"Hiks ..., hiks ...," tangis Aira. Kenapa kamu tega bicara begitu mas batin Aira.
"Jangan menangis, jangan kotorin wajah cantikmu dengan air mata itu," ucap laki-laki tampan dengan menghapus air mata di pipi Aira dengan sapu tangannya.
"Kamu! Jangan menyentuhku kita bukan muhrim," kata Aira dengan menampik tangan laki-laki itu.
"Saya hanya ingin menghapusnya tidak bermaksud aneh-aneh, saya tidak suka melihat wanita menanggis, tidak akan ku biarkan wanita yang aku sukai menangis saya akan menjaganya seperti saya menjaga ibuku," ucap laki-laki itu dengan menyerhkan sapu tangannya ke tangan Aira.
"Tapi saya tidak membutuhkannya."
"Jangan menolak, kenapa kamu menanggis siapa yang membuatmu begini?"
"Itu bukan urusanmu tuan, kita bukan teman jadi tidak sepantasnya anda bertanya, saja juga tidak kenal anda tuan," jawab Aira.
"Mari kita berteman, saya Daniel," kata Daniel mengulurkan tangannya.
"Aira," ketus Aira tanpa membalas uluran tangan Daniel.
"Boleh saya meminta nomer ponselmu?" tanya Daniel.
"Maaf, saya bukan wanita sembarang yang bisa memberi nomer ponselnya begitu saja," ucap Aira.
Sungguh beda wanita ini, dia sungguh cantik tapi dia juga tidak muda untuk di dapatkan. Biasanya para wanita selalu mengejar-ngejar diriku tapi wanita ini malah tidak menghiraukanku, melirikku saja tidak batin Daniel.
"Apa kita bisa jadi teman?" tanya Daniel.
Saya harus berusaha menjadi temannya karena pendekat itu berawal dari teman, yang terbiasa bersama hingga jadi cinta itu yang saya harapkan, saya harus berusaha mendapatkan cintanya. Saya tidak akan menyerah Aira, saya akan mengejar cintamu gumam Daniel.
"Kita lihat nanti saja tuan, saya permisi," pamit Aira lalu berlalu pergi meninggalkan Daniel yang sedang duduk di sebelahnya.
Aira segera mencari taksi untuk segera pulang, sampainya dirumah ia langsung merebahkan diri dengan tengkurap menangis sejadi-jadinya hingga ia tertidur. Ia melupakan Nathan yang masih dirumah mertuanya.
***
Raka mencari Aira di tempat ia menurunkam tadi pagi, ia mencoba menunggu hingga satu jam tapi tetap saja Aira tidak datang. Kini ia sudah lelah menunggu, ia mencoba menghubungi Aira tapi nomer ponselnya tidak aktif.
Kemana dia, apa ucapanku tadi keterlaluan? Tidak, tadi saya bicara dengan halus juga memberi alasan kenapa menolaknya, tapi kemana ia perginya pikir Raka.
Raka mengambil ponselnya di dalan saku untuk mencoba menghubungi mamanya, bertanya apa Aira sudah sampai disana. Setelah beberapa kali ia memcoba menghubunginya barunya di angkat oleh mamanya.
📞📞 Mama
📞📞 Raka
Sedangkan mama Mia yang sedang sibuk menenangkan Nathan yang menangis sedari tadi mencari Aira. Dia mendengar ponselnya berbunyi berkali-kali ia mengeser tombol hijau dengan masih mencoba merayu Nathan yang masih merajuk ingin cepat bertemu dengan Bundanya.
"Assalamulaikum, mah," sapa Raka dari ponselnya.
""Waalaikumsalam, kamu dimana? Nathan rewel mencari Aira saja, dia merajuk ingin di buatkan ice cream sama dia, padahal mama beri beberapa merk ice cream tetap ngak mau, maunya yang di buat Aira," kata mama menjelaskan jika Nathan tidak mau berhenti menangis.
"Apa Aira belum sampai sana mah?" Tanya Raka. Kemana wanita itu perginya menyusahkan sekali, mama sich menyuruh dia kuliah jadinya begini klayapan tidak jelas lupa tanggung jawabnya batin Raka.
"Belum, biasanya jam segini Aira juga sudah pulang, mama coba menghubungknya nomer ponselnya tidaj aktif," jawab mama.
"Ya sudah Raka akan menjemput Nathan, ini juga Raka tidak di kantor lagi di luar dekat rumah mama, Raka kesana sekarang mah," kata Raka lalu mematikan ponselnya.
*****
Sampai di rumah Nathan segera turun dari mobil berlari masuk kedalam rumah berteriak-teriak memanggil Aira. Ia berlari menuju tangga menuju kamar Aira.
"Jangan lari-lari Nat, nanti kamu jatuh," teriak Raka berlari mengejar Nathan yang menaiki tangga.
"Nathan mau mencari bunda, pah," tegas Nathan dengan menaiki tanga satu persatu tanpa menoleh kebelakang untuk menjawab perkataan sang papa.
"Terserah kamu, papa mau ganti baju," kata Raka masuk ke dalam kamarnya.
"Bunda, bunda ..., bun ...," teriak Nathan.
Nathan membuka pintu kamar Aira melihat Aira yang tertidur tengkurap, Nathan mengoyang-goyangkan tubuh Aira pelan untuk membangunkannya. Lalu ia menberi bertubi-tubi ciuman dipipi sang bunda agar sang bunda bangun, namun Aira tetap masih terdiam dalam tidurnya.
"Bunda bangun ...," ucap Nathan masih dengan mengoyangkan tubuh Aira.
Aira mengigau, "Ibu ..., ibu ..., Aira takut, hiks ..., hiks ..."
"Bunda bangun, papa kesini!" teriak Nathan memanggil Raka.
