"Andre apa yang kau lakukan? kenapa kau berhenti dan membiarkan dia turun?" ujar Alfred dengan tatapan tajamnya. Mereka berdua memandangi punggungku yang mulai menghilang.
"Maaf Tuan tadi ada seekor kucing melintas sehingga saya berhenti," sahut Andre sembari menelan ludah.
"Jadi kenapa dia bisa keluar? bukankah pintu mobil dikunci?"
"Oh itu, maaf Tuan mungkin saya lupa," Andre mencari alasan.
Alfred menatap semakin tajam.
"Apa kau bilang? kau ingin mencelakakanku? begitu? atas keteledoranmu bisa saja mengancam nyawaku Andre," ujar Alfred dengan bentakan.
"Sekali lagi saya minta maaf Tuan,"
"Jalan,"
"Kenapa dia begitu marah melihat Nona berjalan kaki? bukankah seharusnya dia senang?. Tuan kira Nona tidak punya perasaan atas ucapan Tuan?" batin Andre. Andre memang sengaja melakukan itu, dia tidak tega melihat aku memohon.
Dalam perjalanan ke restoran hening. Keduanya larut dengan pikiran masing-masing.
"Aaak kenapa aku harus memikirkan wanita itu?" batin Alfred sembari memijit pelipisnya dengan kepala menyandar. Ya bayangan wajah senduku ketika keluar dari mobil terbayang-bayang di benak Alfred. "Hmm seharusnya aku senang bisa memberi pelajaran," imbuhnya kembali seketika dendam itu menguasai dirinya. "Tetapi bagaimana jika orang melihat penampilannya? aaak...." Teriak Alfred berperang dengan hatinya. Perkataan dan kata hatinya tidak sejalan sehingga membuatnya frustasi.
°°°°°°
Sore menjelang aku terbangun dari tidur. Ya sepulang dari rumah sakit setelah membersihkan diri aku mengistirahatkan tubuhku yang sedikit lelah, rasa lelah itu tidak sebanding dengan rasa hatiku.
"Bagaiman kondisi anak itu ya? apa dia selamat atau....." Gumamku seketika memikirkan anak balita tadi. "Rumah sakit macam apa itu? sangat merugikan, mereka mementingkan bayaran terlebih dahulu dibandingkan nyawa," gumamku kembali. Seketika terbesit niat untukku membangun klinik khusus orang yang kurang mampu, tetapi itu akan memerlukan dana besar.
Aku menghela nafas panjang, lalu bangkit ingin memasak untuk makan malam buat diriku sendiri. Aku melangkah menuju dapur dan segera membuka lemari es, mengeluarkan sayuran. Sesaat aku berpikir ingin memasak apa.
"Aaah masak sup ikan saja," gumamku.
Setelah selesai masak aku melamun di meja makan. Berbagai pikiran memenuhi isi kepalaku.
Hmm
Deheman itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arah suara, ternyata Andre yang datang. Aku melihat sekilas dan kembali membuang muka, aku tidak mood melihat wajah kedua pria itu tetapi sosok Alfred tidak aku dapatkan.
"Nona aku hanya memberitahukan jika selama seminggu Tuan akan keluar kota," ujar Andre.
Keningku mengernyit mendengar ucapan Andre. Memang haruskah mengabari itu kepadaku? Alfred hanya menganggap diriku tawanannya jadi tidak perlu memberitahu tentang itu. Aku juga tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.
"Aku datang ke sini ingin mengambil pakaian Tuan," kelihatan Andre sedikit kesal karena aku tidak menanggapi.
"Tidak perlu memberitahu Andre, aku bukan siapa-siapa untuknya. Anggap saja penghuni rumah ini tak kelihatan, jadi langsung lakukan apa yang ingin kamu kerjakan," ungkap ku sembari menahan rasa nyeri di pinggulku.
"Nona sakit?" tanya Andre, mungkin dia menyadari reaksiku menahan rasa nyeri.
"Tidak perlu mengkuatirkan aku Andre. Sudahku bilang kerjakan tugasmu, anggap aku tak terlihat. Apakah diriku ini terlihat sangat memprihatinkan? dan perlu dikasihani?" lirihku tanpa sadar dengan nada terisak. "Jika aku mengatakan sakit dan menderita, itu keuntungan bagi kalian bukan? jadi jangan mengharapkan itu keluar dari mulutku," sambungku.
Merasa sadar aku cepat-cepat menyeka air mataku dan kembali menunduk, menatapi meja makan dalam diam. Rasa nyeri ini semakin menjadi.
Andre terdiam mematung mendengar pernyataanku. Entah apa yang Andre pikirkan, hanya dialah yang tau. Tidak lama Andre berlalu menaiki tangga menuju kamar Alfred yang tidak pernah aku injak kaki di sana.
"Bila perlu kamu tidak kembali karena ini keuntungan bagiku," gumamku. "Apa dia keluar kota bersama istri pertamanya?" seketika pikiranku terlintas di sana, tanpa sadar hatiku tercubit membayangkan apa yang ada dalam pikiranku.
