Episode 3

Nampak dari kejauhan Hartono yang mengendarai motor bututnya, sembari menyapa tetangganya yang berlalu lalang.

Sesampainya di pekarangan rumah , Hartono memarkirkan motornya di bawah pohon jambu yang sedang berbunga lebat.

Biasanya jambu yang sudah besar akan di petik dan di jual ke pedagang rujak atau di buat es jambu lalu di jajakan di sekolah anak-anak nya.

" Farida , farida ". Panggil Hartono pada istrinya.

Masih belum ada sahutan dari dalam.

" Kemana dia". Nampak Hartono memutari rumahnya mencari istrinya.

Ternyata yang ia cari sedang duduk di depan tv dengan volume yang cukup keras, sehingga panggilan Hartono tidak terdengar.

" Farida". Panggil nya lagi.

" Ada apa mas ,apa kau tidak melihat ku sebesar ini . Aku sedang sibuk". Ucap wanita berumur tiga puluh lima tahun itu.

" Kamu ini ,suami pulang bukanya menyambut atau menyiapkan kopi malah sibuk sendiri ". Keluh Hartono pada istrinya.

Prangggg...

" Farida melempar remot tv yang sudah di ikat dengan karet hingga hancur berkeping hingga pecahannya berserakan di atas lantai abu .

Lalu ia berdiri mendekat ke arah suaminya dan meninggalkan baskom yang berisi kol dan wortel yang hendak ia potong untuk membuat bakwan.

" Mau mu apa Mas , pulang-pulang marah tidak jelas " . Dengan nada tinggi Farida berbicara pada suaminya dengan tangan yang ia letakkan di pinggang.

Hartono menarik nafasnya yang nampak berat berulang kali.

" Kamu itu seorang istri Rida , mana tanggung jawab mu melayani ku , sekedar membuat kopi pun kamu tidak pernah".

" Aku ini suami mu , aku kepala keluarga di sini . Aku bekerja siang malam untuk kalian . Tolong hargai aku sedikit ". Teriak Hartono yang sudah tersulit emosi.

" Letakkan dulu sayuran mu , sedari tadi apa yang kamu kerjakan ? Menonton gosip artis papan atas yang sedang naik daun ! ".

Ucap Hartono masih dengan nada emosi.

" Memang apa yang aku kerjakan, aku memang sedang menonton tv , apa salah jika aku menonton".

" Sudahlah Mas, hanya membuat kopi saja kau permasalah kan juga , biasanya Mas juga bisa membuatnya sendiri ". Ucap Farida tanpa salah.

" Uang yang Mas kasih saja masih kurang , bagaimana aku ingin menghargai mu Mas ". Ucap Farida lalu membalikkan badannya.

Hartono tidak habis pikir, bagaimana ia harus memberi pengertian pada istrinya. Semua uang yang ia kumpulkan habis entah kemana , barang-barang yang tidak penting semua di beli dengan alasan gengsi .

" Astaga Farida , tidak kah kamu bisa bersyukur , bagaimana jika aku sudah tidak bisa bekerja lagi, mau kau anggap apa aku ini ".

Keluh Hartono pada istrinya.

" Bapak". Panggil Danu anak laki-laki nya yang berlari dari arah dapur.

" Dari mana saja kamu ". Geram Hartono pada putranya.

" Di mana Emi dan Putri". Tanya Hartono.

" Aku tidak tahu". Jawab Farida masih dengan posisi yang sama .

" Alasan saja kamu, mana mungkin kamu tidak tahu". Ucap Hartono.

" Bapak mencari Emi , maaf pak Emi baru pulang " . Seru Emi dari luar .

" Dari mana kamu Emi , berkumpul dengan teman-teman mu dengan alasan mengerjakan tugas kelompok , bapak sudah sering katakan pada mu Emi, bersikap lah lebih bertanggung jawab.

" Kamu sudah besar Emi, sudah lima belas tahun, tidak kah kamu berniat menolong Ibu mu di rumah , sekedar mencuci piring kan kamu bisa .

" Jangan selalu mengandalkan tenaga orang lain " . Jawab bapak pada Emi".

Emi diam tak bergeming, memang sedari pagi memang dirinya keluar rumah dengan membawa tas selempang miliknya . Emi bilang ingin mengerjakan tugas kelompok. Tapi sampai jam lima sore barulah dirinya pulang.

" Masuk " Ucap Hartono pada Emi dan juga Doni.

Emi masuk dengan sedikit menyeret adik laki-laki nya tanpa mengeluarkan suara .

" Farida apa kamu juga tidak tahu Putri sedang berjualan di pasar, apa kamu juga tidak tahu kalau Putri sedang sakit". Ucapnya.

" Bambang memberi tahu ku di pangkalan tadi jika Putri pingsan , dia yang membawa Putri ke puskesmas pasar . Mau di taruh di mana muka ku Farida, di mana , kamu sebagai bibi nya saja tidak bisa merawat keponakan mu sendiri".

" Dia keponakan mu , cuma kamu yang Putri punya . Tidak bisa kah kamu merawatnya dengan baik".

Hartono berucap lalu memijit kepalanya yang mendadak pusing.

" Awas kau putri , lihat saja bagaimana kamu mendapat hukuman ".

Ucap Farida dalam hati".

_____

Selamat membaca,

Semoga suka dengan cerita Putri.

Beri saran jika ada kata yang kurang mengenakan 🙏

Terpopuler

Comments

여보❥⃝•ꨄ︎࿐

여보❥⃝•ꨄ︎࿐

Bibinya ngesyelin buanget dech, gak punya rasa kasihan apa...

2022-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!