"Nita urungkan saja niatmu ini. Kita tidak harus melakukannya! Kita bisa cari wanita lain yang mau hamil anak kita," pinta Adry. "Atau menunggu keadaanmu baik-baik saja."
Raina yang melihat pasangan itu hanya melipat tangan di dada sembari menatap pasangan itu dengan santai.
"Kau tahu, menjadi Ibu adalah sebuah pengorbanan besar jika selamanya kau hanya egois dengan dirimu dan mementingkan keinginanmu saja, maka kau tidak akan pernah punya anak," ucap tajam Raina membuat Nita dan Adry terkejut.
"Kalian ingin aku hamil anakmu dan aku hanya ingin anakku selamat. Jika karena permintaanmu ini anakku akan mati maka untuk apa kau memberikan aku uang yang banyak. Aku akan melakukan semuanya untuk anakku walau harus mengorbankan nyawaku! Apakah kalian bisa melakukan itu untuk calon anak kalian?" Raina lalu berdiri. "Lebih baik kalian pergi dari sini sebelum aku menyesali apa yang akan kulakukan jika menerima tawaran itu," usir Raina.
"Kalian tahu ke arah mana pintu rumah ini. Aku harus kembali mengais rupiah untuk mengisi perut."
Adry dan Nita adalah seorang yang selalu dihormati oleh kebanyakan orang. Ini pertama kalinya mereka diperlakukan buruk oleh seseorang.
"Jika kau tidak mau, cukup katakan tidak. Tidak perlu mencari alasan." Nita dan Adry lalu berdiri dengan muka tegang.
"Aku hanya mau bekerja sama dengan orang yang punya hati. Jika kau tidak menghargai pengorbananku semasa hamil maka untuk apa aku melanjutkan hal ini," cetus Raina
"Andai aku menerima perjanjian itu, nanti aku hamil tanpa suami, apa yang kuperoleh hujatan oleh warga sekitar, mereka bisa saja mengusirku dari sini karena dianggap wanita pembawa sial. Belum lagi aku harus menerima penghinaan dan di coret namanya dari keluarga besar. Saat itu, aku harus menjaga anak dalam kandunganku, bisakah aku melakukannya, gunakan otak kalian sebelum menjawab hal ini?"
Adry dan Nita saling memandang ketika mendengar penjelasan Raina.
"Syarat menikah itu wajib bagiku." Tatapan mata Raina terlihat tegas tetapi ketika bertemu pandang dengan Adry dia tampak menghindar. "Silahkan cari wanita lain jika kau tidak ingin suamimu menikah dengan ku terlebih dahulu!"
Sepenuh hati dia berharap pasangan itu mengurungkan niatnya. Dia mulai takut jika pria itu adalah ayah dari Leon. Semakin lama melihat pria itu hatinya semakin berdebar keras. Hal yang tidak bisa dia rasakan jika bersama pria lain.
"Aku setuju," kata Nita tiba-tiba membuat Adry terkejut.
"Bagaimana kau bisa mengiyakan keinginan wanita ini. Dia hanya ingin memanfaatkan situasi ini?" tegas Adry menatap Raina dengan tajam
"Sebagai wanita aku tahu apa maksudnya. Ini hanya pernikahan rahasia, Dry. Hanya kau dan aku yang tahu pernikahan ini ... di keluarga kita. Jika pun suatu hari orang tuamu tahu, kita bisa saja mengatakan jika Raina menginginkan perpisahan karena tidak mau hidup di madu lalu dia menyerahkan anak ini pada kita. Permasalahan selesai," ucap Nita.
"Dari pada kau harus menikahi wanita pilihan orang tuamu dan kau jatuh cinta lalu aku akan tersingkir nantinya."
"Aku tetap tidak bisa melakukannya!" ucap Adry.
"Tidak bisakah kau berkorban untukku dan calon anak kita?" pinta Nita memegang satu lengan Adry dengan tatapan yang memelas.
"Sial! kau membuat suasana hatiku memburuk." rutuk Adry kesal. "Jangan meminta hal yang tidak ingin kulakukan. Ini sebuah pernikahan bukan main-main!"
"Maaf, hanya saja untuk kali ini aku mohon kau penuhi keinginanku," bujuk Nita dengan mata yang memerah, penuh harap. Adry terlalu lemah jika Nita telah memohon.
"Baiklah, dengan syarat ini hanya pura-pura saja."
