Waktu terus berlalu , Putri menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dengan perjuangan yang tidak mudah. Seperti ucapan Paman 1 minggu yang lalu yang sempat membuat geger guru juga wali kelas Danu dan putri 1 tahun yang lalu , supaya mengulur waktu dahulu .
" Putt". Teriak nyaring Emi dalam kamar nya.
" Putrii , lama sekali kamu . Bantu aku dulu berkemas". Ucapnya lagi sembari memasukkan seluruh isi lemarinya.
" Emi , bisa tidak kamu kerjakan sendiri ? ". Sergah Hartono pada putri sulungnya.
Cek.
Decak Emi pada Ayahnya lalu diam sembari mengemas pakaiannya.
Bibi Farida yang sedari tadi merapikan bekakas rumah di bantu Putri.
" Apa masih ada yang lain buk?". Tanya Hartono pada istrinya.
" Sepertinya tidak, put kamu boleh berkemas bantu juga kakak mu". Ucap Farida tanpa menoleh.
" Baik bi, paman Putri permisi dulu" .
Hartono mengangguk lalu mengangkut menuju mobil yng telah mereka sewa.
Putri menoleh ke belakang , mengamati rumah yang menjadi tempatnya belajar lebih gigih untuk melanjutkan hidup.
Rumah dimana semua kenangan yang kurang mengenakkan di hatinya , perlakuan semua saudara nya .
Putri hanya berdo'a di tempat tinggal yang baru nanti , ia lebih bisa menikmati kehidupan seperti anak seusianya.
" Put ". Panggil Hartono pada keponakannya yang masih berdiri mematung.
" Iya paman". Ucapnya lalu berbalik mendekat ke arah Hartono.
" Yuk , jangan sedih kamu boleh ke sini kalau kamu kangen". Ucap Hartono sembari mengukur tangan memberikan kunci cadangan pada Putri.
Entahlah , pikirannya hanya tertuju pada kenyamanan sang keponakan ." Terima kasih paman, terima kasih sudah mau merawat Putri". Ucap Putri sembari menahan genangan air di peluk mata.
" Sudah , putri juga putri paman , jadi sudah sewajarnya paman merawat dan membesarkan anak-anak paman". Ucap Hartono sembari tersenyum hangat.
" Hati-hati di jalan buk". Teriak tetangga yang membantu .
" Terima kasih ibu-ibu. kota jalan dulu takut kesorean sampai sana". Tutur Farida ramah.
" Mari pak , Bu". Ucap Hartono juga Farida.
Di pinggir jalan nampak anak kecil be diri mematung sembari memegang boneka yang terbuat dari pelepah pisang , wajahnya nampak penuh keringat , rambut yang berantakan dengan nafas terengah menandakan ia baru saja berlari kencang .
" Salsa". Ucapnya pelan .
" Putri , hati-hati di jalan jangan lupa ya sama aku , aku tunggu kamu di sini". Teriaknya nyaring memecah suara mobil bak terbuka.
" Ambilah , jangan lupain aku putri". Teriaknya lagi begitu ia melempar gelang kayu dengan ukiran bunga.
Putri mengangguk sembari menitihkan air mata . Sesegukan membayangkan akan bagaimana lagi ia menahan rindu pada sahabat nya yang begitu mengerti keadaannya.
Teman yang selalu membantunya .
Mobil melaju melintasi jalanan yang semakin ramai , pepohonan yang tinggi , angin yang bertiup kencang , dengan wajah lelah Putri tertidur menunggu mobil berhenti di tempat tinggal yang baru.
Danu duduk di depan bersama ibu juga Emi , sedangkan Putri memilih duduk di belakang bersama paman Hartono menjaga barang-barang yang mereka bawa .
Tidak semua mereka bawa , hanya peralatan yang sangat di perlukan saja karena kebetulan rumah peninggalan nenek paman sudah ada perabotannya jadi tidak perlu repot memboyong semua . kecuali baju dan alat tulis .
Mobil berbelok roda melaju semakin lambat deburan ombak samar-samar terdengar di telinga Putri. Ya mereka tiba di pesisir pantai di mana banyak perahu kecil bertenggeng di pinggiran pantai.
" Mas kita sudah sampai". Ucap sang sopir.
" Lumayan jauh juga ya , saya kira hanya 2 jam". Ucap sopir lagi sembari tersenyum.
" Iya mang , saya kira juga begitu ".
Hartono tertawa kecil sembari mengingat .
" Wajar mas, kan mas juga sudah lama tidak kemari ". Ucapnya lagi sembari membuka pintu pintu belakang mobil.
Putri duduk mengamati setiap pohon yang bergoyang tertiup angin , udara dingin nan sejuk menusuk tubuh kurusnya . Matanya terpejam bibirnya tersenyum menunggu paman juga sang sopir menurunkan semua barang .
>>>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments