"Aduh Misha kenapa datangmu telat?"
"Macet Sof"
"Sudah ayo cepet masuk, sebentar lagi perwakilan dari Hadid Corporation dateng."
"Iya__iya__ bentar," Kamisha dengan buru - buru meletakkan helm di atas jok motornya.
"Eh tunggu."
"Apalagi, katanya suruh cepat."
"Pipimu kenapa?"
"Panjang ceritanya."
"Masih ada waktu, siapa yang sudah memukulmu?"
"Ini tadi jatuh di kamar mandi Sof."
"Rama... ya Rama kan yang memukulmu."
"Ah sudah jangan diperpanjang, ayo masuk," Kamisha menarik tangan Sofi.
Baru beberapa langkah dari tempat parkir tangan Kamisha di tarik oleh seseorang.
"Aaauuww mas Rama!"
"Ayo ikut aku!"
"Tidak mau! aku hari ini ada presentasi." Kamisha berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Rama.
"Rama lepas!" teriak Sofi. "Atau aku laporkan security," ancamnya
"Jangan ikut campur! ini urusanku dengan Misha!" Rama dengan mata menyala - nyala seperti orang kalap menarik Kamisha hingga terjerembab.
"Aauuww...!!!" teriak Kamisha kesakitan.
"Rama! kau keterlaluan."
"Diam Sofi! diam!" Rama meraih tangan Kamisha agar berdiri lagi. Kemudian menariknya keluar dari tempat parkir.
"Mas Rama lepas! lepaskan aku!"
"Diam...!!! kau turuti saja perintahku."
"Kau seperti orang kesetanan ini bukan Rama yang ku kenal."
"Diam...!!!" Rama terus menyeret Kamisha, sedangkan Sofi berteriak minta tolong.
Tiba - tiba ada seorang pria berkacamata dan berjas hitam.
"Pak, tolong teman saya pak," pinta Sofi.
Pria itu menghadang Rama, hingga dengan terpaksa ia menghentikan aksinya menyeret Kamisha.
"Permisi, sebaiknya anda lepaskan gadis itu." ucap pria berkacamata hitam.
"Jangan ikut campur! ini urusan ku dengan pacarku."
"Bukan pak, dia bukan pacar saya," bantah Kamisha.
"Oh berani ya kamu!" Plaaakk..!
"Aauuuww..!!! teriak Kamisha kesakitan. Ini adalah tamparan kedua yang dilakukan oleh Rama. "Pak, tolong saya pak."
"Rama kurang ajar kamu berani memukul Misha!" teriak Sofi lagi.
Terjadi keributan antara mereka berempat. Rama yang emosi mulai memukul pria berkaca mata yang diangggap telah ikut campur. Ternyata Rama salah memilih lawan. Pria tadi sudah terlatih dengan tehnik bela diri hanya dengan sekali pukul Rama langsung di lumpuhkan. Beberapa security datang dan membawa Rama ke kantor polisi.
"Terima kasih pak bantuannya," ucap Kamisha.
"Maaf saya hanya di perintah oleh tuan saya," jelas pria tadi. "Saya permisi."
"Tunggu pak, tuan bapak siapa?"
"Maaf saya tidak bisa memberi informasi apa - apa tanpa perintah."
"Oh," Kamisha kemudian mengikuti pria itu mendatangi sebuah mobil Land Rover warna hitam.
Kamisha tidak bisa melihat siapa saja yang ada di dalam. Tapi tidak mengurangi niatnya untuk berterima kasih.
"Terima kasih pak, bu," ucapnya sambil tersenyum lega dan membungkukkan badan. Entah yang di dalam mendengar atau tidak ia tidak peduli yang penting ia mengucapkan rasa terima kasih karena pertolongannya tadi. Apa jadinya jika ia tidak menyuruh orang untuk membantunya. Bisa kacau presentasinya nanti. Pria berkacamata hitam tadi masuk ke dalam mobil.
"Sudah kau bereskan pria tadi?"
"Sudah tuan."
"Siapa wanita tadi?"
"Dia korbannya."
"Untuk apa dia menunduk seperti itu?"
"Sepertinya dia mengucapkan terima kasih atas pertolongan tuan."
"Aku hanya tidak suka jika ada pria berbuat kurang ajar terhadap seorang wanita, ayo pergi aku sudah terlambat."
"Baik tuan."
Pria yang di panggil tuan tadi sempat melihat Kamisha dari balik pintu mobil. Dengan wajah lebam dan rambut yang berantakan Kamisha berusaha tersenyum.
"Sha__! Misha__!" Sofi berlari menghampiri Kamisha. "Siapa pria tadi?"
"Entahlah aku tidak tahu, pria itu hanya di suruh tuannya untuk menolongku."
"Oh."
