Raina masuk ke dalam ruang Dokter Ryan setelah dipersilahkan masuk ke ruangan.
"Aku bersedia tetapi aku punya satu syarat yang ingin kukemukakan pada mereka," kata Raina.
"Syarat apa?" tanya Ryan menatap penuh misteri pada Raina
"Besok saja setelah aku bertemu dengan mereka!" ujar Raina.
"Mereka bisa menemui aku di rumah karena aku tidak akan menemui mereka," ucap Raina. Dia menuliskan alamat rumahnya.
***
Raina sedang membuat kue untuk dititipkan pada warung-warung sekitar kompleksnya ketika sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan dalam halaman rumah.
Seorang pria dan wanita berpakaian necis turun dari mobil. Mereka lalu menanyakan alamat rumah pada orang yang sedang berjalan
"Iya bener ini rumah Bu Raina. Orangnya sepertinya ada di dalam."
"Terimakasih pak."
Mereka lalu berjalan masuk ke dalam pekarangan kecil rumah itu yang ditumbuhi beraneka macam bunga berwarna warni di tata dalam wadah pot. Rumah sederhana namun terlihat keasriannya. Sesampainya di depan pintu, mereka mengetuknya.
"Assalamualaikum," salam mereka.
"Wa'alaikum salam," Raina menghentikan kegiatannya di ruang tengah.
"Leon, kamu jaga kue yang diopen ya, jangan sampai gosong!"
"Iya, Bu," jawab Leon.
Raina lalu melangkah ke arah pintu dan membukanya. Dia terkejut ketika melihat sepasang suami istri berdiri di depan pintu. Mereka menelisik penampilan Raina dari bawah hingga ke atas membuat Raina risih.
"Ya, ehm siapa ya?" tanya Raina sopan.
"Maaf apakah Anda yang bernama Raina?" tanya Nita ramah.
"Ya," jawab Raina.
"Boleh kami masuk, kami ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," ucap Nita.
Adry lebih banyak terdiam memandang wanita yang berdiri di depannya. Menatap matanya. Sepertinya mereka pernah bertemu tetapi kapan dan dimana? Batin Adry. Mungkin dia salah satu pegawainya.
Mereka lalu masuk ke dalam rumah Raina. Di sana hanya ada satu set sofa yang telah memudar warnanya, satu meja kecil di pojokan ruangan dihiasi dengan vas dan bunga plastik. Meja persegi panjang dengan taplak yang terbuat dari anyaman. Namun, rumah ini terlihat sangat bersih dan harum alami bunga melati yang ada di depan rumah itu.
Raina mempersilahkan mereka duduk dia lalu masuk ke dalam dan kembali dengan tiga cangkir teh hangat serta kue yang masih mengepul dan berorama fanili.
"Silahkan di minum," tawar Raina. Nita tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kami berdua datang kemari berkunjung setelah diberi alamat oleh Dokter Ryan. Tujuan kami sepertinya Mba ... ," Nita memberi jeda
"Panggil saja Raina, sepertinya aku jauh lebih muda dari kalian," selanya. Dia sudah tahu maksud pasangan ini setelah menyebut nama Dokter Ryan.
"Dik Raina sepertinya sudah tahu alasan kami datang kemari. Kami membutuhkan wanita yang bisa membantu kami memecahkan permasalahan pelik ini." Dada Nita mulai terasa berat jika memikirkan hal ini.
"Kami butuh seseorang untuk mau hamil anak kami," kata Adry langsung pada inti pokok permasalahan. Dia bukan karakter pria yang suka basa basi.
Sedangkan Raina terpaku ketika melihat bola mata Jamrud milik Adry. Dia menelan Salivanya dengan sulit. Bola mata itu sangat mirip dengan pria yang telah bersamanya bertahun-tahun lalu sayang dia tidak bisa melihat jelas wajahnya karena suasana dalam kamar villa itu gelap hanya ada cahaya sinar bulan yang masuk melalui jendela kaca besar.
Namun, sepertinya tidak mungkin kan? Ini bukan kebetulan yang nyata.
"Kami dengar kau pun sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan putramu," imbuh pria itu lagi.
"Eh, ya," Pikiran Raina menjadi kalut.
"Tunggu sebentar," ujar Raina masuk ke dalam dapur mengecek apakah Leon masih ada di dapur atau sedang mendengar pembicaraan orang dewasa itu. Hatinya tenang ketika melihat Leon masih asik berkutat dengan kue yang sedang mereka buat.
"Kau di sini saja ya, jangan pergi kalau tidak ibu panggil." Leon menganggukkan kepalanya.
