Kampus
Di dalam ruang kelas Aira sedang mengikuti mata pelajaran yang diberikan oleh dosen killer, kini mereka sedang membuat sketsa untuk desain produknya. Aira sekarang membuat skesta tas dengan model yang simple dengan tarjet pemasaran kalang menengah kebawah. Walaupun dengan harga yang murah Aira mendesain agar rancangannya tetap terkesan mewah dan tidak murahan walaupun akan di bajet dengan harga yang tidak akan menguras kantong bagi orang yang tidak punya uang.
"Lelah sekali," kata Aira yang telah selesai dengan sketsa gambarnya, lalu merenggangkan jari-jemarinya, dengan menyandarkan punggungnya ke kursi tempat duduknya.
"Sudah selesai Ra," tanya Nia.
"Sudah nich, rasanya capek juga ya, bagus ngak ini," tanya Aira sambil menujukkan sketsanya.
"Ini bukan bagus lagi, tapi istimewa. Sudah ayo dikumpulkan ke dosen killer, lihat tinggal kita saja yang tersisa," ucap Nia.
Mendengar perkataan Nia, Aira segera melihat sekelilingnya ternyata hanya tinggal mereka bertiga dengan dosen killer saja yang ada dalam ruang kelas.
Aira berjalan kedepan dengan membawa lembar kertas skesta desainnya memberikan kepada dosen killer.
"Ini, Pak," ucap Aira menyodorkan lembar kertas miliknya.
"Tunggu sebentar, bisa bicara dengan kamu?" tanya dosen killer.
"Ada apa ya Pak? Apa ada masalah?" tanya Aira penasaran.
"Duduklah sebentar, perkenalkan saya Davian Arkana panggil saja Davian," kata Davian mengulurkan tangan ke Aira.
"Saya Humaira Azzahra panggil saja Aira atau Rara," jawab Aira sambil membalas uluran tangan Davian.
"Begini saya melihat desain kamu sungguh luar biasa bagus, saya menawarkan sesuatu, bagaimana kalau kamu bekerja sama dengan sahabat saya yang memilik perusahan produk, maka setiap karya sketsa kamu akan menghasilkan pundi-pundi penghasilan."
"Bagaimana ya Pak, saya merasa karya saya masih dibawa sempurna," jawab Aira.
"Jangan panggil pak, panggil nama saya saja Davian," sahut Davian dengan terurai senyum di wajahnya.
"Tapi,"
"Di luar jam mengajar saya panggil Davian," kata Davian memotong ucapan Aira.
"Saya panggil kak Davian saja, tapi apa teman kakak akan menyukai desain saya ini," tanya Aira dengan menautkan alisnya.
"Kita coba saja, kamu atur jadwal kamu kapan waktu senggangnya, ini kartu nama saja," kata Davian memberi kartu nama.
"Besok saja pulang kuliah, ketemu di cafe dekat kampus kak, saya permisi karena saya buru-buru kak," pamit Aira berdiri meninggalkan Davian.
Semoga ini awal kita menjadi lebih dekat, saya akan mendapatkanmu, sungguh cantik berseri wajahmu gumam Davian.
Saya harus memberi tahu Raka, Davian segera mengambil ponselnya dalam saku, lalu mencari kontak nama Raka ia menekan tombol hijau.
📞📞Raka
📞📞Davian
Raka mendengar ponselnya berbunyi ia segera mengambilnya lalu mengeser tombol hijau.
"Hallo, apa apa bro?" tanya Raka dengan melepas kacamatanya.
"Besok kita ketemu ya, tolongi gue, yang gue maksud desain kemarin itu lo, biar gue bisa dekati itu cewek?" Kata Davian memohon memelas lewat saluran ponselnya.
"Elo berani bayar gue berapa?"
"Elo itu sama teman sendiri perhitungan sekali, bantui temen elo biar cepat nikah, gue akan kasih tander gue ke elo, atau jabatan gue kalau elo mau," teriak Davian di dalam ponselnya.
"Seperti apa sich wanita yang elo maksud, hingga elo rela kehilangan harta elo demi wanita itu?" tanya Raka penasaran.
"Dia itu cuwek, cantik, kalem, lugu, polos, tapi pesonanya membuat hatiku tak bisa berbuat apa-apa, pokoknya gue ngak akan lepasi dia, tolongi gue bro," kata Davian memohon kepada Raka.
"Ok, gue bantui, tapi tidak gratis ya," canda Raka dari kejauhan.
"Beres, besok gue share lok." Davian mematikan ponselnya dengan gembira karena satu langkah lagi ia bisa mendekati Aira.
Semoga dengan cara seperti ini kita bisa saling dekat dan saling mengenal, aku akan berjuang mendapatkan cintamu batin Davian lalu menyungging senyumnya.
*****
Sejak kejadian di pasar malam kemarin, sifat Raka sedikit berubah. Kini ia tidak terlalu dingin lagi terhadap Aira.
Raka sedang di ruang kerjanya memeriksa beberapa pekerjaan yang belum ia tuntaskan saat di perusahaan tadi siang.
Aira membuatkan secangkir white cafe dengan sepotong cake dan satu toples roti kering keruang kerja Raka dengan begitu semagat setelah kejadian di pasar malam kemarin, ia yakin jika ia akan mendapatkan cinta sang suami.
Tok ... Tok ..., Aira mengetuk pintu ruang kerja Raka.
"Masuk," kata Raka yang masih fokus dengan layar laptopnya.
"Mas, saya bawakan white caffe untuk menghilangkan rasa kantuk," ucap Aira.
"Letakkan di meja sana saja," sahut Raka.
Aira meletakan nampan yang ia bawa ke meja sebelah meja kerja Raka.
