Floresta Cafe. pukul delapan malam kurang lima belas menit aku sampai di lokasi. Aku melihat hampir seluruh tamu yang hadir menatap ke arahku. Aku sedikit canggung. Saat pertama aku memakai gaun merah dengan taburan gliter itu, Anita bilang aku sangat cantik.
Benar saja. saat aku melihat ke cermin, aku seperti bukan melihat diriku. Wajar jika penampilanku membius mereka yang hadir saat ini. Aku berusaha tenang. Jalan lurus ke arah meja nomor 8. dari kejauhan aku melihat seorang pria duduk sambil menatap layar ponsel. Rambutnya sedikit panjang seperti tokoh anime favoritku, dia juga memakai kacamata yang memberikan kesan dewasa. Aku gugup.
"Kamu sudah datang, silahkan duduk..." ujarnya lembut sambil berinisiatif menyiapkan kursi untukku.
Aku tersanjung. Meskipun baru bertemu aku merasa di perlakukan dengan baik. aku duduk perlahan. Aku sedikit terkejut saat melihat wajah lelaki di hadapanku itu. Sampai aku terdiam beberapa saat.
"Pasti kamu kaget ya lihat wajah aku? ingat wajah seseorang?" Tanyanya.
"Kak Andre, kamu mirip banget sama dia,"
Wajahnya memang benar-benar mirip. Yang membedakan mereka hanya gaya rambut dan kacamata saja.
"Memangnya Andre tidak bilang sama kamu kalau aku saudara kembarnya? oh ya, kenalin aku Andra," Spontan aku melongo. Saudara kembar dia bilang? Tapi kenapa Andre tidak mengatakan yang sebenarnya padaku? kenapa dia bilang kalau Andra itu temannya? Apa ini jebakan?
"Hallo..." Andra melambaikan tangannya di depan wajahku. Membuat aku tersadar dari pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan difikiranku.
"Maaf Kak, jadi bengong. Kenalin, aku Sila."
Aku mengulurkan tanganku, dia menyambutnya. Benar-benar Kak Andre versi kalem, batinku.
"Plis, jangan panggil aku kak. Kesannya aku terlalu tua. Panggil Andra aja. ternyata benar kata Andre kalau dari dekat kamu sangat cantik," Aku boleh baper? aku tersanjung dengan kata-kata si duplikat Andre ini.
"Jangan percaya kata Kak Andre, dia suka gombal dan berlebihan," Sanggahku.
"Tapi aku nggak gombal, kamu benar-benar cantik. Aku harap kamu nggak nolak buat jadi istriku." Ucapnya datar tapi tetap membuatku terkesan. Sepertinya dia takut aku menolaknya.
"Aku siap jadi istri kamu," Entah kenapa kalimat itu yang meluncur dari mulutku. Tapi aku tidak menyesal. semalam aku sudah mempersiapkan diri mengatakan ini. Meskipun terlalu cepat.
"Kamu serius? nggak lagi PHP-in aku kan?" Andra menatapku serius. Aku melihat di matanya ada sebuah harapan yang besar.
"Aku serius Andra. memangnya aku keliatan lagi bercanda, ya?" Aku mencoba meyakinkan laki-laki yang ada di hadapanku itu
"Meskipun kamu tidak mencintai aku?"
Tanyanya lagi. Dia tampak meragukan kata-kataku.
"Andra, aku siap belajar mencintai kamu. Sebaliknya, belajarlah mencintai aku." Aku mencoba meyakinkan Andra sekali lagi. Aku merasa mulai mencintainya sejak melihat wajahnya yang mirip dengan Andre. Semoga ini bukan pelarian.
"Terima kasih,Sila. Aku mau belajar mencintaimu. Aku tidak bisa berjanji, tapi aku berusaha untuk memperlakukan kamu dengan baik." Kata-kata Andra menenangkan aku. Semoga keputusanku untuk menikah dengannya bukan sebuah kesalahan.
"Andre bilang kamu wanita tangguh. Sanggup bekerja sambil kuliah. Aku juga tahu darinya kalau kamu hidup sebatang kara." Andra memujiku
"Kak Andre berlebihan. Tapi aku penasaran, kenapa di rumah kamu nggak ada foto kamu, hanya foto Kak Andre saja?" Aku mulai mencoba mencari tahu lebih jauh tentang Andra. Karena memang selama aku sering kerumah mereka, belum pernah aku melihat foto selain Andre.
"Kamu kurang teliti. Di ruang tamu ada foto bayi kembar kan? itu satu-satunya fotoku dan Andre."
Jelasnya.
"Terus kenapa setiap aku ke sana kamu nggak ada?" Aku masih penasaran dengan segala tentang Andra calon suamiku itu.
"Sejak umur satu tahun, aku ikut kakek nenekku di Amerika. baru pulang beberapa minggu yang lalu." Jelasnya.
"Pulang-pulang langsung cari istri?"
