Karena berputar-putar setelah pulang dari rumah sakit, akhirnya kami sampai rumahku hampir tengah malam. Saat tiba di rumah, tiba-tiba listrik padam. Aku memiliki pbobia gelap. Saat keadaan gelap dan aku sendirian biasanya dadaku sesak dan sulit bernafas.
"Andra, aku phobia gelap, aku tidak akan bisa tidur,"Keluhku. Aku mulai panik.
"Bagaimana kalau aku menemanimu tidur? aku nggak akan ngapa-ngapain kamu kok. Aku hanya ingin menenangkan kamu," Katanya meyakinkanku. Aku tidak punya pilihan.
Aku berfikir dulu beberapa saat. Benar juga, dia suamiku. Memangnya dia mau melukaiku? kalaupun terjadi apa-apa, bukankah memang dia berhak melakukannya?
"Boleh, Ndra. Ayo masuk." Aku menggandeng erat tangan Andra. Tentu saja setelah memarkirkan mobil di garasi. Kami berdua masuk ke kamarku dengan bantuan cahaya senter dari smarthphone.
Aku naik ke ranjang. Andra menyelimuti tubuh kami berdua dan memelukku. Aku merasa tenang. Kehangatan yang berasal dari tubuh Andra membuatku nyaman.
Tiba-tiba saja hujan turun dengan lebat. Hawa dingin menyeruak ke dalam kamar. seperti menembus selimut kami. Aku masih belum tidur.
"Ndra, dingin..." Aku bersuara. Saat gelap aku menjadi sangat manja. Andra mengeratkan dekapannya.
"Sudah hangat?" Bisiknya, membuat tengkukku geli. Aku mengangguk.
"Saat kamu memutuskan kemari, aku jadi susah tidur, aku selalu kangen memelukmu seperti ini, Sila." Bisiknya lagi, membuat naluriku terganggu.
"Malam ini aku akan sangat berusaha tidak melakukan apapun padamu kalau kamu tidak mengizinkannya," Dia terus berbisik. Akupun terusik dan berbalik dari membelakanginya menjadi berhadapan dengannya. Kami sangat dekat, sampai aku merasakan deru nafasnya.
Aku berinisiatif mengecup bibir seksinya, aku yakin dia tidak akan melakukannya jika aku tidak memulai. Aku hanya mengecupnya sedikit saja, Andra membalasnya dengan sangat lembut dan mendalam. Dia sangat merindukan moment ini.
Andra terus melumat bibirku, sangat lama. Aku membiarkannya melakukan ini dan mencoba mengimbanginya. Suasana yang dingin menjadi sedikit panas.
Setelah hampir sepuluh menit, akhirnya Andra melepaskan ciumannya. Dia benar-benar menepati kata-katanya. Meskipun aku merasakan miliknya mengeras di bawah sana.
" Andra, bagaimanapun, kamu adalah suamiku. Kamu boleh melakukan apa yang kamu mau, dan aku berkewajiban memberikannya,"
kataku pelan sambil memegang pipi Andra.
" Serius?" Tanyanya mencoba meyakinkan apa yang dia dengar.
"Tentu saja,"bisikku di telinganya.
Berbekal izin dariku, Andra mulai berani membuka beberapa kancing kemejaku. Menelusup ke dalamnya dan meraba dadaku dan di sentuhnya lembut.
"Terimakasih sayang, sekarang tidurlah, hari telah larut. Aku nggak mau kamu sampai sakit."
Andra mengecup keningku. memelukku sampai kami berdua terlelap.
Pagi harinya aku terbangun. Andra masih ada di sampingku. Semalaman dia menjagaku. Dia benar-benar tidak melakukan itu lagi. Mungkin dia tahu aku belum siap melakukannya. Aku pandangi wajah Andra lekat-lekat. Aku merasakan ketulusannya padaku. Aku ingin menebus kesalahanku padanya. Suatu hari nanti.
"Cup," Aku mencium keningnya, Andra membuka matanya perlahan. Mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadarannya, sebelum ia benar-benar terjaga.
"Kamu sudah bangun?" Tanyanya sambil berusaha tersenyum meskipun matanya masih setengah terpejam.
"Udah dong, Makasih ya.. suamiku, udah jagain aku semalem." Kataku sambil memeluknya pelan.
"Sama-sama cantik. Aku akan berusaha yang terbaik untuk kamu." Ia menatapku lembut. Aku sampai tersentuh
"Tidurlah dulu, aku akan ke dapur untuk memasak sesuatu untukmu," Aku menuju dapur, di kulkas ada beberapa sayuran yang bisa di buat sup. Aku akan memasaknya spesial untuk Andra. Pasti dia akan senang.
