"Kenapa kau tidak memakai jasa MUA atau sejenisnya bukankah aku sudah memberikanmu yang di dalam kotak dalam bingkisan?"
Raina yang duduk di pinggir pintu memandang ke arah luar jendela. Dia menjawab tanpa mau melihat ke arah Adry.
"Sudah kukatakan aku tidak membuka semua bingkisan itu dan aku tidak tahu apa saja yang kau bawakan untukku. Lagipula aku bisa merias wajahku sendiri tanpa bantuan orang."
Adry memang mengakui jika Raina terlihat berbeda dari biasanya. Dia nampak jauh lebih cantik dan berkelas.
"Seorang pegawai bank memang harus pandai merias wajahnya," ucap Adry membuat Raina terkejut sejenak menoleh menatapnya. Ketika bola mata mereka bertemu Raina langsung membuang wajah ke samping.
"Darimana kau tahu tentang pekerjaanku sebelumnya?" dingin dan ketus suara yang Raina keluarkan.
"Aku harus tahu tentang calon istriku!" kata Adry tegas.
Kedua alis Raina melengkung ketika mobil memasuki sebuah kantor urusan agama. Dia tidak mengira jika Adry akan menikah secara resmi dengannya.
"Bukankah kita akan menikah di bawah tangan?"
"Itu tidak akan efektif untuk menjeratmu, kau bisa saja kabur membawa bayiku begitu saja tanpa bisa kutuntut karena kita tidak punya surat perjanjian yang nyata." Pernyataan Adry membuat mata Raina melebar.
"Namun, aku sudah menandatangani surat perjanjian itu," ucap Raina cemas. Dia tidak ingin menikah secara resmi karena hanya akan memperlama proses perceraian nantinya.
"Setelah kau menjadi istriku maka hidupmu ada dalam kendaliku, kau mengerti! Itu tujuanku agar kau tidak bisa pergi setelah menyelesaikan tugasmu untuk menjadi seorang ibu bagi anakku!"
'Tugas Ibu' mengapa artinya terdengar berbeda untuk Raina. Namun dia memang harus menjadi ibu pengganti untuk anak Adry. Dia seperti dipermainkan tetapi Adry selalu membalikkan kata-katanya dengan pandai membuat dia terdiam.
"Ayo turun atau kau ingin membatalkan pernikahan ini?" tanya Adry. Raina terlihat ragu untuk membuka pintu mobil.
"Sebenarnya aku enggan untuk meneruskannya," ucap Raina.
"Kalau begitu kau harus mengganti kerugian ku sepuluh kali lipat. Semua pemberianku itu, biaya cek up kesehatan, dan juga biaya yang sudah kukeluarkan untuk memboking rumah sakit di Jerman serta DP untuk membeli ginjal bagi anakmu!" ancam Adry dingin dan datar.
"Kau sudah membeli ginjal untuk Leon?" tanya Raina.
Adry menganggukkan kepalanya. "Bukan membeli baru memesan karena golongan darah yang dimiliki boleh Leon termasuk langka jadi sulit untuk mendapatkannya. Golongan darah kami sama hanya saja Dokter mengatakan akan lebih baik jika aku memesannya saja," ucap Adry.
"Sungguh kebetulan yang unik kan?" sindir Adry lagi.
Wajah Raina terlihat memucat seketika. Dia menyeka keringat dingin yang tiba-tiba keluar dari dahinya.
"Ha... ha... memang kebetulan yang aneh," tawanya sumbang.
"Jadi kau akan meneruskan pernikahan ini atau kembali pulang?" tanya Adry santai.
Raina menatap Adry sejenak. Dia nampak berpikir.
"Kau tidak memberikanku pilihan lain," jawab Raina.
"Itulah bisnis, jangan memberikan kesempatan pada lawan untuk berpikir." Adry langsung membuka pintu mobilnya dan bergerak memutari mobil dan membuka pintu mobil samping dengan cepat.
Setelah melakukan pernikahan itu, Adry mengantarkan Raina ke rumahnya. Dia tetap duduk di kursi mobil tidak bergerak.
"Raina aku masih ada rapat dengan anggota direksi perusahaan jadi aku tidak akan ikut masuk."
"Tidak perlu untuk apa, pernikahan ini hanya settingan saja kan?" kata Raina lalu membuka pintu mobil.
"Tidak ada pernikahan yang main-main orangnya saja yang mempermainkannya."
"Kita melakukannya untuk kepentingan dan keuntungan masing-masing jadi bagiku ini semua hanya terjadi hitam diatas putih namun tidak berarti aku mengharapkan kau memperlakukanku sebagai seorang istri dan aku akan memperlakukanmu sebagai seorang suami. Begitu kan perjanjiannya Tuan Adry. Maka jangan mengambil kesempatan dari kejadian ini. Jangan nodai kepercayaan istri Anda!" ucap Raina keluar dari mobil itu.
