Bambang merasa tawaran Key adalah sebuah petaka, karena pada awalnya memang dia tidak ada niat sama sekali jadi seorang bodyguard. Semua itu karena ayahnya yang memaksa. Bambang sudah merasa nyaman menjadi seorang bodyguard yang menangani fashion stylist para bodyguard baru. Walaupun kemampuan beladiri dan menggunakan senjata Bambang juga terbilang sangat mumpuni.
"Eh ... tapi Tuan Muda Key, apa saya tidak salah dengar?" tanya Bambang memastikan.
Key hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tiba-tiba Bang Ismed yang ngambek tadi membuka pintu kamar Zeno dan masuk lagi. Ternyata dia masih mencuri dengar dibalik pintu.
"Kalo Bambang gak mau, saya ikhlas menggantikan," sahut Bang Ismed.
"Anda siapa, ya?" tanya Key sambil memicingkan matanya kearah Bang Ismed.
Bang Ismed pun ngambek lagi dan pergi.
"Lo jahatnya kebangetan deh, sama Bang Ismed, ha-ha-ha!" Jessie tertawa terbahak-bahak sambil memukul pundak Key.
"Kak Key gak kasian, dia sampe nangis tuh. Ha-ha-ha." Kyla pun ikutan tertawa.
Tiba-tiba Zeno menyeletuk. "Enak ya, yang bisa ketawa lepas."
"Udah mending lo tiduran aja, gak usah ketawa, gak usah gerak, biar cepet sembuh!" perintah Jessie kepada Zeno.
"Siap, Non!" sahut Zeno bersemangat tapi wajahnya berubah meringis karena kesakitan.
Key dan Kyla menatap curiga kepada Jessie yang baru kali ini sangat perhatian dengan bodyguard-nya.
"Uhm ... kita pulang yuk, udah hampir jam 10 malem," ajak Key kepada Jessie dan Kyla.
"Oke!" jawab Jessie dan Kyla bersamaan.
Akhirnya mereka bertiga pun pergi, tersisa Zeno dan Bambang diruangan itu. Bang Ismed entah kemana karena ngambek.
"Bang! Udah terima aja tawaran dari Tuan Muda Key." Zeno berusaha meyakinkan Bambang.
Bambang pun sepertinya memikirkan ucapan Zeno. "Oke, nanti gua pikirin."
"Gua nyari Bang Ismed dulu, ya? Dia kalo ngambek suka bikin onar," ujar Bambang dengan wajah khawatir.
Zeno hanya mengeryitkan dahinya karena bingung. "Oke, deh."
Zeno pun sendirian di kamar, dia merasa sangat bosan. Akhirnya Zeno pun memutuskan untuk berjalan keluar walaupun dadanya masih terasa sakit. Zeno berjalan menyusuri koridor kamar rawat inap VVIP rumah sakit tersebut. Ketika ada perawat dan dokter yang lewat, Zeno pun bersembunyi. Pada saat bersembunyi, dia melihat ada seseorang yang terbaring di sebuah kamar tempat dia berhenti.
"Eh, itu kan si Rud?" gumam Zeno.
Zeno pun masuk kedalam kamar Rud. Saat itu Rud terlihat sendirian dan sedang tertidur.
"Rud!" teriak Zeno tepat di telinga sebelah kiri Rud.
"Astaghfirullah!" Rud terkaget dan bangun.
Rud terlihat meringis kesakitan karena kaget mendengar teriakkan Zeno.
"Gak bisa ya kalo dateng gak pake acara ngagetin?" protes Rud.
Zeno hanya nyengir kuda melihat Rud yang sedang protes itu.
Zeno melihat sekeliling ruang rawat inap Rud. Dia melihat ruang rawat inap yang ditempati Rud dua kali lebih besar dari tempat rawat inapnya. Namun di ruangan tersebut ada satu kasur pasien yang kosong.
"Ini ruang VVIP juga, Rud?" tanya Zeno.
Rud mengangguk dan menjawab pertanyaan Zeno. "Ini ruang VVIP tapi untuk dua orang pasien."
Wajah Zeno menjadi sumringah saat mendengar jawaban dari Rud. "Oke! Gua akan minta pindah kesini."
Zeno pun pergi meninggalkan Rud. Rud pun merasa bingung karena tiba-tiba Zeno ingin pindah ke ruangannya.
.
.
.
***
Keesokan harinya, Zeno akhirnya dipindah ke ruangan rawat inap tempat Rud di rawat. Zeno meminta pindah ruang rawat dengan bantuan dari Kyla. Karena semua biaya pasien yang terluka akibat insiden acara lelang itu ditanggung oleh keluarga Sanjaya.