Sebelum Raina kembali masuk ke ruang tamu itu dia menghela nafas terlebih dahulu menetralisir perasaannya. Dadanya mulai berdetak lebih kencang takut apa yang dia pikirkan itu adalah sebuah kenyataan.
Dia kembali duduk lalu menyesap sedikit tehnya karena merasa gugup. Dia menatap ke arah Adry lagi dan menemukan kemiripan wajah serta rambut pria itu dengan Leon.
Ini tidak mungkin? Apakah ini cara Tuhan untuk membawa ayah Leon datang ke rumah ini? Dia akan menyelidikinya terlebih dahulu. Ayah kandung Leon punya tatto di bawah ketiaknya.
Tidak dia tidak bisa gegabah jika Raina mengemukakan ada kemungkinan jika pria itu ayah Leon maka bisa saja dia mengambil Leon darinya karena pasangan di depannya sedang membutuhkan seorang anak untuk menjadi pewaris keluarga.
Raina mengusap wajahnya yang mulai berkeringat. Sedangkan Nita dan Adry melihat wajah panik Raina.
"Apa tadi? Oh, ya hamil," kata Raina setelah menghabiskan teh miliknya.
"Katanya kau setuju untuk melakukannya tetapi meminta sebuah syarat selain pembayaran yang pantas."
"Kalian sangat butuh anak itu kan?" tegas Raina. Pasangan itu menganggukkan kepalanya.
"Aku pikir untuk memiliki anak harus dengan pengorbanan yang besar. Di sini aku bukan hanya harus hamil anak kalian tetapi juga melahirkan yang kalian tahu bahwa proses melahirkan itu sulit. Kita harus bertaruh nyawa?"
Pasangan itu menganggukkan kepalanya menunggu kelanjutan dari ucapan Raina.
"Dalam keadaan hamil Ibu tidak boleh merasa tertekan?" ungkap Raina menatap keduanya.
"Sedangkan aku punya seorang anak yang sedang sakit parah, dia mengalami gagal ginjal."
"Dokter Ryan sudah menceritakan hal itu pada kami. Kami akan mengeluarkan biaya berapun untuk kesembuhannya kurasa itu sebuah kesempatan yang menguntungkan kedua pihak. Kau mendapati anakmu dengan sehat dan aku akan mendapatkan anak," ujar Adry penuh wibawa dan penegasan.
"Kau benar, tetapi aku punya sedikit masalah disini," ucap Raina.
"Apa itu?"
"Aku hamil diluar nikah sewaktu mengandung Leon. Aku tahu bagaimana rasanya mendapatkan banyak hujatan dari berbagai pihak. Jika aku hidup sendiri mungkin aku akan kuat menjalaninya tetapi di sini ada Leon. Perasaan anak itu sangat sensitif. Bagaimana jika dia mendengar ibunya dihujat banyak orang lagi karena harus hamil di luar nikah? Sungguh aku tidak ingin melukai perasaannya. Bisa-bisa bukan kesembuhan yang dia peroleh tetapi rasa tertekan yang akan berakibat buruk pada psikisnya."
Pasangan itu saling memandang.
"Aku tidak mau dimadu," ucap Nita paham kemana arah perkataan Raina.
"Kau tidak harus dimadu karena ini sebagai alibi yang baik agar aku tidak menemui hujatan berbagai pihak. Aku dan suamimu hanya perlu menikah dibawah tangan untuk sementara agar tidak mendapatkan kecurigaan dari warga setempat. Mungkin pernikahan itu bisa disaksikan oleh ketua RT setempat. Suamimu tidak harus datang kemari, mungkin." Kata Raina ragu.
"Pernikahan ini hanya alibi?" ulang Nita berpikir.
"Ya, itu jika kau setuju karena kau tahu cultur masyarakat kita yang menjunjung tinggi adab," lanjut Raina.
"Bagaimana jika kau tinggal saja di tempat yang kami sediakan jadi tidak harus aku dan kau menikah?"
"Lalu bagaimana dengan putraku? Apa yang akan dia pikirkan melihat ibunya hamil tanpa tahu siapa ayah dalam kandungan ibunya?"
"Jika kalian tidak setuju kalian bisa mencari wanita lain yang bersedia melakukannya!" ucap Raina santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Syahna Amira sy
bagus Rina km harus kuat....jgn lemah... apalagi di depan orang kaya yg biasa berbuat semaunya....
2024-06-17
0
perjuangan ✅
orang kaya asal bicara tp tdk pernah tahu akan dampak nya...menjijik kan kalian itu...betul kamu raina pertahan kan harga diri mu raina
2023-02-13
0
3 semprul
Leon anak nya Adry...
2022-06-13
0