Tiga bulan hubungan penikahan Aira dan Raka masih sama, tetapi Nathan semakin pintar dan kini Nathan sudah sedikit bisa berjalan dan berbicara memanggil nda ... nda ... membuat Aira bahagia sekaligus sedih dengan nasibnya.
Aira tetap menjalankan tugasnya sebagai istri seperti memasak, menyiapkan makan hingga baju yang akan dipakai Raka pergi ke kantor walaupun Raka terkadang tidak suka dengan sikap Aira, Aira patang menyerah berusaha menjadi istri yang berbakti kepada suami.
"Tuan bajunya saya letakkan disini." Sambil mengendong Nathan yang berceloteh dengan bahasanya.
"Ya." Jawabnya singkat lalu beralih mengendong Nathan, lalu mendudukkan disofa kamarnya.
"Anak papa sudah pintar ya." Kata Raka sambil mencubit gemas hidung Nathan.
"Unda ... unda Athan mau cama unda." Jawab Nathan turun dari sofa berjalan menghampiri Aira.
"Anak bunda, kenapa kesini sayang sama papa dulu ya bunda mau menyiapkan sarapan buat Nathan yang pintar ini, sama papa sayang," ucap Aira berjongkok mengimbangi Nathan sambil memenggang kedua pipi gembul Nathan dengan kedua tangannya.
Hiks ... hiks ..
Nathan menangis dengan keras tidak ingin di tinggal oleh Aira. Raka melihat anaknya lebih dekat dan lebih sayang kepada Aira dari pada kepada papa kadungnya sendiri mungkin karena Raka tak pernah ada wakti buat Nathan, hingga ia lebih menyayangi Aira.
"Nanti saya pesankan makanan biar di antar pk Tohir, kamu jaga Nathan saja, saya juga ada janji dengan klien pagi ini, tidak perlu kau menyiapkan sarapan untuk ku." Kata Raka berlalu pergi menuju kamar mandi.
Aira menyuapi Nathan diteras depan rumah sambil melihat taman bunga, dengan sedikit bercerita agar Nathan memakan dengan lahap.
Aira melihat Raka keluar dari pintu rumah ia langsung berdir menghampirinya, "Tuan bolehkan aku mencium tangan tuan sebelum dan sesudah ada pulang dari kantor." Kata Aira dengan sedikit gugup.
"Tidak perlu kau itu hanya aku anggap sebagai pengurus atau baby sitter Nathan, jadi jangan harap kau bisa jadi istriku, ingat setelah satu tahun pernikahan kita aku akan menceraikanmu." Tegas Raka dengan kata lantangnya.
"Maaf tuan kalau saya sudah lancang atas sikapku."
"Kamu seharusnya tahu diri, kamu disini juga saya gaji setiap bulannya."
"Iya tuan,saya permisi." Aira meninggalkan Raka dan mengendong Nathan masuk kedalam tanpa terasa butiran demi butiran membasahi kedua pipi Aira.
Nathan yang melihat bundanya mengeluarkan air mata, bocah gembul itu langsung mengusap seluruh air mata di wajah bundanya.
"Unda Nathan akal ya, unda kok angis," kata Nathan sedikit kedal sambil memeluk bundanya.
Sayang bunda, Nathan itu anak pintar."
"Api apa unda angis." Tanya Nathan dengan polos.
"Bunda tidak menangis sayang, tadi mata bunda kenak debu." Kata Aira sambil melihatkan gigi putihnya dengan senyum.
Nathan masih berumur 18 bulan tetapi ia sudah mulai pintar berbicara dan mengerti dengan situasi sekitarnya lebih tanggap seperti berumur sudah empat tahun.
Aira tidak ingin lagi menerima uang bulanan dari Raka lagi, Ia akan mengunakan uang tiga bulan kemarin untuk mengembangkan bakatnya mendesain baju-baju mencoba dikala waktu sengang mengurus Nathan.
Hari ini Aira mengajak Nathan jalan-jalan sekalian membeli beberapa peralatan untuk mendesain dan beberapa mainan untuk bocah gembul itu.
****
Dirumah
Raka yang pulang lebih awal memasuki rumah merasa sepi tidak ada penghuni atau canda tawa Aira dan Nathan ia mencari kemana-mana tetapi Nihil, ia mencoba membuka pintu kamar juga kosong.
Kemana Aira membawa pergi Nathan,apa Aira marah dengan ucapanku tadi terus membawa Nathan pergi dari rumah guman hati Raka.
Aira melihat mobil Raka sudah terpakir merasa aneh biasanya juga belum pulang batin Aira.
Aira memasuki rumah, "Assalamualikum."
"Acalamualikum papa." Kata Nathan dengan polos.
Mendengar ada suara salam Raka turun kebawah, "Walaikum salam Anak papa, dari mana tadi?"
"Ini." Nathan menenteng paper bag dan mobil-mobilan memperlihatkan kearah Raka dengan bahagia.
"Anak papa senang ya mainannya baru, Nathan main dulu sana sayang." Kata Raka Sambil mencium pipi gembul Nathan.
"Kenapa kamu pergi tidak meminta izin kepadaku?Apa kamu tahu aku mengkhawatirkan Nathan jika terjadi apa-apa dengannya apa kamu mau bertanggung jawab?" Handrik Raka.
"Maaf tuan saya sebenarnya ingin meminta izin tetapi saya tidak tahu harus menghubungi anda karena saya tidak punya no ponsel tuan."
"Kali ini kamu saya maafkan, kalau kamu mengajak Nathan pergi harus izin ke saya, mana ponselmu?"
"Ini tuan." Aira mengambil ponsel yang sudah keliatan kusam tidak menarik lagi tetapi itu sangat berharga bagi Aira karena itu cukup mewah bagi Aira tidak buat Raka ponsel seperti itu sudah tidaklah layak pakai menurut Raka.
"Aku sudah mencatat no ponsel di hpmu." Mengembalikkan ponsel Aira.
"Iya tuan."
Nathan menghampiri Papanya, "Pah ayo temin Nathan main mobil-mobilan baru." Sambil menarik ujung kemeja Raka.
"Sayang bunda temani main mau ngak." Kata Aira sambil merayu Nathan.
"Nathan pengen main saya papa bunda."
"Papa capek nanti sayang, papa kan baru pulang kerja." Kata Aira merayu Nathan sambil mengelus rambut pirangnya.
Hiks ... hiks ...
Nathan malah menanggis sejadi-jadinya semakin keras. Sambil berguling kesana kemari.
"Ayo jagoan papa main sama papa." Kata Raka sambil mengulurkan kedua tangannya ke Nathan untuk mengendongnya.
"Kamu istirahatlah, aku ingin menghabiskan waktu dengan Nathan."
****
Jangan lupa tinggali jejak ya....🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Syafa Marwah
kurang greget visual nyaa thor
2022-11-22
0
Dewi Ramlah
ini cerita gmana. ank nya cowo. tp gambar visualnya cwe. anak nya baru umur 1 thn kan. kog uda bisa bercerita😁
2022-10-15
0
Noer Anisa Noerma
seruuuu
2022-04-07
0