Heran kemana ini anak. Tahu - tahu menghilang batin Kamisha menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Kyara.
"Mbak Misha."
"Eh pak Alex."
"Kok sendirian? tidak masuk?"
"Iya nih pak, baru nyari Kyara. Tadi itu disini, eh tiba - tiba kok ngilang. Apa ketemu sama pak Xander ya?"
"Sepertinya tidak, karena pak Xander ada saudara sepupunya di dalam."
"Oh apa ke kamar kecil ya?" Kamisha bergumam sendiri.
"Mbak Misha mau masuk?"
"Eh iya nih pak, cuma ini kan pertama kali saya bekerja. Jadi terus terang kalau ada temannya masuk saya agak lebih percaya diri," Kamisha tersenyum malu.
"Saya temani mau?"
"Oh mau pak, mau sekali."
"Ayo."
"Terima kasih pak Alex."
Kamisha dan Alex masuk ke dalam kantor. Bangunan antara kantor dan hotel memang menjadi satu.
"Nama pak Alex hampir mirip dengan nama anak saya," Kamisha memulai obrolan agar tidak canggung.
"Oh mbak Kamisha sudah punya anak?"
"Iya, satu orang putra berumur lima tahun, nama Axel."
"Ah iya namanya seperti nama saya yang dibalik - balik hurufnya."
"Hehehehh iya pak, kebetulan sekali."
Saat ini ruang marketing dengan ruang kerja Xander berdekatan. Jadi Kamisha dan Alex satu jalur.
"Nah sudah sampai, ini ruang marketing mbak Misha."
"Wow... luas sekali pak."
"Mbak Misha ikut tim berapa?"
"Saya tim dua pak."
"Kalau tim dua itu yang sebelah sana, pojok sendiri," tunjuk Alex.
"Terima kasih bantuannya pak Alex," ucap Kamisha. "Kalau nanti ada waktu atau mungkin pas istirahat kita bisa ngopi bersama pak."
"Dengan senang hati mbak Misha, kalau begitu saya permisi dulu."
Alex meninggalkan Kamisha sendiri. Kemudian Kamisha masuk ke dalam ruangan. Disana terdapat beberapa bagian, ada tim satu, dua dan tiga. Semuanya di beri ruang tersendiri.
"Karyawan baru ya?" sapa seorang wanita berumur sekitar dua puluh lima tahun. Berambut ikal dengan tubuh yang sedikit berisi.
"Eh iya, perkenalkan saya Kamisha, penempatan di marketing tim dua."
"Aku Laras, kita satu tim ayo aku tunjukkan tempat dudukmu," ajak Laras. "Nah itu tempat dudukmu di sana."
"Kita ini ada tiga tim, tiap - tiap tim anggotanya lima orang, satu ketua tim dan empat adalah anggotanya. Kebetulan ketua tim kita pak Agus baru saja operasi ginjal jadi ya untuk sementara kita tidak ada ketua timnya."
"Mudah - mudahan aku bisa membantu kerja kalian."
"Yap benar karena tiap tim harus mencapai target yang diinginkan oleh atasan, kalau kinerja kita bagus pasti dapat bonus gede bahkan bisa liburan juga."
"Oya wah jadi semangat nih."
"Ya sudah ayo kita mulai kerja."
Kamisha duduk di mejanya, ia melihat beberapa berkas dan mulai membacanya pelan - pelan. Itu berkas berisi denah hotel, berbagai macam fasilitas, bahkan ada juga pengembangan resort.
Drrrtt... drrtt... drrtt... Handphone nya berdering.
"Halo."
"Sha, kamu sudah bekerja di hotel?"
"Sudah, ini mulai pertama aku masuk kerja."
"Bagus, jadi gini EO di tempatku bekerja sama dengan perusahaan makanan karena mereka mau ada event. Nah ada beberapa tamu yang juga sekalian liburan, mereka akan tinggal di Bandung selama satu minggu."
"Oh oke, di mana tamu yang harus aku jemput?"
"Ini ada sekitar dua puluh orang."
"Oke aku bawa mobil dari hotel buat jemput mereka."
Panggilan di akhiri.
"Ras, ini ada beberapa tamu yang akan menginap di resort kita."
"Eh coba tanyakan dulu sama pak Xander, harusnya sih sama pak Agus."
"Kenapa harus ijin pak Xander?"
"Karena resort kita rencananya akan direnovasi."
"Hmm coba aku menghadap pak Xander dulu."
Kamisha segera menuju ke ruang kerja Xander.
"Pak Alex, pak Xander ada?"
"Ada mbak Misha."
"Bisa saya menghadap.?"
"Saya sampaikan ke pak Xander dulu."
Alex masuk ke ruang kerja Xander dan tak berapa lama ia keluar "Bisa mbak Misha, silahkan."
"Terima kasih pak Alex."