Ledekku.
"Iya, aku nggak mau pacaran lagi. Ketemu yang cocok langsung nikah. pacaran lama cuma jagain jodoh orang, kan nggak enak banget," Ia coba untuk bercanda meskipun itu garing.
"Emang udah pernah ditinggalin?" Aku mencoba sok akrab dengannya.
"Pernah. Dia nikah sama teman bisnisku. Makanya aku memutuskan pulang. Melupakan mantan sambil cari pasangan." Jelasnya. raut wajahnya sedikit berubah. sepertinya aku membuka luka yang coba di tutupinya. Aku jadi merasa bersalah.
"Maaf Andra, aku nggak bermaksut buat kamu sedih," Aku cepat meminta maaf padanya.
"Nggak apa-apa, Sil. Aku sudah lupa kok. Cuma sedikit baper kalau ingat kejadian itu. Keasyikan ngobrol sampai lupa pesen makanan," Andra melambaikan tangannya memanggil pelayan dan memesan beberapa masakan seafood. Pasti Kak Andre sudah membocorkan menu favoritku sampai Andra tidak perlu menanyakan menu yang di pesan kepadaku.
Sepanjang makan, baik aku ataupun Andra sama-sama diam tanpa kata. Sesekali aku memperhatikan caranya makan, sama persis dengan kembarannya. Aku senang melihatnya sangat menikmati olahan seafood. Itu artinya makanan favorit kita sama.
"Setelah ini, aku boleh antar kamu pulang?"
Andra memecah kesunyian diantara kami.
"B-boleh.." Aku sedikit terbata-bata. Dadaku berdebar. rasanya dulu saat bersama Fian biasa saja. Apa mungkin aku sudah jatuh hati pada Andra?
"Nanti kalau kita sudah menikah, kamu mau tetap kerja di resto itu, buka resto sendiri atau bekerja di kantorku?" Dia memberiku pilihan. Sepertinya Andra bukan sosok yang over protektif. Buktinya dia memberiku kebebasan.
"Aku ikut apa katamu saja, Ndra. Aku yakin kamu pasti tau yang terbaik buat aku." Sejujurnya aku bingung juga, mau melakukan apa setelah menikah nanti.
"Kamu manis ya, Aku suka cewek yang penurut. Tapi kamu punya kebebasan kok, Sil. Kamu boleh menentukan sendiri apa yang kamu mau." Pernyataan Andra membuat mukaku memerah karena tersipu. semoga dia benar-benar menjadi suami yang baik nanti.
Setelah selesai makan Andra mengantarku pulang. Rasanya aku tidak percaya bisa naik mobil semewah itu. Apalagi hanya berdua bersama cowok ganteng yang sebentar lagi menjadi suamiku ini.
Belum sampai sepuluh menit kami telah sampai di rumahku. Andra membukakan pintu mobil untukku dan mempersilahkan aku turun.
"Terimakasih untuk malam yang indah ini, calon istriku," Andra tersenyum manis padaku.
"sama-sama calon suamiku, mau mampir dulu?" Tawarku.
"Aku tidak hanya akan mampir, tapi juga menginap. Tapi nanti setelah kita sah menjadi suami istri." Andra terkekeh, mengingatkan aku sosok Andre. Aduh, lupakan dia Sila, kamu sudah akan menikah dengan Andra.
"Bisa aja kamu, Ndra. Ya udah, aku masuk dulu," Aku berbalik dan melangkahkan kakiku menjauh dari Andra. Hatiku terasa berbunga-bunga. Sampai aku terus tersenyum.
"Tunggu, Sil." Andra menghentikan langkahku. Membuat aku langsung berbalik badan.
"Ada apa?" Tanyaku padanya. Pria tampan itu tak melepaskan sedikitpun pandangannya dariku. Ia melangkah kearahku sambil merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak kristal.
"Sil, jujur aku nggak tau, gimana caranya merayu perempuan. tapi kali ini aku pengen kamu pakai cincin ini, sebagai tanda kamu adalah milikku, calon istriku," Andra membuka kotak itu. sebuah cincin berlian ada di dalamnya. Ia meraih tanganku dan menyematkannya di jari manisku. Tanpa sadar aku meneteskan airmata.
"Yang barusan itu, buat hati aku meleleh, Ndra. Terimakasih sudah memilih aku,"
"Cup, udah. Mulai sekarang jangan menangis lagi, kecuali tangis bahagia seperti ini," Andra menghapus airmataku. Rasanya semua kejadian malam ini seperti mimpi. Jika memang mimpi, aku tidak ingin terbangun lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
jatuh cinta karna muka nya sama dgn org yg kita suka berarti ga cinta bener donk
2023-01-03
0
Sriyana
menarik, bikin nagih mo baca terus.
2022-02-01
0
Miss haluu🌹
itu jodoh m Sila...🤗
Nikmati aja, semoga bahagia selalu,,😘😘
2021-03-30
0