"Bagaimana Dok? Apakah kita bisa melakukan program hamil lagi?" tanya Adry pada Ryan dokter kandungan Nita.
"Maaf, Dry, Nita belum bisa hamil lagi setelah mengalami keguguran untuk yang ketiga kali. Mungkin menunggu tiga atau setidaknya dua tahun lagi agar kandungannya kuat dan kokoh terlebih dahulu. Jika kita paksakan bisa-bisa kandungan istrimu akan robek karena dindingnya sudah tipis setelah melakukan proses kuret berkali-kali," terang Dokter Ryan.
Adry hanya bisa melihat ke samping dan mengigit bibirnya keras. Nita menengadahkan wajahnya ke atas agar air matanya tidak keluar. Sembari menarik nafas panjang.
"Ku kira kita harus bersabar," kata Adry mengusap punggung Nita.
"Tetapi orang tuamu sudah sangat berharap hadirnya seorang cucu, Dry," kata Nita.
"Lalu kita harus bagaimana. Apakah aku harus memaksamu untuk hamil lagi sedangkan hak itu bisa saja membuatmu kehilangan rahim bahkan nyawa?" Tubuh Nita bergetar hebat.
Sudah sepuluh tahun pernikahan mereka namun mereka belum juga diberi momongan. Mereka sama-sama sehat hanya saja kondisi rahim Nita melemah setelah berkali-kali melakukan kuret.
Adry adalah anak tunggal dari salah satu konglomerat negeri ini. Dia adalah The Chairman Sinar Jaya grup, sebuah perusahaan besar yang masuk ke dalam berbagai sektor usaha. Keluarganya sangat menginginkan hadirnya seorang pewaris keluarga.
"Kita tahu jika Ibu telah memaksamu untuk menikah lagi," ungkap Nita. Adry menarik tubuh Nita agar masuk ke dalam pelukannya.
"Aku tidak akan melakukannya," kata Adry jelas. "Jika aku yang tidak bisa punya anak apakah kau juga akan meninggalkan aku?" Nita menggelengkan kepalanya. "Hal itu juga yang akan kulakukan."
Dokter Ryan menghela nafas panjang melihat drama rumah tangga pasien eksklusifnya.
"Aku punya saran bagi kalian?" kata pria itu tiba-tiba, membuat Nita menghentikan tangisnya. Pasangan itu lalu menatap Dokter mereka dengan seksama.
"Saran apa Dokter?"
"****** milikmu bagus dan indung telur Nita juga kondisinya bagus. Kita bisa melakukan pembuahan. Setelah itu kita taruh dalam rahim yang sehat," jelas Dokter Ryan.
"Tetapi Anda mengatakan jika kondisi rahim Nita tidak baik-baik saja," ungkap Adry.
"Saya mengatakan jika hasil pembuahan itu diletakkan ke dalam rahim yang sehat. Itu artinya kita butuh rahim sehat untuk tempat tumbuh calon anak kalian."
"Saya tidak mengerti," ucap Nita.
"Surrogate Mother, Rahim pengganti. Kita membutuhkan itu," terang Dokter.
"Kita bisa merahasiakan hal ini dari publik. Saran saya kita bisa melakukannya di negara yang mengijinkannya, seperti negara Amerika atau beberapa negara Eropa," saran Dokter Ryan.
"Maksud Dokter?" tanya Adry antusias.
"Yang kita butuhkan adalah wanita yang mau melakukannya dan mau merahasiakan hal ini." Dokter Ryan lalu menatap Nita. "Dan kau tetap berpura-pura sedang hamil agar publik atau orang luar tidak curiga."
"Jadi rencana Anda adalah Nita pura-pura sedang hamil sedangkan wanita lain yang sedang hamil anak kami?" Ryan menganggukkan kepalanya pada Adry.
"Aku tidak setuju, aku ingin anakku hanya lahir dari rahim Nita," debat Adry keberatan.
"Tetapi aku setuju, mungkin ini cara terbaik bagi kita untuk mempunyai anak sendiri."
"Kita akan merahasiakannya. Hanya kita dan Dokter Ryan yang tahu," ujar Nita. "Kita tidak harus berpisah dan aku tidak harus dimadu olehmu," ucap Nita sesak.
"Orang tuamu akan bahagia jika tahu keturunan mereka telah lahir ke dunia ini," imbuh Nita penuh harap.
"Ku mohon... ." Mata Nita menatap memelas pada Adry.
"Terserah kau saja hanya saja sudah kukatakan jika aku tidak setuju," ujar Adry tidak senang.
