Episode 14

Pagi menyapa deburan ombak dengan angin yang berhembus kencang menyapa pipi Putri , kini ia berdiri di depan pintu kayu bercat putih , matanya menyapu pemandangan di belakang rumah baru mereka.

Matahari mulai terbit, langit pun perlahan mulai terang , nampak beberapa nelayan sibuk menurunkan hasil tangkapan mereka di sambut anak-anak seusianya yang berlari mendekat pada perahu kecil tak jauh dari tempatnya berdiri.

" Put". Panggilan bibi Farida sembari menggulung daster di pinggangnya.

" Iya Bu". Jawab Putri mendekat .

" Hari ini kau boleh bersantai , berhubung kita baru pindahan jadi kau tidak perlu memasak ". Ucap bibi Farida lalu meninggal Putri.

Bak angin segar yang menyeruak di wajahnya , senyumnya mengembang , tak menyia-nyiakan kesempatan Putri bergegas masuk ke dalam lalu mengambil kantong kresek yang di masukkan dalam plastik besar.

" Bibi , putri mau pamit sebentar". Ucap Putri pada bibinya.

putri bergegas keluar rumah namun sayang belum juga kakinya melangkah Emi sudah be teriak mencarinya.

" Putri, put putrii". Teriak Emi nyaring.

Hufff.

Putri menghela nafas sesak lalu beranjak menuju arah suara.

" Ya kak". Ucapnya dengan suara lemah.

" Bantu aku membereskan baju". Ucap Emi dengan enteng.

Farida menyunggingkan senyuman sinis , matanya menyipit sebelah .

Putri melipat baju Emi dengan perasaan kecewa , bibirnya diam rapat tangannya sibuk membereskan baju namun tidak dengan perasaannya, kecewa pada diri sendiri kenapa ia tidak bisa menolak setiap apa yang di perintahkan .

" Bu , Danu lapar". Ucap Danu sembari merengek.

" Ayo ikut ibu , kita beli makanan di warung sana".Ajak Farida pada anak laki-laki nya.

Farida berjalan sembari menggandeng tangan Danu , senyum ramah pada tetangga barunya seolah memperkenalkan diri.

" Wahh , ada tetangga baru". Ucap ibu warung sembari memasukkan pesanan Farida.

" Iya Bu , saya baru saja pindah semalam". Ucap nya dengan sangat ramah.

" Ini anaknya Bu? ".

" Iya , ayo Danu Salim dulu". Tutur Farida begitu lembut.

" Pinter". Ucap si ibu.

" Ya sudah Bu , saya balik dulu kasian anak-anak di rumah belum pada makan".

" Iya Bu silahkan".

Farida berlalu kembali menuju rumah nya bersama Danu .

Hari semakin siang , matahari pun nampak sudah sangat terik panas menyengat bertambah dengan panas air laut berpadu , putri menggosok baju dengan keringat yang membanjiri keningnya.

Kini ia tak harus repot menimba , sudah ada mesin air ia hanya perlu menampung dalam bak besar untuk nya membilas pakaian atau untuk membersihkan dirinya.

Hartono mengendarai motor matic peninggalan sang nenek.

" Rida". Panggil Hartono begitu masuk kedalam rumah.

" Ada apa sih mas teriak-teriak di kira aku ini tuli apa".

" Kau ini suami panggil bukannya mendekat malah menjawab terus ". Keluh Hartono dengan sikap istrinya.

" Ini , anak-anak besok sudah bisa sekolah , aku sudah mengurusnya jauh-jauh hari dan tadi aku ke sana untuk memperjelas ". Hartono menjelaskan secara cepat.

" Bagus lah ". Ucap Farida tersenyum.

" Untuk Putri , sengaja aku tempatkan mereka bersama Danu , sekolah Emi ada di sebelahnya jadi nanti kalau mereka berkata bisa bersama , di depan sana ada pangkalan angkot ". Lagi ucap Hartono dengan penuh semangat.

" Apa mas ,as bilang Putri juga bersekolah? mas biaya dari mana kita mas , membiayai Danu juga Emi saja kita sudah pas-pasan ". Ucap Farida tidak setuju.

Hartono diam sesaat menunggu gilirannya untuk bicara , percuma memotong pembicaraan istrinya ia tidak akan mengalah untuk diam.

" Apa kau sudah selesai bicara Farida ?". Tanya Hartono penuh penekanan.

" Kau tau , yang membuat masalah itu ibunya bukan anaknya , jadi aku mohon Farida Putri juga butuh pendidikan yang layak . Kau tidak bisa membeda-bedakan mereka , bagi ku mereka semua anak-anak ku . Apa kau faham?". Hartono bicara dengan sedikit emosi.

Di balik tembok bercat putih , Putri terduduk di atas lantai dengan kaki yang di tekuk , air matanya luruh , telinganya mendengar sendiri perdebatan paman dan bibinya hanya karena dia.

" Hikkss , hiikkss".

>>>>>

Terpopuler

Comments

여보❥⃝•ꨄ︎࿐

여보❥⃝•ꨄ︎࿐

Kasihan sekali putri, pgen dech tak beliin kembang gula biar gak sedih lagi...

2022-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!