Kamisha masuk ke dalam ruang kerja Xander. Ruang kerja yang sangat besar dengan nuansa warna pastel. Ada seorang pria di sana dan sepertinya tamu Xander.
"Selamat pagi pak," sapa Kamisha.
"Hei kamu wanita yang di restoran dengan anak kecil yang tersesat itu kan?"
Kamisha memandang keheranan dengan pertanyaan pria itu. Dari mana dia tahu.
"Eh ya."
"Sudah jangan hiraukan dia," ucap Xander. "Ada apa?"
"Maaf sebelumnya pak, saya ada beberapa tamu yang ingin bermalam di resort kita jadi saya minta ijin pada bapak apakah resort kita sudah bisa digunakan."
"Berapa orang?"
"Hmm sekitar dua puluh orang."
"Berapa lama?"
"Satu minggu pak."
"Resort kita memang sedang ada renovasi sedikit. Aku membangun beberapa kamar tambahan dengan nuansa alam dan kayu, kalau hanya dua puluh orang aku rasa bisa dan pekerjaan itu tidak mengganggu aktivitas mereka."
"Itu juga yang saya takutkan. Kira - kira pekerjaan itu mengganggu keselamatan tamu atau tidak, kalau memang tidak memungkinkan akan saya beri penawaran lain pada tamu yang tidak kalah menarik."
"Maksudmu?"
"Kita tidak mungkin menolak tamu sebanyak itu dan selama itu, mungkin kita bisa memberikan mereka jadwal berbagai kegiatan yang menarik yang akan kita fasilitasi."
"Duduk dan coba kau jelaskan secara rinci kegiatan itu."
"Baik pak."
Kamisha menjelaskan panjang lebar beberapa ide yang ada di kepalanya. Dan Xander sangat menyukai ide Kamisha.
"Cerdas, aku setuju."
"Baik, akan saya laksanakan sekarang. Terima kasih sudah mau menerima ide saya."
"Ehem... ehem..." tiba - tiba Harvey berdehem
"Kenapa dengan tenggorokanmu?"
"Sepertinya kau lupa mengenalkanku pada tim marketingmu yang cantik dan cerdas ini."
"Tidak perlu."
"Kalau begitu aku akan berkenalan sendiri." Harvey menghampiri Kamisha. "Hei aku Harvey arsitek untuk renovasi resort di sini."
"Kamisha, bagian marketing tim dua."
"Kita mungkin bisa saja sering bertemu disini, karena aku sepertinya butuh ide masukan agar renovasi resort ini berhasil."
"Tidak perlu," sahut Xander. "Kau berhubungan saja denganku, ingat kau sudah beristri."
"Oh common bro kau menghancurkan reputasi ku di depan Kamisha."
Kamisha hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. "Apakah masih ada yang ingin pak Xander sampaikan?"
"Tidak ada, aku rasa sudah cukup. Kau kerjakan saja seperti idemu tadi."
"Baik pak, kalau begitu saya permisi," ucap Kamisha. "Pak Harvey saya permisi dulu."
"Hati - hati Misha, sampai ketemu lagi."
🍁🍁🍁🍁
"Sof, mana tamunya?"
"Nah itu pak Bonar dia sebagai ketua rombongan dari Medan. Acara event dari perusahaan akan selesai nanti malam, jadi mereka bisa langsung istirahat di resort Hadid Paradise. Kebetulan mereka juga sudah browsing di internet."
"Bagus kalau begitu, aku jadi tidak terlalu repot menjelaskan ke mereka."
"Nah, mereka ingin semua perjalanan wisata selama satu minggu di handle oleh pihak hotel."
"Hmm oke... berarti pas dengan ide ku."
"Ayo aku ajak kamu bertemu pak Bonar."
Sofi mengantar Kamisha bertemu pak Bonar beserta istrinya.
"Selamat pagi pak, perkenalkan ini Kamisha bagian marketing dari hotel Hadid Paradise."
"Kamisha," ucap Kamisha mengulurkan tangan.
"Bonar," sambut pak Bonar. "Dan ini istri saya Indri."
"Salam kenal bu Indri."
"Mbak Misha ini dari Jawa ya?"
"Iya ibu, dari mana ibu bisa tahu?"
"Logat Jawanya kental."
"Ah iya bu, sudah medok dari sana nya. Saya dari Jogja, kalau ibu dari mana?"
"Saya Semarang."
"Wah kita ternyata tetangga bu. Selamat datang di Bandung."
Kamisha yang supel dan ramah cepat sekali akrab dengan tamu. Ia memberikan penawaran pada pak Bonar dan bu Indri mengenai perjalanan wisata yang bisa di handle oleh hotel. Dan mereka sepertinya sangat tertarik dengan penawaran itu.
"Jadi jam berapa bapak selesai acaranya?"
"Nanti jam sembilan malam kami baru selesai."
"Baik, sebelum jam sembilan malam mobil dari hotel sudah siap di sini untuk menjemput rombongan."
"Administrasinya?"