"Eh kamu cepet masuk Sof, sebentar lagi presentasi dimulai."
"Terus kamu gimana?"
"Tidak mungkin aku masuk dengan kondisi berantakan seperti ini."
"Terus yang membantu presentasiku siapa? kalau gagal bu bos pasti marah."
"Hmm... pakai headset ini, akan aku pandu lewat handphone."
"Oke."
"Ini flashdisk yang berisi presentasi nya, sudah aku buat sejelas mungkin sehingga mereka akan gampang mencerna dan mengerti. Ini proposal sekaligus kontraknya."
"Aduh... aku jadi gugup begini, biasanya kita berdua yang maju."
"Aku yakin kamu pasti bisa, ini demi karier kita Sof."
Sofi menarik napas panjang dan menghempaskannya "Oke... kita pasti bisa, aku masuk dulu."
Dengan langkah cepat Sofi masuk ke dalam kantor. Sedangkan Kamisha meminjam ruang security untuk membuka laptop dan handphonenya secara bersamaan.
Ada rasa perih dan sakit di beberapa bagian tubuhnya tak mengurangi semangatnya untuk mengikuti meeting itu.
Dengan tegang Kamisha mendengarkan meeting lewat handphone. Perwakilan dari Hadid Corporation adalah seorang pria di dengar dari suaranya yang sangat berwibawa dan sedikit seksi bisa di pastikan ia orang yang sangat berpendidikan, berotak encer, cerdas dan teliti. Dia mempertanyakan detail - detail setiap presentasi yang diajukan. Dengan cepat Kamisha membantu Sofi menjawab pertanyaan - pertanyaan dari klien.
Dan akhirnya "Yesss... berhasil!" teriak Kamisha membuat beberapa security yang sedang menikmati kopi kaget.
"Mbak Misha mengagetkan saja."
"Maaf pak, saya terlalu gembira."
"Oya mbak pria yang tadi buat keributan sudah kami kirim ke kantor polisi. Mbak Misha di minta membuat laporan."
"Ya nanti kalau sudah penanda tanganan kontrak selesai saya akan ke sana pak," Kamisha membereskan laptop dan memasukkannya ke dalam tas "Pak saya permisi dulu, terima kasih sudah dipinjami tempat."
"Ya mbak Misha sama - sama."
Kamisha keluar dari ruang security dan berjalan masuk ke dalam kantor. Langkahnya sedikit tertatih karena luka di lututnya. Setelah penanda tanganan kontrak aku akan minta ijin pulang, badanku sakit semua. Mudah - mudahan saja bu bos mengijinkan pikir Kamisha. Ia duduk di sofa dekat lobby.
"Hmm pantesan perih ternyata lecet sampai berdarah." gumamnya lirih ketika memeriksa lututnya. Tangannya juga lecet terkena cengkeraman Rama.
"Misha!" panggil Sofi sambil memperlihatkan berkas di tangannya. "Kita berhasil," Sofi berlari menghambur memeluk Kamisha. "Sumpah aku di dalam tadi bener - bener tegang, untunglah kau membantuku."
"Kita saling membantu Sof."
"Gila utusan dari Hadid Corporation bener - bener pinter. Aku dibantai habis - habisan. Untung saja ganteng dan masih muda, jadi aku maafkan sikap arogannya tadi."
"Eh aku mau ijin bu Tiwi dulu."
"Kenapa?"
"Lihat nih aku babak belur begini, mana nyeri semua badanku."
"Ayo aku temani, tadi beliau juga mencarimu."
"Terus kamu bilang apa?"
"Ya aku bilang terus terang kalau kamu di serang orang tapi semua sudah teratasi."
"Bu Tiwi marah?"
"Ya jelas tidak donk. Mana mungkin marah kita bisa dapat klien kelas kakap."
"Hahahah ya benar, kita harus merayakannya."
"Bagaimana kalau hotpot di rumahmu nanti malam?"
"Setuju," ucap Kamisha. "Eh tapi temani aku dulu ke kantor polisi."
"Buat apa?"
"Buat laporan kejadian tadi."
"Ah biarkan saja dia membusuk di penjara, dasar mental preman. Aku bersyukur kau putus dengannya."
"Ya lega juga sih. Aku juga heran bagaimana bisa ia menyembunyikan sikap kasarnya itu selama kami pacaran. Tuhan masih sayang padaku Sof, selalu ada hikmah di balik suatu kejadian yang menimpa kita."
"Kamu tahu tidak? ternyata Rama pernah dekat sama anak bagian keuangan."
"Hah___ yang bener? siapa?"
"Sinta."
"Sinta yang bukitnya gede? yang operasi hidung kemarin itu?"
"Yap."
"Wah gila, memang sih mereka pernah ketemu waktu Rama jemput aku di kantor."
