Episode 4

" Assalamualaikum".

Ucap Putri lalu melepas sendal lusuh yang selalu melekat di kaki nya yang terlihat kumuh karena seharian berjualan di pasar tradisional.

" Wa'allaikum sallam Put ".

" Kamu sudah pulang Put ?". Tanya Hartono lalu mengusap pucuk kepala Putri.

" Iya paman ". Ucap Putri dengan senyum kecil lalu beranjak masuk menuju dapur.

Putri berjalan sedikit terburu-buru takut jika pamannya menanyakan hal lain. Takut Putri salah jawab dan bibi Farida akan memarahinya lagi. Namun saat baru saja Putri hendak melangkah .

" Apa bibi Farida mu yang menyuruh mu untuk berjualan Put?". Tanya paman Hartono dengan sedikit memelankan suaranya.

Sontak Putri kaget lalu menghentikan langkahnya dan sedikit berpikir mencari alasan .

Ingin sekali rasanya Putri untuk jujur tapi lebih takut lagi jika harus menerima amarah bibi Farida.

" Tiii...tidak paman , ini memang putri yang memintanya, bibi juga sudah melarang putri tadi , tapi putri menolak ". Ucap Putri bohong .

Hartono tidak mengajukan pertanyaan lagi , ia pun tahu jika keponakan nya sedang menutupi nama bibinya.

Farida yang sedari tadi berdiri di belakang gorden lusuh pembatas ruang tamu dan dapur tersenyum sinis dengan kedua tangan bersedekap di atas perutnya.

" Ya sudah paman , putri mau ke dapur dulu ". Ucap Putri berpamitan . Hartono hanya menanggapi dengan anggukan kepalanya lalu kembali berjalan keluar rumah menggunakan sepeda motor nya.

Walaupun putri keponakan istrinya , Putri sudah di anggap seperti anaknya sendiri pikirnya , tapi bagi Farida Putri hanya penambah beban mereka .

Di rumah ini Paman Hartono lah yang sedikit berbelas kasih kepadanya , mungkin karena putri tidak memiliki siapa-siapa lagi selain mereka .

" Bi , in".

" Ikut kesini ". Bibi Farida menarik kasar pergelangan tangan Putri hingga Putri sedikit meringis sakit.

" Bi, tangan Putri sakit". Ucap Putri memohon.

Farida lalu menghempaskan genggaman tangan nya .

" Apa kamu sengaja hah, kamu sengaja pura-pura pingsan di tengah pasar supaya orang kasihan pada mu ?". Tanya bibi Farida dengan tatapan yang sangat menakutkan . Bibi Farida menggambil sapu lalu memukul Putri tanpa ampun.

" Ttii..tidak bi, sungguh, Putri tidak bermaksud begitu".

" Ampun bi , sakit". Rintih Putri meminta ampun.

Hiks hikss...

" Maaf kan Putri bi". Ucapnya lagi sembari menahan perih di punggungnya. Sudah di pastikan lebam di punggungnya.

Bibi Farida membanting sapu yang berada ditangannya .

" Malam ini tidak ada jatah makan malam untuk mu , harusnya kamu bersyukur bibi mau menampung mu ". Ucap bibi Farida.

" Lanjutkan ini , awas kalau tidak selesai". Ucap bibi Farida meletakkan baskom yang berisi kol dan wortel .

Bibi Farida berlalu meninggalkan putri yang terduduk di atas lantai abu-abu.

Hiikkksss ,, Hiikkksss ,

Tangis Putri pecah , air mata Putri tumpah tanpa permisi. Sakit , perih , lelah begitu terasa .Hati putri teramat sakit saat tubuh dan fisiknya di hajar habis-habisan.

Brruukkk ...

Lagi , tugas yang belum juga Putri kerjakan sudah di tambah lagi satu kerjaan.

" Cuci ini , Cepat !!".

" Ingat jangan sampai Paman mu tahu dan awas saja jika mengadu ". Ucap bibi Farida dengan sedikit berbisik.

Bingung, mana yang harus Putri kerjakan dulu , lantai kotor penuh debu, tumpukan piring kotor yang belum tersentuh mungkin sejak pagi tadi ,baskom berisi sayuran yang harus segera di selesaikan dan juga baju kotor yang baru saja bibi Farida lempar meminta untuk segera di kerjakan.

Hikkss hiikkssss....

Nenekk...

Hikss , apa salah Putri nek , kenapa mereka seperti itu .

Nenekk , huuuuu..

Adu putri sembari menatap atap berharap semua keluh kesahnya di dengar oleh neneknya.

Ya walaupun mustahil untuk Putri mendapat jawaban .

******

Selesai sudah tugas yang harus di kerjakan , Putri berjalan dengan sedikit terseok karena tubuhnya sudah sangat terasa lelah.

Entah karena kelelahan atau memang putri yang tidak melihat jalan tiba-tiba putri menabrak pintu yang di buka dari dalam rumah.

Bbrruukkkk....

" Put , kamu baik-baik saja?". Tanya paman Hartono.

" Iya paman , maaf putri jalan tidak melihat". Ucap Putri dengan sopan lalu menegakkan tubuhnya .

Tidak mau pamannya tahu , dan takutnya akan menjadi semakin sakit jika harus di hukum lagi.

" Dari mana kamu?". Ucap paman Hartono yang melihat keringat putri yang masih belum surut.

" Itu, Putri baru selesai membantu bibi menjemur baju di belakang paman". Ucap Putri.

" Kamu sudah makan ?".

Melihat langit yang sudah sangat gelap. Sudah jam delapan rupanya. Tanpa sadar Putri karena sibuk mengerjakan tugas dari bibinya.

" Sudah paman , tadi paman sedang pergi membeli rokok ". Jawab Putri pada paman Hartono.

" Putri pamit ke kamar dulu paman". Pamit Putri dengan sedikit memaksa wajahnya untuk tersenyum.

Putri berlari kecil menuju pintu kamar nya yang berdekatan dengan dapur.

Krreetttt...

Suara khas pintu kayu dengan engsel yang sudah mulai berkarat .Putri mengambil baju lusuh yang berada di dalam lemari kayu kecil tak berpintu itu , hanya kain tipis lah yang Putri gunakan untuk menutupi bajunya dari debu.

____

Salam sayang dari Mama kecil ❤️

Semoga suka cerita Putri ya

Jangan lupa like nya 🤗

Salam sayang 💌 semoga harimu menyenangkan 🥰.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!