"Pernikahan ini hanya settingan saja. Kita tidak akan saling berhubungan badan. Kalian hanya memberikan sel telur yang telah dibuahi saja ke dalam rahimku kan?" ujar Raina menegaskan suatu hal.
"Ya, seperti itu. Kami hanya akan mengawasi kehamilan mu saja.''
"Apakah ini artinya kita telah bersepakat?" Kini giliran Raina yang terlihat ragu, Adry bisa menangkap pemandangan itu.
"Aku setuju dengan persyaratanmu," ungkap Nita. Dia telah lelah dan menyerah harus disudutkan oleh orang tua Adry selama ini. Dia ingin bisa hidup damai tanpa harus memikirkan soal hamil lagi.
Raina menghela nafasnya dan melihat ke arah lain, nampak berpikir. Adry masih menatapnya, berusaha membaca pikiran wanita itu. Seperti ada beban yang disembunyikan oleh wanita itu.
"Apa kau punya kekasih?" tanya Adry. Dia sebelumnya sudah tahu jika Raina adalah single parent. Namun bisa saja wanita itu punya kekasih karena dia pun punya anak tanpa suami.
"Aku takut jika itu akan menjadi kendala nantinya." Ucapan Adry seperti sebuah sindiran tajam bagi Raina
Raina mengangkat dua alis matanya ke atas menatap Adry namun dengan cepat dia alihkan ke Nita. Secara tidak langsung, wanita memperlihatkan ketidaksukaannya pada Adry.
"Aku tidak pernah berhubungan dengan pria selama ini!" tegas Raina tidak senang. "Bagiku mengurus anak itu lebih penting daripada sekedar bersenang-senang dengan pria."
Adry menyipitkan mata berusaha untuk membaca kebohongan dari kata-kata Raina.
"Pria hanya makhluk yang menyusahkan saja bagiku!" tegas Raina menatap Adry tajam membuat pria itu terkejut.
Nita mulai merasakan hawa tidak enak pada kedua orang di hadapannya.
"Okey, kita kembali lagi ke topik pembicaraan." Dua orang itu lantas melihat ke arah Nita.
"Kau ingin menikah resmi atau hanya siri?"
"Apapun itu yang penting semua orang di komplek ini tahu aku sudah menikah! Jika suatu hari suamimu datang ke rumah, tetangga tidak akan menggunjingnya."
"Untuk apa aku datang kemari sendiri?"
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, Tuan. Bisa saja kau datang untuk melihat keadaanku atau kau diperintah Nyonya ini untuk membawakan sesuatu untukku," ujar Raina tidak mau kalah.
"Baiklah nanti orangku yang akan mengurusnya." Nita menghela nafasnya.
"Kapan kau bisa mengikutinya tes kesehatan? Kami harus bisa memastikan kau sehat untuk hamil anakku atau tidak?" Nita terlihat serius dengan hal ini.
"Kapanpun yang kau inginkan. Mungkin sekalian ketika Leon sedang cuci darah di rumah sakit."
Jawaban Raina kembali mengingatkan pasangan itu tentang anak Raina yang sedang sakit gagal ginjal.
"Anakmu sakit apa?" tanya Nita pura-pura tidak tahu.
"Gagal ginjal. Dia sudah mulai sakit-sakitan diumur lima tahun." Ada nada kepedihan dari suara Raina. Netranya yang tadinya terang kini berubah memerah.
"Itu pasti sangat menyakitkan untukmu," ujar Nita.
"Hati seorang ibu akan hancur ketika tahu anaknya sakit. Hingga berpikir lebih baik aku yang merasakannya daripada anakku. Namun, Tuhan berkehendak lain. Dia memberiku ujian berat ini."
"Di saat kau sendiri tidak punya pegangan untuk hidup? Misal pasangan yang akan mendukungmu," ucap Nita.
"Aku hanya bisa berpegang pada Yang Kuasa." Raina sekilas menatap benci pada Adry lalu memalingkan wajahnya. Adry bisa merasakan itu.
"Bisakah kami melihat anakmu? Karena nanti kita akan jadi keluarga walau untuk sementara!" ujar Nita.
Raina menelan Salivanya sulit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
3 semprul
ceritanya bagus....
2022-06-13
1
Christy Oeki
dilancarkan urusannya
2022-06-13
0
Azizka Amelia Putri
𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐬𝐚𝐫𝐚𝐧
2022-06-12
0