Matahari semakin menurun , para pedagang yang berada di dalam pasar pun sebagian sudah meninggal kan tempat nya . Hanya tersisa mobil-mobil bak terbuka yang masih menunggu sisa dagangan yang harus di angkut ke atas mobil
" Sudah sore rupanya '' . Ucap ku dengan senyum merekah tak kala melihat bakul tempat goreng yang aku jual habis dan hanya menyisakan tiga biji .
" Tidak apa-apa , ini bisa aku makan nanti jika tidak ada lauk ". Ucap ku sembari memeluk bakul kosong di depan ku.
" Kepala ku juga sudah tidak begitu sakit, mungkin karena Pak Bambang membawa ku ke puskesmas tadi, aku jadi tidak enak dengan nya".
" Apa bibi dan paman tahu ya , aku tadi ke puskesmas, bagaimana jika bibi marah , aku harus bagaimana mana ini . Mudah-mudahan bibi tidak marah karena jualan ku hari ini habis " . Tanya ku pada diri sendiri dengan sedikit cemas.
Di dalam pasar tersebut memang ada puskesmas , tidak jarang ibu-ibu membawa anaknya untuk imunisasi atau sekedar berobat.
" Pak Bambang bilang aku harus banyak beristirahat dan jangan terlalu lelah ". Ucap ku dengan tangan yang memegang kantong keresek yang berisi obatnya.
Sedang asik aku membereskan karung yang aku jadikan alas duduk . Dari arah belakang samar-samar ku dengar seseorang memanggil nama ku , merasa terpanggil aku berusaha mencari siapa yang baru saja menyebut nama ku.
" Putri , nak putri". Panggil Bu Ratna dengan tangan melambai-lambai.
" Sini nak". Ucap Bu Ratna.
" Iya Bu, ada yang bisa Putri bantu?". Tanya ku dengan sedikit mendongakkan kepala lalu berdiri .
" Kamu sudah makan nak, ibu lihat kamu hanya diam di sini ". Tanya Bu Ratna dengan khawatir .
Setelah suaminya memberi tahu bahwa putri pingsan tadi , Bu Ratna pun selalu memperhatikan nya dari jauh, takut-takut dia pingsan lagi .
Sebagai seorang Ibu , Bu Ratna sangat merasa iba dengan kondisi Putri.
Aku tidak menyahut lalu menundukkan kepala menatap kaki kecil ku yang begitu kurus dan kusam.
" Sini ikut ibu ke warung kamu makan dulu. Ada Inayah juga di sana". ajak Bu Ratna.
" Tapi Bu ". Ucap ku setengah bingung bingung.
" Sudah ndak apa-apa , kamu bisa membayar nya dengan menolong ibu berkemas nanti " . Ucap Bu Ratna . Aku mendongak lalu mengangguk cepat dengan senyum yang terlihat sangat manis itu.
Bu Ratna adalah tetangga ku , setiap hari Minggu Bu Ratna berjualan nasi uduk di pasar yang sama dengan ku juga . Bu Ratna tahu betul bagaimana kehidupan ku , tapi ia juga tidak berani berkomentar . Melihat Bibi Farida nya yang gampang tersinggung bahkan menyebut namanya saja harus berhati-hati.
" Inayah ". Panggil Bu Ratna pada anaknya.
" Iya Bu, Nayah ada di sini " . Inayah berteriak dengan mendongakkan kepalanya.
" Inayah sedang mencuci piring Bu". Jawab Inayah sembari meletakkan piring bersih yang masih basah kedalam ember plastik .
" Sini sayang, kamu temani Putri makan dulu ya". Ucap Bu Ratna sembari mengelus sayang pucuk kepala ku yang terasa begitu menenangkan .
" Apa Inayah mau makan juga " . Tanya nya lagi.
" Tidak Bu ,Nayah tadi sudah makan , piringnya pun baru Nayah bereskan". Ucap Inayah sembari melangkahkan kakinya lalu duduk berhadapan dengan ku .
" Put ,, ini di makan dulu ". Ucap Bu Ratna lalu meletakkan piring berisi nasi uduk lengkap dengan telur , mie dan juga oreg tempe dan sedikit sambal di atasnya.
" Maaf Bu , apa ini tidak berlebihan. Putri makan nasinya saja tidak apa-apa Bu . Ini banyak sekali ". Ucap ku dengan mata yang tidak berpaling dari piring nya.
Bu Ratna mengusap sebentar pucuk kepala ku lagi dengan tulus.
" Sudah, habiskan saja . Jangan beri tahu Bibi ataupun saudara mu ya , apa kamu mengerti ?". Ucap Bu Ratna dengan pelan.
" Iya Bu , Terima kasih banyak bu''. Ucap ku seolah tau maksud ucapan Bu Ratna , lalu melahap makanan dengan rakus .
" Put pelan-pelan makannya, nanti kamu tersedak". Ucap Inayah yang melihat ku makan dengan tergesa.
Aku hanya bisa memamerkan deretan giginya yang rapi dengan sedikit malu .
" Put ini minumannya , ini aku sendiri yang buat lho " . Ucap Inayah dengan bangga lalu meletakkan gelas plastik berisi teh manis yang di beri es.
" Wahh ,, Terima kasih Inayah , kamu hebat sekali. pasti rasanya juga sangat manis ". Puji ku pada anak berusia delapan tahun itu .
Wajah Inayah bersemu lalu duduk di kursi yang saling berhadapan.
Bu Ratna yang melihat dari balik pintu warung , tersenyum , melihat bagaimana mereka berdua bercerita dengan sesekali tertawa , entah apa yang mereka bicarakan .
Setelah Bu Ratna selesai membereskan dagangan nya yang di bantu oleh ku dan juga anaknya mereka berjalan kembali untuk pulang.
" Put , apa kamu sedang sakit?". Tanya Bu Ratna.
" Iya Bu, tapi sekarang sudah tidak lagi , maaf sudah merepotkan Ibu dan juga pak Bambang". Ucap ku yang merasa bersalah dengan wajah yang nampak mendung .
" Sudah tidak apa-apa". Bu Ratna pun mengakhiri ucapan nya . Takut jika aku merasa semakin bersalah , mungkin.
_______
Terima kasih semua.
Salam sayang 💌 semoga harimu menyenangkan 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Elis Konkon
sedih 😢
2022-04-01
1