"Nah ketahuan kan kalau dia itu playboy cap kadal."
"Sudah___ sudah___ biar begitu dia pernah ada di masa - masa sulitku waktu awal - awal tinggal di Bandung. Kita tidak perlu menjelek - jelekkan, yang lalu biarlah berlalu."
"Benar juga sih. Ayo kita ke bu Tiwi, keburu siang."
Mereka berdua menemui bu Tiwi untuk memohon ijin. Dan tentu saja akan diijinkan mengingat mereka sudah mendapatkan proyek besar untuk EO. Dan tentu saja jika ini berhasil akan membuat nama EO semakin besar.
Setelah berbincang sebentar dengan bu Tiwi, Kamisha dan Sofi keluar dan berencana ke kantor polisi.
"Mbak Misha!"
"Hadeh, datang satu lagi komplotan playboy cap Kadal," ucap Sofi jengkel.
"Rani? ada apa?"
"Mbak, aku mohon lepaskan mas Rama."
"Rama yang memintamu?"
"Tidak ini inisiatifku sendiri. Kalau mas Rama di penjara siapa yang akan bertanggung jawab atas kehamilanku."
"Kamu hamil?"
"Ya mbak, sudah satu bulan aku terlambat."
"Makanya jadi cewek jangan murahan," gumam Sofi pelan tapi bisa di dengar oleh Rani.
"Ssstt... jangan begitu Sof."
"Muak aku lihat wajah pengkhianat sepertinya. Aku tunggu di tempat parkir ya."
"Oke."
"Mbak Misha masih marah?"
"Kalau marah aku tidak, kalau kecewa iya."
"Mbak masih belum bisa menerima kalau mas Rama lebih memilihku?"
"Bukan___ bukan karena itu. Aku kecewa karena kamu sama sekali tidak memikirkan masa depanmu Ran, dengan mudah kamu termakan bujuk rayunya dan sekarang kamu hamil. Ya kalau Rama mau bertanggung jawab, bagaimana kalau tidak?"
"Aku yakin mas Rama mau bertanggung jawab, itu janjinya padaku."
"Jangan dengan mudah percaya janji - janjinya Ran. Kau lihat saja aku, banyak yang dia janjikan padaku tapi ternyata di belakangku dia mengkhianatiku. Tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi padamu."
"Mbak Misha bicara seperti itu karena mbak Misha kalah denganku kan?"
"Terserah kalau itu penilaianmu tentangku. Aku hanya kasihan dengan anak dalam kandunganmu jangan sampai terlantar. Perlu kamu ingat Ran aku sama sekali tidak keberatan kau bersama dengan Rama sekarang tapi tolong jangan ganggu kehidupanku lagi, oke?"
"Lantas bagaimana dengan nasib mas Rama sekarang?"
"Aku akan menolong untuk yang terakhir kali dan aku sama sekali tidak berkeinginan memenjarakannya. Walaupun perbuatannya padaku seperti mental preman." Setelah mengucapkan itu Kamisha pergi meninggalkan Rani dan menyusul Sofi di tempat parkir.
"Sudah pergi gadis itu?"
"Rani?" Sofi mengangguk. "Sudah," jawab Kamisha
"Kok bisa ya kamu santai menghadapi orang seperti itu. Wajahnya saja kelihatan imut tapi ternyata kelakuannya amit - amit."
"Jangan begitu aku sebenarnya kasihan dengannya. Dia termasuk korban juga lo."
"Benar juga sih, masa depannya sudah hancur."
"Tapi kalau di mau menyadari kekeliruannya dan belajar dari hal itu aku yakin dia akan hidup lebih baik."
"Terus kita jadi nih ke kantor polisi?"
"Jadi donk."
"Heh... harus bertemu lagi deh sama wajah playboy cap kadal. Tidak seperti wajah perwakilan dari Hadid Corporation tadi, duh gantengnya."
"Wah... wah... bisa - bisa kamu nggak konsen kerja ya?
"Kamu belum tahu sih orangnya," puji Sofi terus menerus. "Eh bener kamu akan menarik laporan dan memilih berdamai."
"Tentu saja, aku harus belajar mengiklaskan semua yang telah terjadi agar dapat melanjutkan hidup menjadi lebih baik," ucap Kamisha. "Apalagi sekarang ada Axel yang selalu menjadi penyemangatku."
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
benar Sha, ga level lha cowo macam si Rama itu
2024-05-29
1
Lucia
Knp dilepas laporannya. Kalo rani bohong bilang hamil gimana??? Keenakan rama bisa nyakitin lagi🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2024-05-14
0
Anisul Mukaromah
wahh udah mulai muncul nih sosok laki2nya tp sayangnya masih belum ketemu sama misha
2022-03-13
2