Cafe
Aira, Nia bersama dengan dua sahabat Nia yaitu Ema, Haikal menuju ke cafe dekat kampus, setalah mata kuliah mereka berakhir.
"Saya ke toilet dulu ya," pamit Aira kepada ketiga sahabatnya.
"Oke, aku tunggu disana ya," jawab Nia.
"Siap," sahut Aira memberi hormat kepada Nia.
Aira berjalan menuju ke toilet dengan tergesa-gesa karena ia sudah menahan ingin buang air kecil sejak dijalan menuju cafe.
Bruk ... Bruk ...
"Kalau jalan pakai mata," handrik pangeran kampus sambil membersihkan kemeja yang ia pakai ketumpahan air minum.
"Maaf kak, saya buru-buru mau ke toilet," jawab Aira.
"Kamu," katanya lagi sambil medongkan wajahnya melihat Aira. Cantik sekali batin pangeran kampus tanpa berkedip melihat wajah Aira.
"Sekali lagi maaf kan, saya buru-buru mau ke toilet," pamit Aira segera berlalu.
Setelah dari kamar mandi Aira segera menuju tempat duduk menyusul para sahabatnya. Kini mereka duduk saling berhadapan melihat sambil menikmati alunan musik yang dibawakan pangeran kampus.
Daniel itu namanya ia sedang diatas pangung atau sering para wanita menyebutnya pangeran kampus karena wajah tampannya ia bernyanyi dengan memetik gitar bernyanyi dengan sangat merdu.
Membawakan sebuah lagu,
Lirik Lagu Reedzwann - Cinta Pandang Pertama
Pertama kali aku bertemu
Seorang gadis seperti dirimu
Senyun tawamu riak wajahmu
Sungguh ayu
Adakah ini cinta pandang pertama
Yang terjadi dalam hidupku
Aku terpaku melihat wajahmu
Andai ku ingin berterus terang padamu
Adakah engkau mahu menerimaku
Kerna engkau tak pernah mengenaliku
Ini kali pertama kita bertemu
Jika memang kau tercipta untukku
Maka izinkan aku mengenalmu
Izinkanlah aku menjadi sebahagian hidupmu
Dan aku berharap
Semoga kali ini akan menjadi
Cinta yang sejati oh sayang
Jika memang kau tercipta untukku
Maka izinkan aku mengenalmu
Izinkanlah aku menjadi sebahagian hidupmu
Dan aku berharap
Semoga kali ini akan menjadi
Cinta yang sejati oh sayang
Cinta yang sejati oh sayang
Daniel bernyanyi dengan merdu dengan tatapan yang henti memandang wajah Aira dari atas panggung, yang membuat hatinya bergetar gemuruh merasakan jatuh cinta pada pandang pertama.
Aira, Nia serta Ema dan Haikal kini menikmati makanan yang mereka pesan.
"Lihat itu Ra, pangeran kampus suaranya merdu sekali," kata Nia.
"Iya, tapi sayang ya dia itu dingin banget," sahut Ema.
Aira melihat ke atas panggung, ia penasaran dengan pangeran kampus yang di sebut kedua sahabatnya.
"Itu kan cowok yang saya tabrak tadi," sahut Aira.
"Masak, aku juga mau tabrakan sama dia, diakan tampan sekali," sahut Nia.
"Tampan apanya? Masih tampan yang dirumah," jawab Aira.
"Maksudnya," tanya Nia.
Ponsel Aira berbunyi menandakan ada panggilan telephone, ia segera mengambil ponselnya yang ia letakkan di dalan tas selempangnya, lalu ia mengeser tombol hijau.
📞📞 Mama
"Assalamulaikum mah," sapa Aira sambil menganduk jus jeruk dengan sedotan.
"Walaikumsalam Aira, kamu masih lama ngak? Nathan rewel banget nyariin kamu dari tadi?" tanya mama dari sebrang sana.
"Bentar lagi Aira pulang Ma, berikan ponselnya ke Nathan biar Aira bicara dengan dia," ucap Aira.
"Dia ngak mau bicara, kalau kamu ngak pulang nak," kata mama.
