Raina datang ke bandara hanya dengan membawa tas selempang saja. Adry lalu memandanginya dari bawah hingg ke atas.
Sepatu kets, celana jins ketat dan kaos putih pas badan yang dimasukkan dan memperlihatkan lekuk tubuhnya matang dan menantang. Tubuhnya seperti model tetapi lebih berisi di sisi yang penting.
Rambutnya diikat tinggi memperlihatkan wajahnya yang mulus dan lehernya yang jenjang. Mengapa penampilan sederhana seperti itu saja terlihat menarik? Adry tidak tahu.
Leon langsung menyalami Adry membuat hangat hati pria itu. Penampilan Leon hampir sama dengan Raina memakai celana Levis dan kaos putih hanya saja dia memakai jaket Levis.
"Aku sudah membelikan kalian jaket ini untuk digunakan selama perjalanan," Adry melihat ke arah sekretarisnya yang menyerahkan paper bag pada Raina dan Leon.
Raina mengambil jaket dalam paper bag ya. Dia menelan Salivanya ketika tahu harga jaket itu dua belas juta hanya untuk sebuah jaket. Ini namanya pemborosan. Batin wanita itu tidak senang. Sayangnya ekspresi wanita itu tertangkap oleh Adry.
"Kenapa tidak suka dengan modelnya?"
"Tidak suka dengan harganya!" ucap dingin Raina.
"Tinggal pakai saja tidak usah memikirkan harganya," ujar Adry tidak kalah dingin.
Raina lalu menghembuskan nafas kencang.
Adry lalu berjongkok di depan Leon. "Kenapa tidak kau pakai jaketnya?"
"Aku sudah memakai jaket ini. Ini ayah kirimkan langsung dari Amerika jadi aku sangat menyukainya," ucap Leon bangga memegang kerah jaketnya.
Sedangkan Adry merasa sangat kecewa dia tersenyum kecut lalu berdiri di samping Raina.
"Kita harus cek up sekarang karena pesawat sudah mendarat di bandara," kata Adry.
Mereka lalu pergi cek up. Sekretaris Adry lalu memberikannya satu koper padanya. Katanya itu pakaian sementara dia dan Leon.
"Seharusnya kau tidak perlu repot membelikanku atau Leon pakaian, aku bisa membawa pakaianku," kata Raina berjalan di samping Adry.
"Aku hanya ingin kau terlihat pantas berjalan di sampingku," kata Adry.
"Kenapa apakah aku terlihat seperti gembel di jalanan?"
Adry menghentikan langkahnya lalu menyipitkan mata dan Raina dari bawah ke atas. Dia menggerakkan kepala dan satu tangannya.
"Kau lihat aku dan lihat penampilanmu," ucap Adry.
"Tidak ada yang salah dengan penampilanku yang salah adalah cara berpikirmu!"
Adry hanya terdiam, tetap melangkahkan kaki ke depan. Leon memperhatikan ibunya dan pria yang telah menjadi ayah sambungnya bertengkar. Dia tidak mengerti apa yang mereka perdebatkan soal bajukah kah?
Seorang wanita cantik memakai seragam sebuah maskapai datang menghampiri mereka.
"Tuan Adry Quandt?" tanyanya. Adry lalu menganggukkan kepalanya. Wanita itu mulai dari memandu proses check in, menunggu di lounge, hingga membawakan tas penumpang. Wanita itu beserta menemani mereka terus dari bandara hingga masuk ke dalam pesawat.
Pelayanan dari kru kabin untuk first class juga jauh berbeda. Biasanya para kabin kru sudah akan mencari tahu mengenai penumpang di first class. Mulai dari wajahnya, nama, bahkan hingga kesukaan masing-masing.
Tujuannya agar mereka bisa melayani para penumpang dengan lebih personal.
Sangat berbeda sekali dengan pengalaman Raina yang harus antri cek in dan duduk menunggu di kursi biasa. Ini lah kehebatan dari uang bisa membeli pelayanan dan kenyamanan.
Mereka lalu memasuki pesawat dengan dipandu oleh seorang pramugari. Ternyata Adry memesan first kelas untuk mereka dan dua asistennya jadi ruangan ini diperuntukkan khusus untuk mereka. Orang kaya selalu membutuhkan prestise selain kenyamanan karena duduk di kursi bisnis saja sudah nyaman.