Raka yang tak kunjung datang ke kamar Aira, Nathan berlari menuju kamar sang papa untuk memberi tahu bundanya yang tidak bangun-bangun dan mengigau, biasanya jika Aira tidur di beri ciuman bertubi-tubi olehnya selalu akan terbangun.
"Papa, bunda pah, bunda," kata Nathan dengan nafas yang tak beraturan karena berlari.
"Bundamu sudah pulang, dimana dia?"
"Bunda tidur, tapi Nathan coba bangun tidak bangun-bangun pah, malah panggil-panggil ibu-ibu, Aira takut, begitu pah, tapi tetap tidur ngak bangun," bener Nathan menjelaskan keadaan sang bundanya.
"Coba papa lihat," ucap Raka keluar menuju kamar Aira.
Raka mencoba membalikkan tubuh Aira yang masih mengenakkan baju yang sama seperti tadi. Raka terkejut melihat wajah Aira putih pucat, ia mencoba menempelkan telapak tangannya ke kening Aira memeriksa tubuh Aira yang ternyata keningnya sangat panas. Raka mencoba memegang tangan Aira, tangannya sangat dingin berkeringat.
Raka segera mencari termometer untuk mengukur suhu panas Aira dalam laci milik Nathan. Raka melihat suhu tubuh Aira yang panasnya 40`C. Ia segera menghubungi dokter keluarga mereka.
📞📞 Dokter Azka
📞📞 Tuan muda Raka
Dokter Azka yang baru saja keluar dari ruang operasi, mendengar suara ponselnya, ia segera melihat siapa yang menghubunginya. Terlihat nama Tuan muda Raka ia segera menggeser tombol hijau, jika ia tidak segera menjawab panggilan akan berakibat fatal, mungkin ia akan kehilangan pekerjaannya.
"Hallo, tuan muda," kata dokter Azka sambil berjalan menuju keruangannya.
"Lama sekali, apa kamu sudah bosan bekerja," caci Raka.
"Maaf tuan muda, saya baru saja selesai melakukan operasi. Ada apa ya tuan muda?" Jawab dokter Azka gemetar mendengar perkataan Raka.
"Cepat kerumah saja, saya beri waktu 1 jam jika kamu telat sedikit saja maka kamu akan kehilangan pekerjaanmu," handrik Raka yang langsung mematikkan ponselnya.
"Bunda jangan tinggali Nathan, cepat bangun bunda. Ini salah papa, papa jahat," teriak Nathan.
Raka melihat Nathan menangis sambil memeluk tubuh Aira merasa bersalah, apa ia sakit karena perkataanku tadi siang tapi tidak mungkin hanya karena ucapanku saja gumam Raka.
Dokter Azka pun tiba langsung menuju kamar atas, dokter Azka cling'an mencari kamar yang berpenghuni hingga akhirnya tiba di kamar Aira.
"Tuan muda, saya sudah tiba." Kata dokter Azka sambil melihat jam arloji yang terpasang di pergelangan tangannya untuk melihat ia terlambat tiba atau tidak.
"Beruntung kamu tidak terlambat, masih tersisa waktu 10 menit hingga kamu tidak akan kehilangan karrirmu," ucap Raka sinis.
"Tuan muda siapa yang sakit, kelihatannya anda baik-baik saja," ketus dokter Azka.
"Yang sakit wanita ini, periksa dia," kata Raka ke dokter Azka. "Nathan kamu minggir! Biar dokter Azka memeriksanya," perintah Raka ke anaknya agar memudahkan dokter Azka memeriksa Aira.
"Dokter jangan sakitin bunda Nathan," sahut Nathan.
Dokter Azka yang mendengar perkataan Nathan terkejut, setahu dirinya ibu Nathan telah tiada saat melahirkan, dan tuan mudanya adalah seorang duda yang belum menikah lagi, ia hanya dapat membatinnya saja tidak berani untuk bertanya, ia masih butuh karirnya untuk menghidupi keluarganya hingga ia hanya diam menuriti ucapanan sang tuan muda untuk memeriksa wanita yang berada di atas ranjang dengan wajah pucat.
"Dia hanya kelelahan juga banyak pikiran, saran saya jangan membebani dia masalah yang cukup berat yang akan membuat dirinya drop, sepertinya dia memiliki riwayat muda depresi," kata dokter Azka menebak-nebak.
"Begitu ya," ucap Raka.
"Jika dia sudah bangun, berikan vitamin juga obat ini, dan kompres dia agar panasnya segera turun," kata dokter Azka.
Setelah kepergian dokter Azka, Kini Raka membuka hijab yang Aira kenakkan lalu ia mengompres Aira dengan telaten. Sedangkan Nathan telah terlelap tidur di sebelah Aira karena kecapekan menangis sedari tadi.
Raka yang kelelahan, ia ikut tertidur di kursi dengan menyadarkan kepalanya diatas ranjang di sebelah Aira.
Aira yang merasa tubuhnya lelah dan kecapekan, ia mendengar suara adzan, ia mencoba mergejapkan matanya lalu mengusap matanya agar mencari kesadarannya. Tapi ia merasa ada kain yang menempel pada keningnya ia mengambilnya, lalu ia melihat Raka tertidur disampingnya.
"Mas, kenapa sifatmu berubah-ubah," ucap Aira lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
Nathan e tua banget y wkwkw
2023-06-20
0
Nur Khomariyah
c Raka kok kesanya ke anaknya kasar yah ..
2022-10-29
0
Kembar Kenzi
Yang menyukaimu banyak Aira, tenang aja jika diceraikan Raka masih ada pak dosen atau pangeran kampus. Semoga Raka menyadari setelah Aira diceraikan. Biar Raka nyesel senyesel nyeselnya.
2022-05-07
0