Tiba di bandara Internasional Fiumicino Italia, aku langsung memesan taxi. Aku akan menginap di sebuah hotel yang berada di dekat rumah sakit terbesar di negara itu.
"Nona saya antar kemana?" tanya supir taxi kepadaku dengan bahasa Inggris.
Aku memberi alamat hotel yang aku maksudkan, tentu saja supir taxi itu tau karena itulah tugasnya, mengetahui di manapun tujuan penumpang.
Didalam taxi aku menyandarkan kepalaku di kursi dengan pandangan keluar jendela.
"Bapak asli orang sini?" tanyaku berbasa-basi untuk menghindari kejenuhan.
"Iyo Nona," sahutnya. "Sepertinya Nona bukan orang sini?" katanya.
"Iya Pak, aku orang Asia. Orang Indonesia asli," sahutku.
"Pantas saja wajah Nona seperti orang Korea,"
Hahaha
Aku terkekeh mendengar pujian itu. Tidak lama mobil itu berhenti di depan sebuah hotel termewah di negara itu. Ya semua sudah direkomendasi oleh Papa, mau tidak mau aku menurut saja.
"Terima kasih Pak," kataku sembari menyodorkan beberapa lembar uang.
"Nona ini terlalu banyak," ucapnya tanpa meraih uang itu.
"Ambil saja Pak, anggap saja rezeki hari ini," kataku memaksa. Aku meraih tangan mulai keriput itu lalu meletakan sejumlah uang.
"Terima kasih Nona. Oya jika suatu saat Nona ingin berpergian bisa menghubungi saya," katanya sembari memberikan kartu nama. Aku mengambilnya sembari tersenyum.
Kini aku berjalan menuju lobby. Hotel ini sangat besar dengan ratusan tingkat. Aku menyambangi resepsionis dan memberitahu bahwa aku sudah boking kamar VIP. Tidak butuh lama aku pun diberi kunci kamar dan diantar oleh staff karena mereka mengenali statusku.
"Silahkan Nona," staff mempersilahkanku untuk masuk.
"Baiklah terima kasih," ucapku.
Tanganku ingin meraih handle pintu tetapi tiba-tiba aku urungkan karena ponselku bergetar didalam tas selempang kesukaanku. Secerah senyuman di bibirku melihat nama layar di ponselku, ternyata Mama menghubungiku.
[Halo Ma. Iya aku baru saja tiba, ini lagi di depan pintu kamar.]
[Baiklah sayang, segeralah bersihkan dirimu dan beristirahat. Satu lagi jangan telat makan.]
[Siap bos, bay Mama]
[Bay sayang]
Aku kembali memasukan ponsel kedalam tas selempang. Tiba-tiba seseorang menarik lenganku dengan kasar, dan mendorong tubuhku masuk kedalam kamar yang bukan kamar milikku.
Brak
Tubuhku langsung di dorong dan mengakibatkan aku tersungkur di lantai.
Awww
Aku meringis merasakan lututku terbentur lantai. Aku tidak tau apa yang terjadi, kejadian yang tak pernah kuduga terjadi begitu cepat. Aku mengangkat wajahku ke atas, ingin tau siapa yang berani berbuat kurang ajar kepadaku.
Aku terpaku melihat sesosok itu tanpa berkedip. Seorang pria tampan dengan postur tubuh sempurna. Ya hatiku mengatakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
"Akhirnya aku menemukan kau!" Suara bariton itu membuatku tersentak kaget. Apa dia bilang?" gumamku dalam hati dengan kening mengerut.
Pria itu melangkah semakin mendekat, perlahan aku berusaha mundur masih dengan posisi terduduk. Lalu tanpa kusangka dia berjongkok menyetarakan tubuhnya dengan tubuhku.
Tiba-tiba tangan kekarnya mencengkram wajahku begitu keras sehingga membuatku meringis kesakitan. Pria itu bangkit perlahan tanpa melepaskan cengkraman di wajahku sehingga membuat aku ikut berdiri. Sorot matanya seperti iblis, dan wajahnya itu berubah sangat menyeramkan. Membuat aku bergidik ketakutan.
Aku berusaha mencengkeram tangannya, bermaksud berusaha terlepas dari cengkraman itu tetapi tentu saja tenagaku tidak sebanding dengannya.
Puas dengan mencengkram wajahku, tangan pria itu berpindah mencekik leher jenhangku dengan sangat kuat.
"Lepas," lirihku disertai batuk-batuk tertahan. Tanpa sadar air mataku keluar menahan rasa mencegat ini, aku sulit bernafas. Sedangkan pria itu sangat senang dengan penderitaanku, sepertinya dia tidak sabar menanti kematianku. "Tolong lepas," lirihku memohon dengan wajah kasian.
