Senja berganti malam , angin malam berhembus sedikit kencang , Putri duduk memandang jauh ke tangah laut yang di terangi lampu-lampu para nelayan yang hendak mencari nafkah untuk keluarganya.
Putri menyendiri seolah telinganya sengaja di buat tuli mendengar kegaduhan Danu dan juga Emi yang saling berebut alat tulis .
Ya , sesuai keinginan Farida , Putri harus merelakan masa mudanya untuk menuntut ilmu. Matanya terpejam menikmati setiap luka yang tergores di dalam dirinya , rasa marah kadang ingin sekali ia lontarkan , namun sayang itu hanya angan-angan kosong . Nyatanya mulutnya selalu tertutup rapat saat dirinya harus di caci oleh anggota keluarga nya.
Bulan menggantung berhias bintang-bintang kecil yang nampak berkilau .
Tok
Tok
Tok
Ketukan pintu membuyarkan semua nya , pikirannya melayang di atas langit kini kembali lagi ke dasar bumi. Menjadi Putri yang penurut tanpa menuntut.
Putri berjalan mendekat ke arah pintu , jendela kamar sengaja ia biarkan di buka .
Ceklekk.
" Iya paman".
" Belum tidur?". Tanya Hartono lembut .
Putri tersenyum sembari menggeleng kecil , cahaya kamar dengan lampu putih redup seolah menyamakan dengan suasana hatinya . Hartono tahu jika keponakan nya sedang menyembunyikan kecewanya , dengan sedikit basa-basi Hartono mengajak putri berkeliling di pinggiran pantai dengan jaket yang melekat di tubuhnya.
" Putri masih memikirkan ucapan bibi?". Tanya Hartono memecah keheningan.
" Tidak paman , Putri juga tidak keberatan dengan ucapan Danu . Justru putri bersyukur bibi juga paman masih mau merawat Putri ". Ucapnya sembari tersenyum manis.
" Aku iri paman". Batin Putri tanpa berbohong.
Paman Hartono berhenti , menunjuk 1 batang pohon yang sudah tumbang . Duduk mereka sembari bercerita , menyamarkan kesedihan keponakannya .
Sejenak Putri melupakan masalahnya. Pamannya seolah pandai membagi waktu untuk istri dan anaknya , tawanya terdengar renyah Hartono menceritakan bagaimana dulu ia kecil , bermain bersama temannya dan hampir saja ia tenggelam karena memaksa berenang ke tengah laut tanpa memperdulikan keselamatan nya.
" Paman dulu juga bendel ya". Ucap Putri kembali terkekeh.
" Ya begitulah anak laki-laki pit , paman dulu juga pernah di kejar anjing saat ingin pulang dari rumah teman , tepatnya di tikungan yang tak jauh dari situ". Ucap paman Hartono menunjuk 1 tikungan yang sedikit tajam juga sedikit menurun.
" Lalu , apa yang paman lakukan?". Tanya Putri penasaran .
" Paman memanjat pohon kelapa sampai sore". Ucap nya sembari tertawa.
" Paman tidak terlalu lama disini dulu , paman harus ikut orang tua paman ke sebuah desa sampai bertemulah paman dengan bibi mu". Ucap Hartono menoleh lalu mengusap pucuk kepala Putri dengan lembut.
Putri membalas senyuman namun raut wajahnya kini kembali pias 1 pertanyaan kini berkecambuk di dalam kepala nya .
Hening , mereka diam menikmati suasana pinggiran pantai , deburan ombak dengan laut gelap membentang Putri tertunduk menyusun kata yang pas untuk mengawali pembicaraan.
" Paman". Panggil Putri lirih.
" Hmm". Lalu menoleh kerah Putri.
" Putri tidak sengaja mendengar pembicaraan paman dan bibi tadi . ". Diam sejenak Hartono masih mengamati m nunggu kelanjutan .
Putri menghela nafas dalam-dalam lalu mendongak tepat ke arah wajah Hartono.
" Boleh paman ceritakan kenapa bibi sangat membenci Putri dan . Apa maksud paman tentang kesalahan ibu? ". Putri bertanya dengan sungguh.
Hartono memandang dengan melas , wajah kurus kusam namun b gitu manis di pandang dengan atasan rambut panjang yang tergerai. Tangannya terulur membenahi anak rambut yang menghalangi pipi tirus yang sangat mirip dengan kakak iparnya.
" Ya , paman akan menceritakan nya untuk mu , tapi tidak untuk malam ini ". Ucap Hartono melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Putri tersenyum lalu mengangguk.
" Terima kasih paman , putri tunggu janji paman untuk bercerita".
" Iya , ayo kita pulang sudah mulai dingin kamu bisa sakit mati".
Mereka pulang dengan sedikit suasana berbeda . Ada debat dalam diri Putri menunggu pamannya menepati janji padanya . Akhirnya ia akan tahu tentang ibunya .
Ceklek.
pintu di tutup , jendela pun kini sudah rapat , gorden merah bergaris pun kini telah tertutup rapat di depan jendela.
Putri merangkak naik ke atas ranjang menyambut mimpi indah seperti harapan kehidupan nya.
>>>>>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments