Aku menggeliatkan tvbvhku. Entah kenapa malam ini aku tertidur begitu nyenyak, tak seperti biasanya.
Humm
Aku menguap dengan kedua tangan terangkat ke atas.
Hah....
Mataku melotot dengan mulut menganga. Bagaimana tidak mataku ini disuguhkan dengan tatapan tajam dari pria tajam.
"Kenapa dia di kamarku?" batinku sembari mengedipkan mata, bisa saja ini hanya sebuah mimpi buruk. Tetapi sayangnya ini adalah nyata.
"Kenapa kamu masuk ke kamarku?" cecarku tidak terima.
Alfred menyipitkan mata mendengar pertanyaanku.
"Apa kau mengalami amnesia setelah tidur di kamarku?" bentak serta sindiran Alfred.
Aku terdiam mencerna ucapan Alfred, seketika ingatanku kembali. Dengan perasaan canggung aku menetralkan kembali diriku.
"Ya ampun aku sangat malu," lirihku membatin.
Aku melirik jam di ponsel, ternyata sudah pukul 6.
"Aduh aku harus cepat-cepat membuat sarapan," ocehku kepada diriku sendiri.
"Tidak perlu, aku sudah memesan sesuai kesukaan Opa dan Oma karena pagi ini aku harus ikut sarapan. Jika tidak bisa-bisa mereka curiga," ucapan Alfred membuatku tercengang tak percaya.
"Kenapa harus pesan dari luar? aku sudah biasa membuat makanan kesukaan mereka," protesku tanpa tau alasan dibalik itu.
"Aku hanya tidak mau memasukan apapun di mulutku yang berasal dari olahan tangan orang yang keji," sindir Alfred tanpa perasaan.
Mendengar sindiran itu membuatku menunduk dengan perasaan sesak.
Hening itulah dalam sesaat.
Aku bangkit berdiri setelah melipat selimut masih dengan kepala menunduk. Alfred tidak mengalihkan pandangannya kepadaku.
Tok tok
"Sayang apa kalian sudah bangun?" tiba-tiba ketukan pintu dan panggilan dari Oma menghentikan langkahku.
"Oma," gumamku.
"Sayang Oma buka ya?"
Alfred maupun aku bingung harus bagaimana. Aku kembali membaringkan tubuhku di sofa dengan selimut menutupi sampai leher, tanpa memikirkan Alfred.
Klik
Handle pintu di tekan.
"Lihatlah bodohnya itu," omel Alfred melihat tingkahku. Jika begini apa Oma tidak curiga dengan cara tidur kami.
Buk
Dalam sekilas Alfred dan langsung menindih tubuhku di sofa yang berukuran besar.
Deg
Jantungku ingin meledak mendapati Alfred menindih tubuhku secara mendadak sehingga membuat aku membuka mata.
"Apa kamu sudah gila?" cecarku menatap Alfred dengan mata melotot.
Alfred seakan tidak peduli, lalu menggeser tubuhnya sedikit. Lalu tangan besar itu melingkar memelukku, dan bahkan tangan yang satunya lagi untuk memapah kepalaku. Aku membeku dengan jantung berdegup kencang. Aku tau Alfred merasakan itu.
Pintu terbuka.
"Sa.... " panggilan Oma terhenti karena melihat keadaan kami yang layaknya sepasang suami istri yang romantis.
Sedangkan aku dan Alfred serempak memejamkan mata bahkan saking tidak ingin ketahuan, aku membunyikan wajahku di dada Alfred.
"Ya ampun sayang kalian so sweet banget dengan tidur di sofa," gumam Oma sembari memperhatikan kami.
"Sayang," panggil Opa di luar kamar.
"Masuk sayang lihat cucu-cucu kita so sweet banget," sahut Oma menyuruh Opa ikut menonton kami.
Opa masuk lalu menggelengkan kepala.
"Sayang ayo jangan ganggu, tidak sopan loh," kata Opa.
"Sepertinya mereka sengaja sayang, buktinya pintu kamar tidak terkunci," tuduh Oma.
"Ya ampun kenapa sih Opa sama Opa harus ke sini? apa tidak kelelahan menaiki tangga?" aku membatin, tanpa sadar semakin membenamkan wajahku di dada Alfred.
Alfred berusaha menenangkan detak jantungnya. Dia takut jika aku menyadarinya, bagaimana tidak posisi kami begitu intim.
"Ayo sayang," ajak Opa untuk sekian kalinya.
"Hmm sepertinya mereka pindah tempat sayang. Lihat tuh seprei serta selimut berantakan gitu," kata Oma salah sangka.
"Bukankah bagus? biar cepat di kasi cicit," sahut Opa.
"Ayolah Oma cepat menghilang, cukup omong kosong itu karena kenyataannya tak terjadi apapun seperti yang kalian pikirkan," keluhku dalam hati, sungguh aku tidak tahan lagi dengan posisi mencekam seperti ini. Bahkan ini untuk pertama kalinya aku merasakan seperti ini. Pria yang pertama kali memelukku secara intim adalah Alfred suami sahku.
"Ayo," akhirnya Oma mengalah dan langsung menarik tangan Opa.
Mendengar pintu di tutup membuat aku dan Alfred lega. Kami sama-sama membuka mata, sesaat aku menadah wajah ke atas.
Deg
Bola mata kami bertemu cukup lama.