Raina lalu melihat keseluruhan isi ruangan itu. Furnitur yang digunakan untuk tempat duduk pun akan jauh berbeda dari business class dan economy class. Furnitur yang digunakan memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi.
Kulit kursi atau kayu yang digunakan untuk kursi first class adalah bahan yang biasa digunakan juga untuk membuat mobil-mobil mewah seperti merk Porsche atau Rolls Royce.
“Kalau di first class itu mereka menggandeng product designer yang biasanya untuk mobil sport atau yang biasa membuat kapal yacht. Benar-benar premium top quality kalau di first class," terang Adry pada Leon yang sedang mengagumi ruangan itu. Mata anak itu terbelalak dan bersinar.
Leon lalu memilih tempat duduk di depan sendiri, sedangkan Raina duduk di samping sebelahnya. Adry duduk di belakang Raina.
Mereka sempat transit di beberapa tempat seperti Kuala lumpur dan Dubai. Leon sangat menikmati perjalanan ini.
Di Dubai mereka sempat makan di bandara. Leon tidak tahu harus memesan makanan apa karena yang dia tahu selama ini hanya makanan rumahan saja.
"Pesan saja ayam tepung untuknya," kata Raina.
"Baiklah." Adry meminta Roy yang berdiri di depannya untuk memesankan ayam tepung dan kentang untuk mereka. Setelah pesanan datang mereka mulai makan.
Leon terlihat lesu dan nampak tidak bersemangat untuk makan.
"Kau lelah?" tanya Raina cemas.
"Tidak apa-apa Bu." Leon tersenyum seperti biasanya.
"Seharusnya kau meminum obatnya satu jam yang lalu," ujar Raina membuka tas dan mengeluarkan obat-obatan itu.
"Aku tidak apa-apa Bu, hanya sedikit lemas saja," ungkap Leon.
"Besok kau harus melakukan cuci darah lagi namun akh entahlah!" nada bicara Raina terdengar frustasi. Rasa bersalah kembali bernaung dalam diri Adry.
"Kau jangan khawatir aku sudah membuat jadwal dengan Dokter di sana besok," kata Adry menenangkan Adry.
"Jika sesuatu terjadi padanya aku tidak akan memaafkanmu!" ancam Raina.
"Bu, sudahlah aku baik-baik saja." Raina terdiam lalu membuka obat dan memberikannya pada Leon.
"Minum dulu obatmu," ucap Raina serak menahan tangis.
"Jangan menangis, Bu, banyak orang," ledek Leon. Dia tahu jika ibunya pasti akan menangis jika mendengar dia merasakan sakit. Maka dari itu dia menahan rasa itu agar ibunya tidak tahu.
"Ibu tidak akan menangis jika kau baik-baik saja." Dia sempat menyeka air matanya.
"Lihat Om! Ibu itu selalu menangis," ujar Leon menunjuk ke arah Raina.
"Hingga membuatmu enggan untuk menangis karena sakit?" lanjut Adry mengusap kepala Leon. Anak itu sendiri tersenyum kecut.
Adry lalu menggendong Leon kembali ke pesawat. Raina berjalan di belakangnya. Mereka nampak seperti pasangan yang serasi bagi orang yang melihatnya.
"Kau istirahat saja dulu. Beberapa jam lagi kita akan sampai," ucap Adry pada Leon. Pria itu menyelimuti Leon dan mencium kening anak itu lembut dan dalam.
Leon tertawa seraya memejamkan matanya.
''Kenapa memangnya ada yang salah?" tanya Adry.
"Om seperti seorang ayah di televisi," ucap Leon.
"Memang aku ayahmu!" teriak Adry dalam hatinya.
"Kalau begitu panggil aku ayah, agar kau mempunyai ayah," kata Adry.
"Lalu bagaimana dengan ayahku, nanti dia marah jika aku memanggil orang asing dengan sebutan Ayah," ungkap Leon membuat hati Adry terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Syahriani Dewi
anak yg polos😭
2022-12-10
0
Christy Oeki
diberikan ketabahannya
2022-06-13
0
Marice Rorong Fitje
bikin haru kasihan leon anak yng baik
2022-04-08
0