Namaku adalah Alfred H, usia 29 tahun. Memiliki postur tubuh atletis, wajahku blasteran dari dua negara yaitu Indonesia dan Korea. Jabatan asisten pribadi di perusahaan HUGO GROUP yang terkenal. Maksud kedatanganku ke Italia karena mewakili perusahaan tempatku bekerja menghadiri pelelangan yang setiap tahun diadakan di negara itu.
Sepulang dari acara aku langsung kembali ke hotel. Dari kejauhan aku melihat sesosok wanita yang tidak asing di mataku. Aku perlahan semakin mendekat, untungnya wanita itu tidak menyadari kehadiranku karena sepertinya sedang sibuk menerima telepon.
Wanita itu berdiri tepat di samping kamar yang aku pesan.
Deg
Mataku membulat setelah melihat wajah wanita itu. Merasa belum puas aku meraih ponsel dan segera mengotak-atik. Apa yang aku cari akhirnya ketemu. Sorot mataku bergantian menatap wanita itu dan layar ponselku. Sekali lagi membuatku terperanjat kaget. Ya aku yakin tidak salah orang.
Setelah wanita itu mengakhiri obrolannya dengan segera aku mencegat tangannya sebelum wanita itu masuk. Aku langsung menyeret dengan kuat dan melemparkan dia ke dalam kamarku. Tentu saja wanita itu terperanjat kaget. Ya wanita itu pasti tidak mengenal diriku, itulah yang aku tau.
Darahku mendidih ketika melihat wajah lugunya itu. Rahangku mengeras dengan menggertakan gigi ketika wanita itu mengatakan aku salah orang.
Tanganku terulur mencengkram wajah lugunya itu. Wanita itu berusaha melepaskan cengkramanku dan memohon. Tidak sampai disitu aku kembali mencekik lehernya sehingga membuatnya menjerit kesakitan, tentu saja membuatnya sulit untuk bernafas. Tidak lama kembali aku dorong tubuh kecilnya itu sehingga terlempar di kasur.
Wanita itu meringis tetapi itu kebahagiaan buatku. Perlahan wanita itu beranjak, lalu menuju pintu bermaksud ingin pergi. Enak saja, itu tidak akan aku biarkan sebelum dendam ini terbayarkan.
"Satu langkah lagi maka kau akan kubunuh!" Ujarku dengan nada mengancam.
Wanita itu terdiam, dan tak lama ia membalikan badan dengan tatapan marah.
"Maksud anda apa? aku tidak paham, sudah aku bilang anda salah orang, anda sa...." aku langsung memotong ucapannya.
Mendengar omongannya aku berjalan mendekatinya. Wanita itu mundur sampai tubuhnya ke dinding dan aku segera mengunci tubuhnya dengan tatapan membunuh. Ya aku muak melihat wajah lugunya itu.
Wanita itu berusaha mendorong tubuhku sembari memukulnya, tetapi sedikitpun itu tidak menyakitiku.
Satu tamparan melayang begitu saja di wajah cantiknya, ya aku akui wanita itu memang cantik. Wanita itu meringis kesakitan, bagaimana tidak tamparanku begitu keras sehingga mengakibatkan ujung bibirnya mengeluarkan darah. Sedikitpun aku tidak merasa iba. Tangisannya kebahagiaan bagiku. Aku merasa menang.
Aku meraih tas selempang miliknya karena aku ingin tau identitas wanita sia*an itu. Melihat identitasnya tentu saja aku kaget luar biasa, tetapi semua itu aku sembunyikan keterkejutanku. Siapa sih yang tidak mengenali keluarga Januar, orang terkaya nomor 1 di Indonesia dalam berbagai bidang.
°°°°°°
"Kau tau siapa aku?" bentak Alfred kepadaku dengan tatapan membunuhnya.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala berkali-kali. Alfred tersenyum smirk, lalu membalikan tubuh atletisnya membelakangiku.
"Kau harus membalas perbuatanmu 2 tahun yang lalu. Orang-orang yang berarti dalam hidupku, kau renggut. Aku akan menikahimu untuk membalaskan dendam ini,"
Deg
Mataku membulat dengan tubuh membeku mendengar ucapan Alfred. Apa tadi dia bilang akan menikahiku? apakah aku hanya salah mendengar? itulah yang terbesit dalam benakku.