"Dua hari lagi kita akan ke Jerman, aku sudah menyiapkan semuanya. Kau cukup membawa dirimu dan Leon saja tidak usah membawa baju karena sudah ada! Ingat lagi hari aku akan menjemputmu!" ujar Adry. Raina lalu menutup pintu mobil itu.
Adry menggeser tempat duduknya, lalu membuka pintu mobil ketika melihat Leon berdiri bersama Raina menunggunya pergi. Pria itu membuka pintu mobil itu lagi dan melambaikan tangannya agar Leon mendekat.
"Om tidak turun dan masuk ke dalam?" tanya Leon.
"Tidak, Om ada urusan penting di kantor. Leon Om ingin mengatakan sesuatu, jika dua hari lagi Om akan menjemput kalian pergi ke Jerman," kata Adry.
"Jerman, itu kan jauh Om?" tanya Leon. "Bagaimana dengan sekolahku, aku akan membolos lagi?" Nada bicara Leon terdengar sedih dan keberatan.
"Untuk sementara waktu kau akan berhenti bersekolah untuk fokus pada pengobatanmu. Jika kau sudah sembuh kau bisa bersekolah lagi dan bermain bersama teman-teman." Adry tersenyum serta mengusap punggung anaknya. Dia ingin memeluk tubuh Leon namun tidak ingin membuat Raina curiga kalau dia sudah tahu kebenarannya. Dia ingin wanita itu sendiri yang mengatakan jika Leon adalah anaknya.
"Kau ingin sembuh dan sehat kembali kan? Percayalah Om akan lakukan apapun agar kau bisa pulih seperti teman-temanmu. Jadi kau hanya perlu menurut saja," kata Adry meyakinkan
Leon melihat ke arah Raina dan Raina menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kalau begitu aku akan berpamitan dengan teman-temanku besok."
Adry lalu memegang dagu Leon. "Om ingin kau belajar memanggilku ayah karena Om sudah menikahi ibumu," kata Adry tersenyum kecut. Mata Raina bergerak cantik karena terkejut. Adry selalu membuat jantungnya tidak sehat karena memberikan spot untuk jantungnya.
"Jika kau tidak bisa mengatakannya sekarang kau bisa mulai belajar mengatakannya besok saat kita bertemu lagi."
Adry mengacak rambut Leon lembut baru menutup pintu mobilnya. Mobil mulai berjalan meninggalkan rumah itu.
"Kenapa suamimu tidak masuk ke dalam rumah?" tanya Ina penasaran.
"Dia ada pekerjaan penting dan akan keluar kota." Raina mulai membawa masuk ke Leon ke dalam rumah.
"Aku sekarang mengerti mengapa pria itu mau menikahimu. Ternyata kau hanya dijadikan istri keduanya atau lebih tepat simpanannya."
Raina yang mendengar kata-kata Ina memejamkan matanya sejenak.
"Leon masuk ke dalam kamarmu!" kata Raina. Leon lalu pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Raina , Ina dan suaminya.
"Kak, pernahkah aku mengurus soal pernikahanmu? Tidak pernah kulakukan. Pernahkah aku nyinyir soal hidupmu tidak pernah lalu mengapa kau selalu memandang buruk padaku. Kita hanya dua saudara namun kau selalu bertindak seperti aku adalah lawanmu!" ujar Raina yang mulai kehabisan kesabaran.
"Karena aku selalu kesal ketika orang tua kita selalu membela kelakuanmu yang salah itu!"
"Aku tidak punya suami kau jadikan itu sebagai bahan untuk menyudutkanku kini aku telah menikah kau menyalahkan aku lagi. Apa salahnya dengan menjadi istri kedua kalau istri pertama setuju, sah bukan perkara yang dilarang! Lagipula aku menikahi pria kaya yang bisa membantuku mengobati Leon yang harus menghabiskan banyak dana, di samping itu dia juga tampan dan menarik, tidak ada yang kurang darinya. Aku yakin akan banyak wanita yang ingin berada di posisiku. Kau juga pasti akan tertarik jika menjadi aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
3 semprul
kalak nya jahat banget...
2022-06-13
1
Christy Oeki
dimudahkan urusannya
2022-06-13
0
Dream Girl
Kakak yg selalu iri hati ....pdhl py semuanya.Nga si dunia nyata nga di dunia halu...banyak modelan Inaya.Hidup enak py kel bahagia nba pernah susah msh aja nyinyirin adik.😣
2022-05-01
1