Banyak hal yang sudah Andra lakukan dan semuanya menunjukkan ketulusannya padaku, aku ingin membalasnya dengan hal-hal kecil yang bisa aku lakukan untuknya.
"Istriku masak apa?" Andra tiba-tiba memelukku, melingkarkan tangannya di pinggangku dan dagunya menempel di pundakku.
"Aku akan memasak sup untukmu," Kataku sambil memotong beberapa sayuran. Wangi sabun mandiku, rupanya suamiku sudah mandi. Aku berusaha membiarkannya memelukku.
"Maafkan aku, Sil. Aku nggak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh saat dekat denganmu," Lagi-lagi ia meminta maaf. Mungkin ia takut akan melukai aku.
"Nggak apa-apa Andra. Bukannya sah-sah saja kan? kamu kan suamiku," Kataku mencoba manis padanya. Aku tidak ingin melukai hatinya lagi.
Setelah selesai memasak dan mandi, aku menemani Andra makan. Ia sangat menyukai masakanku, sampai berkali-kali memujiku.
"Kalau setiap hari di masakin kaya gini, bisa gendut aku," Katanya sambil melahap sendok terakhirnya. Rasanya senang, ini pertama kalinya makananku di puji dan di makan dengan lahap.
Aku sepertinya harus memberikan dia panggilan sayang deh buat Andra, Aneh kalau memanggilnya hanya nama saja.
"Aku seneng banget, Mas suka masakan aku," Aku mencoba memanggilnya dengan sebutan Mas. Dia yang sedang minum hampir saja tersedak.
"M-mas? kamu manggil aku dengan sebutan Mas?"
Andra seperti tidak percaya dengan pendengarannya barusan.
"Kamu nggak suka aku panggil kamu mas? ya udah deh aku ganti," Tukasku, pura-pura ngambek.
"Aku sangat suka sayangku, malah romantis menurutku," Ujarnya membuatku lega.
"Sila, Apa aku boleh ikut tinggal di sini sama kamu? Jujur, aku nggak mau pisah jauh dari kamu sayang, aku nggak apa-apa kok kalu harus tidur di kamar tamu," Andra memelas. Huh, suamiku ini memang pintar meluluhkan aku. Aku mau nggak mau harus menerimanya satu rumah denganku.
"Boleh mas, mas mau tidur di mana saja juga boleh. Aku nggak melarang mas tidur di kamarku kok, kan itu sekarang kamar kita juga," Jawabanku membuat matanya berbinar. Aku tidak menyangka, dia mencintai aku dengan sangat dalam. sampai-sampai ingin terus bersama seperti ini.
Aku merasa hatiku pelan-pelan mulai terbuka untuknya. aku sangat suka ketulusan yang dia tunjukkan padaku. Caranya memperlakukan aku membuat aku luluh.
"Kamu nggak ada niat buat balik lagi ke rumah Orang tuaku?" Tanya Andra sambil menghabiskan sisa nasi yang masih ada di piringnya.
"Belun mas, sementara ini aku mau tinggal di sini dulu, nggak apa-apa kan?" Aku balik bertanya padanya.
" Aku sih, asal kamu nyaman. kamu boleh tinggal di mana saja yang kamu mau," Lagi-lagi Andra memberiku kebebasan.
"Terimakasih, mas. Kalau seperti ini terus lama-lama aku juga bisa jatuh cinta sama mas," Aku sengaja memelankan suaraku pada lima kata di akhir kalimat yang aku ucapkan.
"Apa? coba ulangi lagi, mas nggak denger tadi kamu ngomong apa," Ia mengarahkan telinganya ke arahku. Dasar Rese, Dia sepertinya sengaja pura-pura tidak mendengar kata-kataku.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN
Teman-teman readers tercinta 😘😘
terus setia jadi readers Perfect Husband ya
Cerita masih panjang
Dan bikin Hari-hari kalian jadi
lebih menyenangkan 💝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sriyana
q lupa kalo judulnya perfect husband ya pasti membahagiakan istrinya 😍😍
2022-02-01
0
Nasha Rizal
aaaaaadddddduuuhhhhhh☺️☺️☺️☺️ suka banget sama karya mu ini thor 👍👍👍👍👍👍
2021-03-18
0
Melda Yantung
aaa sweeett bgt sih 😍
2021-02-01
0