Alfred membalikan tubuh menghadap kepadaku, dengan refleks aku langsung mendudukkan kepala.
"Apa kau dengar? hah?" suara bariton itu membuat tubuhku semakin bergidik. Bahkan Alfred menyadari kedua kakiku bergetar. "Isabella Januar apa kau dengar?" teriak Alfred kembali dengan menyebutkan namaku.
Aku memberanikan mendongak wajahku ke atas menatap Alfred dengan wajah takut.
Aku menggeleng memberitahu jika aku tidak menerima tawarannya.
"Mau tidak mau kau harus menyetujuinya. Atau kau ingin kedua orang tuamu mengetahui keburukanmu. Atau kau ingin memilih Tuan Filio dan Nyonya Asilla Januar serangan jantung? baiklah jika itu pilihanmu," ancam Alfred kepadaku.
Aku membulatkan mata dengan menggelengkan kepala sembari menangis. Pilihan Alfred tentu saja sangat berat. Jika menyangkut kedua orang tuaku tentu saja aku tidak akan kuat, itulah kelemahanku. Seakan Alfred tau titik kelemahanku.
"Tolong katakan apa salahku? bahkan aku tidak paham dengan yang anda katakan," aku memberanikan diri karena aku cukup penasaran apa kesalahanku sehingga memperlakukan diriku seperti binatan*.
"Bernat!"
Alfred menatap wajahku tanpa berkedip setelah menyebutkan nama yang sangat asing bagiku.
"Kau akan menyangkal dan mengatakan tidak mengenal dirinya?"
Prok prok
"Sungguh akting kau sangat luar biasa," Alfred tidak ingin memberi waktu untuk aku bicara.
Drett
Ponselku yang masih berada di lantai bergetar dan itu adalah panggilan videocall dari Papa. Aku menelan ludah tidak berani meraih ponsel itu.
Alfred tersenyum penuh makna. Tiba-tiba sapu tangan warna putih mendarat mengenai wajahku. Entah apa maksudnya memberikan aku sapu tangan.
"Bersihkan lukamu," ujar Alfred sehingga membuatku mengangkat wajah tetapi tidak berani menatap mata tajam elang itu. Aku terdiam tanpa ingin meraih ponsel itu.
Drett
Ponselku kembali bergetar.
Alfred melangkah mendekatiku lalu meraih sapu tangan yang ia lemparkan tadi. Diluar dugaan Alfred membersihkan noda darah di ujung bibirku sampai bersih. Aku menelan ludah dengan jantung berdebar tak karuan antara takut dan entah apa itu.
"Angkat telepon itu dan beritahu mereka atas tawaranku tadi, jika kau tidak setuju maka tunggu kabar gembira dari seberang sana," ancam Alfred sehingga membuatku tersadar.
Aku menggelengkan kepala tidak ingin hal itu terjadi.
"Cepat," teriaknya sembari melemparkan sapu tangan itu kembali.
Dengan tangan bergetar aku meraih ponsel yang tergeletak di lantai. Sesaat aku merapikan penampilanku yang sungguh menyedihkan, aku tau bagaimana kondisi pipi sebelah kiriku. Rasa nyeri masih sangat aku rasakan akibat tamparan keras itu, begitu juga dengan leherku. Pasti bekas cekikan masih membekas di sana. Bagaimana mungkin aku melakukan videocall dengan kedua orang tuaku.
Aku menelan ludah dan tanpa sengaja menatap Alfred, sorot mata elangnya mengartikan untuk aku melakukan sesuai keinginannya.
Aku merapikan rambut panjangku yang memang terurai menutupi leherku sampai tak terlihat. Lalu aku menyangka tangan sebelah kiri menutupi pipi yang kena tamparan. Alfred memperhatikan kegiatanku dengan wajah penuh arti, tetapi aku tau dia mengejekku.
Sebelum menggeser simbol hijau aku menghela nafas panjang.
["Sayang kenapa lama sekali mengangkatnya?" suara Mama yang pertama.]
["Maaf Ma ini baru bangun tidur," kataku dengan ekspresi baru bangun tidur.]
