu Danu ke kamar dulu ya , udah ngantuk". Ucapnya pelan sembari bangkit dari duduknya.

" Iya , besok kamu harus sekolah kan?". Tanya Hartono pada putranya.

" Emmm".

" Emi , kau juga harus tidur , besok kau juga sekolah". Ucap Farida melirik jam bulat yang menggantung di dinding atas .

" Iya Bu". Ucapnya pelan lalu pergi menuju kamarnya.

" Bibi , paman Putri juga mau tidur". Putri menyusul.

" Iya , besok biar paman yang mengantar mu juga Danu , seragam sekolah mu nanti biar bibi yang ambilkan di kamar Emi". Ucapnya sembari melirik ke arah Farida.

Hhuuff

Hela nafas bibi Farida terdengar berat , entahlah ia setuju atau tidak dengan keputusan yang paman buat yang pasti kini Putri sudah resmi akan melanjutkan pendidikannya atas dorongan sang paman .

" Merepotkan saja". Ucapnya lirih sembari berlalu menuju kamar putrinya.

* Flashback

" jadi hanya gara-gara putri lupa menyiapkan alat tulis mu , kamu menariknya dengan paksa ? Astaga Emi , kau sudah SMA apa itu pantas hah lagi pula yang sekolah itu kamu bukan Putri". Ucap Hartono geram dengan jawaban Emi.

" Sudahlah mas apa-apa sih kamu ". Ucap Farida tak terima anaknya di bentak.

Hartono menggeleng lalu menatap putri dengan lekat .

" Put , mulai besok kamu juga harus bersekolah , paman akan mendaftar mu , kau jangan permasalahkan biaya , sekarang paman sudah bekerja dan lebih menguntungkan dari pada saat kita di kota B ". Ucap Hartono mengejutkan semua .

" Mas , kenapa tidak kita bicarakan dulu ". Ucap Farida .

" Bicara dengan mu pun percuma kau tak akan setuju , sudah kau hanya perlu diam di rumah toh kalau Putri juga sekolah kamu tidak akan kerepotan mengantarkan jemput Danu sendirian , kalau masih butuh bantuan anak-anak akan membantu sepulang sekolah". Ucap Hartono berusaha tenang.

" Tapi paman , Putri tidak apa kok kalau tidak lanjut sekolah , putri bisa di rumah membantu bibi". Ucapnya tak enak dengan raut bibi Farida.

" Sudah kau menurut saja bibi mu sudah setuju . Bukan begitu Bi?" Tanya Hartono pada istrinya.

" Hmmm". Deheman sang istri menandakan ia tak bisa menolak.

Selesai

>>>>>>>>>>>>>>>>

Terpopuler

Comments

Novi Riyanti

Novi Riyanti

suka skli ceritanya,semangat ya thour satu tangkai mawar buat mu...sucses sll.💪💪💪

2022-06-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!