"Di minum dulu mas, mumpung masih hangat," ucap Aira melihat sang suaminya dengan kacamata kerjanya yang membuat ia semakin tampan.
Raka melepas kacamatanya berjalan menghampir Aira duduk di sofa berhadapan dengannya.
"Nathan mana? Apa dia sudah tidur?" tanya Raka.
"Dia ...," jawab Aira terpotong saat Nathan tiba dan bicara.
"Papa, Nathan disini, pah Nathan kangen papa," kata Nathan merajuk dengan duduk di pangkuan sang papa.
"Papa juga kangen sama kamu," kata Raka mengacak-ngacak rambut Nathan.
"Papa! Lihat ini berantakan jadi tidak tampan lagi," hardik Nathan.
"Sini sayang, bunda benerin biar anak bunda tampan lagi," ucap Aira.
"Maafkan papa anak tampan, Nathan kenapa sudah malam belum tidur?" tanya Raka.
"Nathan ngak bisa tidur, malam ini boleh ngak Nathan tidur sama bunda juga sama papa," rengek Nathan.
"Sayang, tidur sama bunda saja ya," kata Aira mencoba membujuk Nathan.
"Tidak mau, pokoknya Nathan ingin tidur bertiga, kalau ngak mau Nathan tidak akan tidur, Nathan akan kerumah oma jalan kaki, hiks ..., hiks ...," teriak Nathan sambil turun dari pangkuan Raka lalu menangis dengan kencang hingga memenuhi sudut ruang kerja penuh ke bisingan suara tangis Nathan.
"Berhenti menangis," hardik Raka.
"Papa jahat, papa jahat, papa ngak sayang Nathan lagi," teriak Nathan sambil memukul lengan Raka.
"Berhenti menangis, atau papa ngak mau tidur sama kamu," tegas Raka.
"Beneran papa, mau tidur dengan Nathan?" tanya Nathan memastikan ucapan sang papa.
"Iya sayang, sudah ayo kita tidur sudah malam," ucap Raka.
"Hore," teriak Nathan kegirangan bahagia lalu ia langsung berlari memeluk sang papa.
Di dalam kamar Aira, Nathan, serta Raka di atas ranjang yang sama dengan posisi Nathan di tengah-tengah mereka.
"Cepat bobok," ucap Raka.
"Nathan ngak bisa bobok kalau ngak di bacain dongeng sama bunda," jawab Nathan.
"Nathan mau di dongengi apa?" tanya Aira.
"Terserah bunda saja," jawab Nathan.
"Bunda akan bercerita tentang persahabat ikan dan burung," kata Aira.
"Di sebuah hutan hiduplah dua binatang yang saling bersahabat. Binatang itu adalah burung dan ikan. Keduanya sangat dekat dan selalu saling membantu. Kedekatan keduanya ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui suatu kejadian yang mengubah mereka. Waktu itu ikan sedang beristirahat di pinggiran sungai. Ia memandangi biji-bijian di pohon tepat di atasnya. Kelihatannya biji-bijian itu enak dimakan kata ikan dalam hati. Ia lalu berusaha meloncat setinggi-tingginya untuk mendapatkannya. Berkali-kali ia meloncat, namun tidak berhasil mencapai biji-bijian itu. Ia hanya bisa memandangi biji-bijian itu. Saat sedang memandangi biji-bijian itu, perhatiannya teralihkan oleh seekor burung yang berterbangan ke sana-kemari." Kata Aira bercerita dengan membelai kening Nathan.
"Ikan pun bertanya kepada Tuhan, kenapa Engkau tidak memberiku sayap untuk terbang agar aku bisa meraih biji-bijian itu?" kata Aira bercerita dengan melihat sekilas anak kesayanganya yang masih belum memejamkan matanya.
"Terus gimana lagi bunda," tanya Nathan.
Raka pun juga antusias mendengarkan dongeng yang Aira katakan. Raka merasa bersyukur karena Aira sangat perhatian dengan Nathan tapi entah mengapa hatinya belum mampu mencintai Aira.
"Sedangkan di sisi lain burung pun melihat cacing-cacing itu enak dimakan. Kata burung dalam hati. Ia lalu berusaha masuk ke dalam air untuk menyelam dan menangkap cacing-cacing itu. Namun, ia tidak berhasil karena ia tidak bisa berenang. Ia lalu hanya bisa memandangi cacing itu dari atas pohon. Saat sedang memandangi cacing-cacing di dalam air, perhatiannya teralihkan pada ikan yang sedang berenang di dalam air.
Tuhan, kenapa Engkau tidak memberiku ekor dan sirip untuk berenang agar aku bisa meraih cacing-cacing dalam air itu? kata si burung dalam hati. Akhirnya ikan dan burung saling tahu kesulitan masing-masing. Berkali-kali si ikan melihat burung menyelam ke air untuk mendapatkan cacing. Demikian pun si burung berkali-kali melihat ikan meloncat-loncat untuk mendapatkan biji-bijian. Lalu mereka berkenalan." Kata Aira yang masih sibuk bercerita.
"Hingga mereka berkenalan dan saling membantu, Ikan mengambilkan biji-bijian buat ikan, lalu ikan mengambilkan cacing untuk ikan hingga mereka menjadi sahabat," kata Aira.
Aira melihat Nathan dan Raka telah terlelap, ia akhirnya menyelimuti mereka lalu ia membaringkan tubuhnya memeluk Nathan.
"Mimpi indah nak," bisik Aira di telinga Nathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
typo
2023-06-20
0
murniati cls
gak sadar Krn selama ini slalu SM pcrny
2022-10-31
0
Noer Anisa Noerma
memang pintar naira
2022-04-07
0