["Oh begitu, maafnya sayang Mama sama Papa jadi menganggu waktu tidurmu. Kami hanya ingin tau keadaanmu saja karena Mama merasakan seperti ada sesuatu yang terjadi," tebak Mama.]
["Iya Ma, Mama benar aku dalam masalah besar," tentu saja aku hanya berani bergumam dalam hati.]
["Tidak ada yang harus dikhawatirkan Mama, aku baik-baik saja," jawabku dengan tersenyum.]
Hmm
Deheman Alfred membuat bibirku terkatup, tidak mampu melanjutkan.
["Sayang itu deheman siapa?" tanya Papa dengan wajah penasaran, bahkan wajahnya berubah.]
Aku menelan ludah dan berusaha menjawab. Tatapan tajam mengancam Alfred membuat wajahku puas, semoga saja Papa sama Mama tidak menyadarinya.
"Sayang air panasnya sudah siap," suara lembut Alfred membuatku terperanjat kaget.
"Abel jawab itu siapa? kenapa ada laki-laki masuk kedalam kamarmu?" tanya Papa dengan tegas bahkan suaranya meninggi. Dari layar ponsel aku dapat melihat kemarahan di wajah Papa.
Aku menelan ludah.
["Pa, Ma jangan salah paham dulu. Akan aku jelaskan," ucapku dengan bibir bergetar.]
["Kamu dengan siapa di sana sayang? jangan membuat masalah. Kamu berduaan dengan laki-laki didalam kamar? Abel sejak kapan kamu melakukan itu? apa selama ini begitu sifatmu? dan baru sekarang tertangkap? jadi ini alasanmu ke Italia? hiks hiks....."]
Pertanyaan bertubi dilemparkan Mama kepadaku, bahkan diiringi tangisan kekecewaan. Aku meringis mendengar dan melihat kesedihan Mama.
["Katakan siapa pria itu? Abel jangan bikin keluarga besar kita malu," timpal Papa dengan amarah.]
["Papa, Mama tenang. Aku tidak melakukan apapun seperti yang Papa, Mama pikirkan," aku berusaha bersikap tenang seperti tidak ada yang terjadi. Aku dapat melihat Mama mengatur nafasnya sembari mengelus dada.]
Aku tersenyum manis.
["Surprise....." teriakku dengan wajah bahagia, sehingga Papa sama Mama membeku tanpa berkedip melihatku dilayar ponsel. Begitu juga dengan Alfred, aku dapat melihatnya kaget dengan mata menyipit. "Papa, Mama apa kalian ingin berkenalan dengan kekasihku?" ucapku dengan raut wajah tanpa mencurigai.]
Papa sama Mama tentu saja tak percaya dengan yang aku katakan. Karena mereka tau jika aku tidak memiliki kekasih selama ini tetapi tiba-tiba aku mengatakan memiliki kekasih.
["Surprise Pa, Ma. Jadi kalian jangan banyak bertanya lagi, intinya aku memiliki kekasih."
Aku menatap Alfred yang masih berdiri di posisinya. Akun tersenyum manis menatapnya.
["Sayang Papa sama Mama ingin berkenalan, ayo sapa calon mertuamu," ucapku menunjuk Alfred. Alfred mengernyitkan dahi, mungkin ia tidak menyangka dengan sandiwaraku ini.]
Tidak ingin membuang kesempatan Alfred mengikuti sandiwara ini, bukankah dari awal keinginannya begitu dan sekarang semua keinginannya terkabulkan.
"Maafkan aku Pa, Ma," batinku menangis membiarkan kedua orang tuaku berbicara panjang lebar dengan Alfred. Aku tidak menyangka Alfred sangat menguasai aktingnya. Sungguh sikap kejamnya berubah jadi manis, jika begini aku pun meleleh tetapi itu hanya sekedar akting. Aku kembali kepada realita sesungguhnya.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan like, vote, favorit dan komennya agar author semangat🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Haqi gaming
aq kok gk dong
2023-05-16
0
Amelia Lia
apa yg bermasalah tu hrsny kakak isabella yyyy 🤔🤔
2022-08-04
0
Hana Restia Ningsih
ini apa masalahnya to Abel dgn alfred
2022-04-08
0