Andre kembali dari lantai atas dengan tangan menyeret koper mini. Pasti itu adalah pakaian Alfred.
Andre kembali menghampiriku.
"Pesan Tuan jangan macam-macam dan melakukan tindakan yang memancing amarah Tuan," ujar Andre menyampaikan pesan Alfred kepadaku.
"Tenang saja Andre aku tidak akan melakukan apa-apa. Ancaman Tuanmu sangat berlaku padaku, hmm apakah itu tidak cukup?"
"Dasar keras kepala," gumam Andre pelan.
Aku tidak dapat mendengar omelan Andre karena cukup pelan.
"Satu lagi. Besok Nona Serena akan menginap selama 2 hari di sini," sambung Andre yang berhasil membuatku mengangkat wajahku menatap Andre.
"Terserah," sahutku tak semangat karena ketenanganku akan terganggu dengan kedatangan maduku. "Kenapa sih dia tidak ikut keluar kota? sangat menyebalkan satu atap dengan maduku," batinku.
°°°°°°
Pagi ini aku kesiangan karena semalaman rasa nyeri di pinggul serta di bawah perutku sangat sakit. Menurutku ini adalah efek dari menstruasi yang tidak lancar.
"Ya ampun sudah jam 8," kataku melirik jam di atas nakas. Kuraih ponsel yang berada di samping jam, di sana aku bisa melihat puluhan panggilan dari Papa maupun Mama.
Aku mengetik pesan agar kedua orang tuaku tidak khawatir. Aku mencari alasan yang tidak akan mencurigai mereka. Setelah itu aku masuk ke kamar mandi.
Kini aku berkutat di dapur setelah membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Aku mencuci pakaianku sendiri sedangkan Alfred aku tidak tau, atau dia memakai jasa laundry. Oya aku lupa bisa juga maduku yang mencucinya.
Setelah masakanku siap aku segera menyantapnya dalam diam hanya terdengar dentingan sendok dan piring.
"Makan sendiri, nyuci sendiri, tidurpun sendiri," tiba-tiba suara ejekan dari arah belakang tempatku duduk menghentikan suapanku. Aku yakin itu adalah Serena yang tak lain maduku.
Aku tidak menanggapi dan tetap melanjutkan makananku, bahkan menolehpun aku enggan sehingga membuat dirinya kesal sendiri.
Serena langsung mendudukkan dirinya di depanku dengan raut wajah kesal.
"Bagaimana? apakah hari-harimu sangat menyenangkan?" Serena kembali berceloteh. "Ups aku lupa jika hari-harimu penuh dengan air mata," ejek Serena semakin memancing amarahku.
Aku meletakan sendok kedalam piring kosong dan segera meneguk air putih. Aku raih tisu dan membersihkan sisa-sisa makanan di bibirku.
"Seperti yang kamu tuduhkan dengan dua macam tuduhan," ujarku dengan tenang, bahkan senyuman mengembang di bibirku.
Cih...
Serena mulai tambah kesal.
"Merasa bangga menjadi istri Alfred? tetapi sungguh kasian hanya bisa menjadi istri kedua, itupun hanya di anggap di atas kertas," ejek Serena kembali. Sungguh mulut berbisanya itu membuatku ingin membungkamnya dengan tumpukan tisu.
Aku menghela nafas.
"Itu menurut kalian tetapi pernikahan itu sakral dan tercatat di mata hukum dan agama," sahutku masih dengan tenang, bahkan aku tidak gentar menatap sorot mata tajam Serena. "Yang harus merasa kasian dan dikasihani itu adalah istri pertama. Kenapa begitu? karena suaminya tega menikah untuk kedua kalinya, sedangkan ia masih menjadi status suami orang," sambungku seperti mengejek. Aku tidak boleh gentar, ini kesempatanku agar maduku tidak bisa menindasku, lagi pula Alfred tidak bersama kami. Lain halnya jika Alfred ada, mana berani aku melakukan tindakan seperti ini. Bisa-bisa aku di kuliti jika ia tau aku melawan Serena.
Brak
Serena menubruk meja makan cukup keras sembari bangkit berdiri.
"Ingat Isabella kau dinikahi Alfred hanya untuk membalas dendamnya, jangan merasa di atas karena penderitaanmu baru akan dimulai," teriak Serena sembari tertawa mengejek.
Aku mengepalkan kedua tanganku yang berada di bawah meja makan. Rahangku mengeras akibat bentakan Serena. Sedikit pertahananku mulai runtuh, apa yang dikatakan oleh Serena itu adalah kenyataannya.
Aku bangkit berdiri dan berlalu meninggalkan Serena yang kelihatan menang.
"Yah kenyataannya memang begitu," aku membatin sepanjang jalan menuju kamar dengan perasaan sesak.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan like, vote, favorit dan komennya agar author lebih semangat🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Novie Achadini
gue rasa serena bukan istrinya
2024-04-28
0
rTianTi
waduh ku kira alfred single..chauw ah terlalu sakit hati bacanya..ttp smgat thor
2022-12-01
0
putri
pakek nada gk tuh nyindir ny😄
2022-09-17
0