"Ya sudah, mama bilang saja kalau Aira sedang dijalan Aira pulang dulu mah," Kata Aira mematikkan ponselnya.
"Kenapa Ra," tanya Ema.
"Tidak apa-apa, aku pulang dulu ya," pamit Aira kepada para sahabatnya.
"Ok, hati-hati Ra," jawab para sahabatnya.
****
Aira sampai di masion mertuanya sudah di sambut oleh Nathan dan mama mertuanya di depan teras, serta para bodyguard.
"Bunda," kata Nathan memeluk Aira.
"Sayang, ada apa Nak?" tanya Aira.
"Bunda kenapa lama? Katanya mau mengajak Nathan naik yang tadi itu lo bunda," rengek Nathan merajuk ke Aira.
"Pasar malam tadi ya, itu adanya kalau malam sayang," ucap Aira membelai pipi cabi Nathan.
"Aira Nathan belum makan, dia tidak mau makan siang kalau ngak kamu yang nyuapin," kata mama.
"Ayo kita makan, Nathan mau makan siang dengan apa? Bunda buatin," tanya Aira.
"Nathan mau makan pasta dengan soas mayones," kata Nathan.
"Tunggu disini ya, bunda buati," kata Aira.
"Baik bunda, tidak pakai lama."
*****
Aira dan Nathan kini telah sampai di pasar malam, kini mereka menikmati suasana yang ramai di pasar malam hari ini. Nathan begitu antusias menikmatinya.
"Bunda, Nathan ingin ice cream," tunjuk Nathan melihat kedai ice cream.
"Ayo, kita kesana," ajak Aira.
Aira menggandeng tangan Nathan berkeliling melihat berbagai permainan.
"Bunda, Nathan naik itu," rengek Nathan menuju permainan melihat ontang anting kuda.
"Pak beli kuponya, dua ya Pak," kata Aira kepada penjaga ontang anting kuda.
""Ini nyonya, tiga puluh ribu saja," kata penjaga.
"Ini Pak, kembaliannya ambil saja," ucap Aira mengadeng Nathan untuk naik ontang-anting.
Aira dan Nathan saling berpegangan tangan menikmati putaran demi puturan ontang anting hingga Nathan merasa lelah. Kini mereka berjalan lagi menikmati setiap pertunjukan dengan berbagai kedai makanan di sepajang jalan.
"Nathan ingin permen gula kapas," rengek Nathan.
"Ayo kita beli," ajak Aira.
Setelah membeli permen gula kapas, mereka bejalan kembali mengitari setiap sudut pasar malam hingga pandangan Nathan berhenti saat melihat bianglala.
"Bunda, Nathan ingin naik itu," rengek Nathan melihat bianglala sedang berputar.
"Jangan sayang, itu terlalu bahaya," kata Aira menasehati Nathan.
"Pokoknya Nathan ingin naik itu."
"Sayang, bunda takut kalau naik biaglala, yang lain saja ya," ucap Aira.
"Pokoknya mau naik itu," hardik Nathan.
"Besok saja ya kita ajak papa," tawar Aira.
"Ngak mau, sekarang naik itu."
"Besok Nathan, kita naik sama papa bunda takut," ucap Aira.
"Bunda, bunda kita naik sekarang, itu lihat ada papa," kata Nathan yang melihat papanya.
Flasback
Raka yang baru selesai dengan urusan kantornta ia segera pulang menuju kediaman orang tuanya mau menjemput Nathan.
"Mah, Nathan mana?" tanya Raka.
"Nathan baru saja pulang nak, dia merajuk saja ke Aira mengajak melihat ke pasar malam, Ka cobalah membuka hatimu buat Aira, dia wanita yang sang mulia, dia begitu menyanyangi Nathan," kata mama memberi nasehat ke anak semata wayangnya.
"Mah."
"Apa kamu bisa bayangkan jika Nathan kehilangan Aira? Tadi saja Nathan sudah berkali-kali menanyakkan Aira saat dia masih kuliah, dia juga tidak mau makan siang kalau tidaj di suapi Aira."
"Mungkin karena Aira begitu memanjakannya mah, jadi Nathan ketergantungan dengan dia, kalau begitu Raka pulang dulu mah," pamit Raka.