Saat Zeno baru pindah ruangan rawat Rud, Rud terlihat tidak sendirian. Ada seorang wanita cantik dan seorang pria manis yang menemani Rud.
"Jadi pindah juga ternyata," tukas Rud kepada Zeno.
"Jadi dong, soalnya bosen sendirian, he-he." Zeno nyengir menanggapi ucapan Rud.
Mata Zeno tertuju pada kedua orang yang menemani Rud itu.
Cewek ini kan yang bareng Rud waktu kejadian baku tembak waktu itu, apa dia pacarnya? Terus cowok ini siapa lagi? Temennya Rud?
Akhirnya perawat pun pergi setelah melakukan tugasnya.
Zeno pun mencoba membuka suaranya di suasana yang canggung itu.
"Ha-ha-ha! Hari ini cerah ya, Rud? Secerah kalo lagi sakit ditungguin pacar."
Krik-krik-krik!
Suasana bukannya menjadi lebih cair, justru malah lebih canggung daripada sebelumnya.
Pria yang dikira Zeno adalah temannya Rud pun tiba-tiba menyodorkan tangannya kearah Zeno.
"Kenalkan, saya Dion, saya adalah calon suami dari wanita cantik ini," ucap pria manis itu sambil menunjuk wanita cantik yang dipikir oleh Zeno adalah pacarnya Rud.
Buset! Gua salah dong?! Malu-maluin! Gua kira cewek itu pacarnya Rud, muka gua terlalu kegedean kalo ditutupin pake telapak tangan, batin Zeno.
Zeno tersenyum canggung sambil menerima uluran tangan dari pria yang bernama Dion itu. "Saya Zeno, saya adalah teman satu SMA Rud waktu di kampung."
"Sayang, kamu gak mau kenalan dengan Zeno?" ucap Dion kepada wanita yang disebut adalah calon istrinya.
"Eh, iya perkenalkan saya, Rosa."
***
Suasana canggung itu pun mencair ketika Jessie memasuki ruang rawat dengan raut wajah merah padam.
"Kumuh! Lo itu pindah ruangan kok gak bilang-bilang!" teriak Jessie sambil marah-marah dan memukul-mukul tubuh Zeno dengan tas branded merk Gucci-nya itu.
"Aduh, Non! Sakit! Kok dateng-dateng mukul, sih?!" Jeno berusaha melindungi diri dari pukulan Jessie dengan kedua tangannya.
"Lo gak tau, kan?! Kalo gua muter-muter kesana kemari nyariin ruangan lo!" Jessie masih saja marah-marah.
"Non Jessie! Kalo luka saya terbuka lagi dan saya mati karena dipukul gimana, Non?!" ujar Zeno.
Akhirnya Jessie berhenti memukuli Zeno. Rud, Rosa dan Dion hanya menatap mereka berdua dengan tatapan yang nanar.
"Maaf," ucap Jessie lirih sambil menundukkan wajahnya.
Zeno tersenyum smirk mendengar kata maaf yang terlontar dari mulut Jessie. Jessie adalah orang yang jarang sekali meminta maaf terlebih dahulu karena dia terkenal sebagai Nona Muda yang manja, galak dan arogan.
"Kalo minta maaf aja cukup, buat apa ada polisi," goda Zeno.
"Terus?!" Jessie sontak mengangkat wajahnya.
Maunya apa, sih, si kumuh ini?! Gua itu jarang banget ya minta maaf duluan sama orang walaupun gua yang salah. Lagian ini mulut ngapa juga ngeluarin kata maaf segala! batin Jessie.
Zeno tersenyum dan menunjuk ke pipi kanannya. "Cium disini, baru saya maafin, Non."
Wajah Jessie berubah menjadi merona merah karena mendengar permintaan konyol dari Zeno. Padahal Zeno hanya berniat untuk menggodanya saja.
"Enak aja! Memangnya lo itu siapa?!" teriak Jessie sambil meninggalkan ruangan rawat itu dengan pipi yang merona merah bagai udang rebus.
Sedangkan Zeno hanya tertawa terbahak-bahak melihat Jessie yang pergi dengan keadaan yang marah atau malu. Entahlah....
.
.
.
***
Next Episode>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KISAH RUD JUDUL NOVELNYA APA YAA
2024-04-08
0
0316 Toiyibah,S,Pd.
lucu ,,,jahil. ,,usil
2021-06-12
1
agussajiwo
lanjut
2021-03-01
0