Nita tersenyum kecut lalu melihat ke arah Dokter Ryan.
"Kami setuju untuk melakukannya. Namun, mencari wanita yang mau melakukannya dan bisa dipercaya itu sangat sulit," ungkap Nita.
"Bisakah Anda, membantu kami untuk menemukannya. Kami bersedia membayar berapapun jika wanita itu bersedia melakukannya."
"Baiklah, saya akan membantu kalian untuk mencarinya, Nyonya Nita. Untuk itu kami butuh waktu lebih," kata Dokter Ryan.
"Waktu kami akan memberikannya." Nita terlihat sangat antusias dengan solusi masalah ini yang telah Ryan sampaikan.
"Wanita itu harus sehat tidak mempunyai penyakit bawaan karena dia itu akan mengandung anakku," tegas Adry.
"Kalian bisa mengeceknya langsung dan melihat hasil medisnya."
"Satu lagi dia bukan wanita murahan!" Ucapan Adry penuh dengan penekanan.
Ryan menarik nafas. "Percayalah pada kami."
"Apakah Anda pernah melakukan ini?" tanya Adry khawatir.
"Tidak di negara ini tetapi aku pernah melakukannya sewaktu masih di Amerika serikat," ungkap Dokter Ryan.
"Ya, di sana memang dilegalkan."
Dokter Ryan menganggukkan kepalanya.
"Jadi kita sepakat untuk melakukannya?" tanya Ryan untuk menegaskan hal ini.
"Ya," ucap Nita penuh keyakinan seraya menatap mata suaminya.
"Baiklah, aku setuju," kata Adry masih dengan hati mengganjal.
Mereka lalu keluar dari ruangan itu, melewati lorong rumah sakit.
Tiba-tiba handphone Nita berbunyi. Orang tuanya menelfon. Dia meminta waktu pada Adry untuk menjawab telephon itu.
Adry lalu berjalan ke arah halaman belakang rumah sakit. Dia berdiri di depan pintu menatap jauh keluar. Tiba-tiba dia ditabrak oleh seseorang dari arah depan. Anak itu terhuyung ke belakang.
"Maaf," kata seorang anak itu melihat ke arah Adry.
Manik mata mereka saling bertemu. Adry terkejut melihat warna bola mata mereka sama, hijau terang.
"Maaf," kata anak itu lagi ingin agar lengannya dilepaskan oleh Adry.
"Oh, iya. Om yang minta maaf karena berdiri di pintu." Melepaskan lengan anak itu. Entah mengapa tatapannya tidak bisa lepas dari wajah anak itu.
"Permisi saya harus masuk ke dalam karena Ibu sudah menunggu," ujarnya meninggalkan Adry sendirian.
Sesuatu terasa hilang ketika Adry menatap kepergian anak lelaki itu. Dia berpikir mungkin jika dia punya anak lelaki akan mirip dengan anak itu karena warna mata mereka sama dan rambut mereka juga sama-sama lurus berwarna hitam kecoklatan.
"Kau melamun?" tanya Nita mengagetkan Adry.
"Tidak aku hanya melihat anak yang memiliki warna mata mirip denganku dan berpikir jika kita punya anak apakah warna matanya sama sepertiku," ucap Adry.
"Semoga saja, jalan kita yang diambil kali ini mungkin jalan yang dipilihkan Tuhan agar kita bisa tetap bersama dan memiliki anak."
"Kau benar, Nita."
"Orang tuamu menelfon untuk apa?" tanya Adry.
"Mereka ingin bertemu karena kita sudah lama tidak menemui mereka," ujar Nita.
"Kau atur saja pertemuan itu. Mungkin makan malam," ujar Adry.
"Baiklah, aku akan mengaturnya." Mereka lalu berjalan menuju pintu keluar. Dari jauh Adry melihat anak yang tadi ditabraknya sedang masuk ke sebuah ruangan hemodialisa bersama seorang wanita. Sebelum anak itu masuk wanita itu terlihat memeluk dan mengusap punggungnya.
Hati Adry yang melihatnya ikut sakit. Apakah anak itu akan menjalani proses cuci darah? Sayang sekali padahal umurnya masih terlalu kecil untuk mengalami hal ini. Tanya Adry dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Syahna Amira sy
kontak batin seorang ayah mungkin ya????
2024-06-17
0
Audrey Chanel
anaknya Adry ini
2023-01-09
1
teti kurniawati
semangat kak nana.. ☺
2022-10-31
0