Brak
Sekali lagi tubuhku di lempar, untungnya kali ini bokongku mendarat di kasur empuk.
Huk huk
Aku batuk bebas dan berusaha mengatur nafas yang beberapa menit tercegat seperti disumpal kain.
"Sakit?" ejek pria itu dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana.
Aku terdiam karena masih mengatur nafas. Aku juga tidak berani menatap iblis yang tiba-tiba datang ini. Sungguh wajah itu menakutkan bagiku, padahal awal aku sempat mengagumi wajah itu.
"Akhirnya aku dapat menemukan kau, selama 2 tahun ini aku mencari keberadaan kau," ucapan yang tak aku pahami kembali ia lontarkan.
Akhirnya aku memberanikan diri mengangkat kepalaku lalu menatap wajahnya. Aku langsung menelan ludah melihat sorot mata iblisnya itu.
"Sepertinya anda salah orang. Aku tidak pernah mengenal anda, anda sungguh tidak sopan memperlakukan seorang wanita yang sama sekali tidak anda kenal," cicitku pada akhirnya, ingin membela diri.
"Tentu saja aku tidak salah orang," tegasnya dengan kedua tangan mengepal.
Aku berusaha turun dari ranjang. Sungguh cekikikan tadi membuat leherku sangat sakit, mungkinkah leherku cedera. Aku melangkah menuju pintu yang terbuka sedikit, mungkin tadi belum sempat ia kunci.
"Satu langkah lagi maka kau akan kubunuh!"
Deg
Tentu saja langkahku terhenti mendengar ancaman pria itu. Sebenarnya apa salahku kepada pria ini? kenal saja tidak, bahkan baru kali ini melihat tampangnya.
Aku membalikan badan. Tanpa rasa takut aku tatap pria itu yang juga sedang menatapku tajam.
"Maksud anda apa? aku tidak paham. Sudah aku bilang anda salah orang, anda sa......"
"Sudah cukup mulutmu berbicara?" potongnya mencela perkataanku.
Aku bergidik ngeri, ia semakin mendekat sehingga membuat aku memundurkan diri sampai terhalang dinding tembok. Pria iblis itu mengunci tubuhku masih dengan tatapan iblis.
"Kau harus membayar atas perbuatanmu. Selama 2 tahun kau berkeliaran, bersenang di atas penderitaanku. Ini saatnya kau membayarnya," bentaknya begitu nyaring di telingaku.
Aku tercengang dengan raut wajah kaget. Apa yang dikatakan pria itu barusan. Demi apapun aku tidak mengerti.
"Lepaskan aku, atau aku akan teriak," ancamku.
Hahaha
"Silahkan berteriak sepuasmu karena tidak ada satu orangpun yang akan mendengar teriakanmu itu wanita sia*an," ejeknya sembari terkekeh.
"Lepas," aku mendorong dadanya bahkan memukul dengan sekuat tenaga.
Plak
Satu tamparan keras melayang di wajahku sehingga mengakibatkan ujung bibir keluar darah segar. Selama hidup baru kali ini di tampar. Aku meringis kesakitan dan air mata itu kembali membasahi wajahku.
Aku kembali didorong dan mendarat di sofa.
"Apa salahku hiks hiks," lirihku sembari menangis. Rasa takut bahkan amat takut menguasai diriku, aku tidak ingin mati di tangan pria iblis itu tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Pria itu tersenyum menyeringai tanpa balas kasih. Aku menyeka air mata lalu mengusap ujung bibirku.
"Dasar wanita sia*an! Pura-pura lugu,"
Pria itu meraih tas selempangku lalu menuangkan isi dalam tas itu. Pria itu meraih kartu namaku.
"Isabella Januar," gumamnya dengan menyipitkan mata sembari melirikku. "Ternyata kau bukan wanita sembarangan tetapi lihat kau akan membayar perbuatanmu," pria itu menarik ujung bibirnya menandakan ia sedang senang menemukan orang yang yang ia cari selama ini. Tetapi terbalik denganku, aku benar-benar tidak mengerti.
"Tolong lepaskan aku, kamu salah orang," mohonku kembali masih dengan tangisan.
"Jangan berharap Nona Januar. Sangat menarik," senyum smirk penuh arti.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan like, vote, favorit dan komennya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Amelia Lia
waduh kejam amt tu org..... upz iblis kt si isabella
2022-08-04
1
Hana Restia Ningsih
siapa si itu,jahat banget,pasti itu nanti yg akan jadi suaminya Abel,huh... penuh teka teki
2022-04-08
0
🌷Tuti Komalasari🌷
galak bener sama wanita aja langsung menampar begitu, dasar tempramen 😠
2022-04-04
4