Entah apa yang merasuki Alfred pagi itu.
Cup
Bwbir ranvmku di sambar dengan lembut. Awalnya menempel tetapi lama-kelamaan semakin mendalam. Aku terbuai dan melupakan fakta yang sesungguhnya. Sungguh aku menikmati senzazi yang baru pertama aku rasakan, tanpa sadar membalas dengan lembut.
Brak
Awww
Alfred mengaduh karena aku tiba-tiba mendorongnya sehingga menyebabkan Alfred terjatuh dan civman itu juga terlepas. Benar akal sehatku kembali dan apa yang sedang kami lakukan adalah bencana besar buat diriku.
Aku langsung bangkit tanpa melihat Alfred. Sungguh aku merasa malu dengan apa yang barusan terjadi. Aku yakin Alfred semakin mengatai aku wanita murahan.
"Dasar bodoh kamu Isabella," aku membatin dengan wajah memerah.
"Segeralah turun, kasian Opa dan Oma pasti sudah menunggu," lirihku dengan posisi membelakangi Alfred yang ingin menuju pintu.
"Ternyata kau sudah handal dalam hal seperti itu, ternyata Adikku salah memilih orang," ejek Alfred menjurus ke hal intim.
Mendengar tuduhan Alfred tentu saja hati ini bagai teriris pisau. Kedua tanganku terkepal erat, tanpa sadar bulir bening bergulir begitu saja. Sungguh Alfred merendahkan diriku, tanpa tau kebenarannya.
Aku keluar kamar dengan perasaan hina.
Sepeninggalan diriku Alfred mendudukkan dirinya di sofa. Alfred sebenarnya terbawa perasaan sehingga melupakan rasa dendam itu. Pria manapun mana bisa menolak dengan seorang Isabella, apa lagi aset yang paling menonjol bagian luar adalah bwbirku . Bohong jika Alfred tak tertarik dengan diriku, itu karena rasa gengsi dan dendam yang menguasai dirinya.
Aaak
Teriak Alfred sembari menjambak rambutnya. Hati dan mulutnya tak sejalan.
°°°°°°
Di meja makan mereka mulai menikmati sarapan. Aku berkata jujur jika sarapan itu bukan aku yang menyiapkan tetapi ART yang entah kapan datang ke rumah ini. Untuk menanyakan hal itu tidak penting bagiku, aku masih kesal dengan mulut pedas Alfred.
Alfred tampak akrab dengan Opa dan Oma. Mereka tanpa putus berbicara sedangkan aku banyak diam, hanya menjawab seperlunya saja.
Mataku pedih rasanya, perkataan Alfred terngiang-ngiang sehingga membuat aku terasa hina. Belum lagi rasa malu dengan apa yang kami lakukan membuatku tidak ingin melihat Alfred.
"Sayang kenapa diam saja? apa kamu sakit?" tanya Oma sehingga membuat lamunanku membuyar.
"Iya Oma aku sedang sakit hati," aku membatin.
Ingin sekali aku menumpahkan tangisan di pelukan Oma dan mengatakan aku aku sedang sakit hati, tetapi itu tidaklah mungkin.
"Tidak Oma aku baik-baik saja tidak ada yang perlu di khawatirkan.
" Sayang sebaiknya kamu hari ini tidak perlu masuk kerja, kasian Opa dan Oma tidak ada yang temani di rumah," ujar Alfred dengan nada sangat lembut.
"Sandiwaramu top markotop Alfred," gumamku didalam hati memuji kehebatan Alfred dalam hal bersandiwara.
"Tidak bisa begitu, aku baru saja bekerja sudah minta cuti, lagi pula hari ini pasien yang aku tangani cukup banyak," sahutku dengan jujur.
Opa dan Oma menghela nafas.
"Kasian kalian harus bekerja keras di perusahaan milik orang lain," kata Oma dengan wajah sedih.
Aku tersenyum mendengar perkataan Oma.
"Oma lupa jika kemandirian diterapkan di keluarga besar Januar dari nenek moyang terdahulu?" ucapku sembari memandangi Oma serta Opa bergantian.
"Aku minta maaf karena bukan terlahir dari keluarga berkecukupan, sangat berbanding jauh dari Isabel," ujar Alfred dengan wajah datar.
Mendengar penuturan Alfred yang merendahkan dirinya membuat hatiku tertarik untuk menoleh kearahnya dan menatap Alfred yang juga sedang menoleh ke arahku. Tatapan kami bertemu dengan diam.
"Tidak Nak jangan merasa tidak pantas, bahkan kami merasa bangga memiliki menantu bertanggung jawab serta gigih dalam bekerja," ujar Opa menengahi.
"Iya sayang. Jika ada sesuatu yang menghimpit jangan segan-segan memberitahu kami, itulah namanya keluarga harus saling membantu," timpal Oma.
Alfred tersenyum kepada Opa dan Oma. Hatinya menghangat karena dia merasa dipedulikan.
"Terima kasih Opa, Oma," ujar Alfred.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan like, vote, favorit dan komennya agar author lebih semangat🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Amelia Lia
bermuka seribu 👀👀
2022-08-04
0
Navis
carmuk alfred
2022-03-23
0
Fadilah Fitriyani
Kenapa hrs pakai aku ngmng nya Abel. Padahal cerita nya sangat bagus.
2022-03-21
2