"Akan saya uruskan nanti, jadi bapak dan ibu begitu sampai tinggal masuk ke dalam kamar dan beristirahat. Baru besok paginya kita mengadakan perjalanan wisata."
"Wah, pelayanannya sangat memuaskan. Baiklah mbak Misha dengan senang hati kami akan menginap di hotel Hadid Paradise."
"Terima kasih atas kepercayaan bapak, ibu dan keluarga, kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah berjabat tangan sebagai tanda jadi, Kamisha meninggalkan mereka dan berjalan menuju mobil.
Drrtt... drrtt... drrtt... handphonenya berdering
"Ya halo mbak."
"Sha, mbak ke Bandungnya tidak jadi besok. Ini tadi bapak sakit."
"Sakit apa mbak?"
"Darah tingginya kambuh."
"Sudah ke dokter mbak?"
"Sudah, saran dari dokter memang harus rawat inap."
"Di bawa ke rumah sakit saja mbak, nanti uangnya aku transfer."
"Baiklah kalau begitu, aku minta tolong Karsono buat ngantar bapak ke rumah sakit."
"Ya mbak, ini uangnya segera aku tranfer."
Kamisha segera melakukan transaksi lewat aplikasi banking. Setelah semuanya beres ia bersiap akan kembali ke hotel lagi.
Tiba - tiba...
"Hhhheeeehh... hheggghh..." ada seorang ibu sedang kesulitan bernapas, ia memegang dadanya yang kesakitan dan terkulai lemas di tanah. Kamisha segera berlari menghampiri.
"Bu___ bu___ ibu kenapa?"
"Tttolonghhh___ oobbathh."
"Obat?! obat ibu dimana?"
"Hheehhgg... hhehhggg..." wanita itu masih kesulitan bernapas. Tangannya menunjuk ke tas yang tergeletak tak jauh dari tubuhnya.
Kamisha segera mengerti isyarat ibu itu. "Maaf ya bu saya geledah tasnya."
Dengan cekatan kamisha mencari obat di dalam tas ibu tadi. Dan tidak membutuhkan waktu lama ia menemukan alat bantu napas atau inhaler. Ibu tadi kena asma. Kamisha menaruh inhaler di mulut ibu dan syukurlah sedikit demi sedikit ibu tadi bisa bernapas.
"Saya teleponkan ambulance, ibu harus ke rumah sakit," ucap Kamisha. Ia segera menelepon pihak rumah sakit. Ia memang sudah terbiasa kerja cepat.
Tiba - tiba seorang pria berusia setengah baya datang menghampiri "Nyonya___ nyonya___ apa yang terjadi?"
"Sepertinya ibu ini kena serangan asma. Saya tadi sudah memberinya inhaler cuma harus tetap di bawa ke rumah sakit."
"Ya___ ya___ saya telepon rumah sakit."
"Tidak perlu pak, saya sudah memanggil ambulance. Bapak telepon keluarganya saja untuk menuju ke rumah sakit Permata Hati."
"Bbbaik___ baik___ saya telepon tuan muda dulu."
Kamisha melihat kondisi ibu itu yang lemah dan dahinya penuh keringat. Ia segera mengambil tisu dan mengelapnya penuh kelembutan "Ibu jangan khawatir. Sebentar lagi ambulance datang. Tenang ada saya," Kamisha menggenggam tangan ibu tadi dan berusaha menenangkan.
Tak berapa lama ambulance datang dan segera membawa ibu tadi kerumah sakit. "Mbak tidak ikut?"
"Maaf pak, saya harus kembali ke kantor. Sebenarnya saya juga khawatir dan ingin memastikan keadaan ibu tadi. Cuma saya takut kena marah, ini pertama kali saya masuk kerja. Saya kira bapak sudah cukup. Keluarganya sudah dihubungikan?"
"Sudah mbak, ini tuan muda sudah perjalanan ke rumah sakit."
"Ya hati - hati pak."
"Terima kasih mbak."
"Sama - sama."
Ambulance segera melaju membawa ibu tadi ke rumah sakit. "Hah mudah - mudahan ibu tadi tidak kenapa - napa?" gumam Kamisha. Ia melihat jam di tangannya. "Waduh gawat, aku keluar hotel sudah cukup lama," pekik Kamisha.
Ia segera menuju ke mobilnya dan mempersiapkan kedatangan rombongan keluarga pak Bonar dan bu Indri. Syukurlah di hari pertama aku bekerja sudah dapat tamu yang lumayan banyak. Ayo Kamisha semangat..!
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Lucia
Harvey jangan" mantan kyra di ms lalunya. Yg kn asma mmahmya xander.🤔
2024-05-14
0
Anisul Mukaromah
pasti ibunya xander hehe nebak2 aja
2022-03-29
1
~Wiji~
bener bener perempuan cerdas dan cekatan,,,,, 👍👍👍👍👍,,,, 💪💪💪💪
2022-03-29
1