Raka menaiki mobilnya menuju rumahnya, saat dijalan Raka memikirkan nasehat dari mamanya, ia juga tidak boleh egois mementingkan cinta saja. Kini ia mempunyai buah hati yang juga membutuhkan kasih sayang darinya, ia membutuhkan pasangan yang mencintai dirinya juga anaknya.
Raka memutar balik mobilnya mencari Aira dan Nathan di pasar malam. Setelah sampai di pasar malam, Raka berjalan clingukan mencari Nathan serta Aira hingga ia berhenti melihat yang ia cari sedang berdiri di depan bianglala.
****
"Lo mas, kak ada di sini?" tanya Aira.
"Aku mencari Nathan," jawab Raka.
"Bunda, ayo naik bianglala, papa sudah ada ini," rengek Nathan menggandeng tangan Raka dengan sebelah kirinya memegang tangan Aira.
"Nathan sama papa ya, bunda tunggu disini, bunda takut nak," ucap Aira.
"Hiks ..., hiks ..., Nathan mau naik sama bunda," tangis Nathan.
"Sudah ayo naik," kata Raka menggendong Nathan dengan tangan satunya mengandeng tangan Aira.
"Mas, aku takut," kata Aira pelan.
"Jangan takut, sudah ayo naik kita naik bersama-sama," kata Raka.
Aira memejamkan matanya, lalu ia juga menutupnya dengan kedua tangannya. Bianglala yang ditempati Aira, Nathan serta Raka kini mulai berputar membawa mereka menuju keatas yang paling puncak. Saat itu juga Aira membuka matanya. Seketika Aira berteriak menangis.
"Hiks ..., hiks ..., aku takut," kata Aira reflek lansung memeluk tubuh kekar Raka.
"Bunda lihat itu, indah sekali," kata Nathan melihat pemandangan kota malam hari dari atas bianglala.
"Bunda takut," kata Aira masih memeluk Raka, dengan kepalanya disadarkan di dada bidang Raka menyembunyikan wajahnya.
"Jangan takut, ada kami disini," kata Raka membalas pelukan Aira. Kenapa jatungku berdetak dengan kencang, tidak mungkin jika aku mulai menyukainya, tenang Raka kamu hanya mencintai Siska guman hati Raka.
Aira mendapat balasan pelukkan dari Raka, kini rasa takutnya hilang menjadi bahagia. Andai sifatmu selalu hangat seperti ini mas, mungkin aku wanita paling bahagia di dunia ini, semoga kita akan bahagia selamanya aku mencintaimu entah sejak kapan itu batin Aira, yang masih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Raka.
"Mas, aku takut ketinggian," kata Aira masih dengan posisinya.
"Jangan takut, ada aku disini, lihat itu pemandangan lampu kerlap kerlip ibu kota semua tampak indah dari atas sini," ucap Raka lalu ia menggenggam jemari-jemari tangan Aira.
"Lihat itu bunda, rumah kita kelihatan dari sini," sahut Nathan.
Aira kini mencoba melihat keindahan dari atas, dengan tangan masih menggenggam tangan Raka. Awalnya tangan Aira begitu dingin karena ketakutannya ketinggian kini tangannya berganti menjadi hangat karena genggaman jemari-jemari Raka yang membuat hatinya tenang.
"Terima kasih mas, kau membuatku menjadi tenang, sungguh indah sekali pemandang kota dari atas sini, seindah hatiku malam ini," kata Aira menyungging senyumnya.
Raka hanya diam tidak membalas perkataan Aira, namun ia mencium kening Aira lalu berganti mencium Nathan.
*****
Jangan bosan bacanya ya...
komen yang banyak ya biar aku smgt update tiap hari... mksh semuanya sudah bersedia membaca...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
kata" e lebay klo menurut gw
2023-06-20
0
Yelva Nora
benar aira. ga usah mengemis cinta. ga usah liatkan cintamu padanya
suatu saat dia akan tau mana yg berlian mana yg batu kali.. sok sokan..istri se sempurna itu byk gaya dia. diambil org baru tau rasa. kesal aku..
2022-12-01
0
Nisa Sanida
nanti kehilangan aira nyesel
2022-11-27
0