Pagi ini aku di jemput Andra untuk menjenguk Andre ke rumah sakit. Wajahnya terlihat begitu ceria. Ia memakai pakaian dengan sangat rapi. Hari itu Andra terlihat sangat tampan.
"Sudah siap?" Tanyanya padaku.
"Sudah, Ndra. Yuk," Aku berjalan ke arah mobil dan masuk. Andra mengikuti langkahku, membukakan pintu mobil untukku dan untuknya sendiri.
Matamu melemahkanku...
Saat pertamakali ku lihatmu...
Dan jujur..
Ku tak pernah merasa..ku tak pernah merasa begini
Oh.. inikah cinta pada pandangan yang pertama...
Karena yang ku rasa ini tak biasa...
Bila benar ini cinta... mulai dari mana....
Oh dari mana...
Dari matamu... matamu... ku mulai jatuh cinta
Ku melihat.. melihat ada bayangnya...
Dari mata buat ku jatuh... jatuh ke hati...
(JAZ- Dari Mata)
Sepanjang perjalanan Andra memutar lagu ini. Anehnya aku sangat menikmatinya, dan merasa itu adalah sebuah lagu yang mewakili perasaan Andra padaku. Diam-diam aku memandangnya, seharusnya aku bisa mencintai pria tampan yang ada di sampingku ini.
"Jangan lama-lama melirikku, nanti kamu jatuh cinta," Gaya bicara Andra mengikuti Dilan 1990, membuatku mengembangkan senyum.
"Apa sih, Ndra. Aku lagi belajar mencintai kamu loh...." Aku mengangkat alisku dan menggerakkannya sambil tersenyum, Andra membalas senyumku.
"Inget nggak, sebelum kita nikah, kamu dan aku saling kangen dan pengen ketemu, akhirnya aku nekat chat kamu saat kamu dan Anita ke salon?"
Andra mengingatkan Andra moment itu. Saat di mana aku mulai kasmaran pada Andra. Tapi kenapa, rasa itu seakan hilang begitu saja?.
"Iya, Ndra. Aku inget. Akhirnya kita chatan sampai aku selesai. Waktu itu aku ngerasa bahagia banget,"
Aku tersenyum dan ngeflashback kejadian itu.
"Kalau boleh jujur, malam saat kita bertemu itu, kamu sangat cantik, Sila. Sampai aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan kamu," Andra tersenyum lagi, jujur, aku merasakan dia sangat imut malam ini.
"Cup," Aku mencium pipi Andra. Aku gemas melihat tingkahnya.
"B-Barusan ka-kamu c-cium aku?" Katanya terbata-bata.
"Jangan geer, itu hanya ciuman persahabatan. Aku suka tingkah imut kamu pagi ini." Kataku. Aku suka melihat wajah gugupnya. Kenapa aku belum juga bisa melupakan kak Andre, padahal di sampingku jelas-jelas ada suamiku.
"Aku suka, Sila. Bolehkah aku mencium tanganmu?"
Ia menatapku penuh harap. Aku tidak tega untuk menolaknya. Aku mengiyakan
.
Andra meraih tanganku dan menciumnya lembut. Aku melihat setelah itu matanya berkaca-kaca. Ada luka yang tergambar disana. Maafkan aku Andra. Saat ini aku belum bisa menata hatiku untuk mencintaimu.
Aku berinisiatif memeluknya. Andra meminggirkan mobilnya dan membalas pelukanku erat. Teruslah berusaha Andra, buatlah aku terkesan, rebutlah hatiku.
"Andra, aku saat ini memang masih bimbang. Aku belum bisa mencintaimu atau menjadi istrimu yang baik seperti kemarin, tapi aku akan berusaha memperlakukan kamu dengan baik," Ucapku padanya. Aku berharap kata-kataku dapat menenangkannya. Aku juga merasa sakit saat melihat Andra terluka. Apakah sebenarnya aku juga masih mencintainya?
Kami meneruskan perjalanan. Andra kembali ceria, kami kembali bercerita kesana kemari. Sampai akhirnya kami toba di rumah sakit. Aku turun, membawa seikat bunga yang aku beli di jalan untuk kak Andre.
Andra menggandengku memasuki area rumah sakit dan aku tidak berusaha melepasnya. Aku juga balas menggenggam tangannya erat, membuat rasa dingin di telapak tanganku karena udara pagi berubah menjadi hangat.
Sesampainya di ruang kamar kak Andre, Andra membiarkan aku masuk. Ia menungguku di luar. Aku masuk, di dalam ada suster yang sedang menyuap kak Andre bubur. Suster itu tersenyum. Aku meminta mangkuk buburnya dan meminta suster untuk meninggalkan kami berdua saja.
Kak Andre tampak lebih baik dari saat aku pertama ke rumah sakit. Meskipun wajahnya masih pucat tapi sekarang hanya infus yang masih terpasang di tangannya. Ia tersenyum melihatku.
"Kamu kesini sama siapa, Sil? Mana Andra?" Tanyanya dengan nada cerewet. Seperti sedang menyembunyikan rasa sakitnya.
"Andra ada di luar kak." Kataku pelan.
"Kenapa nggak di suruh masuk?" Tanyanya lagi.
"Dia takut menyakiti perasaan kakak. Kakak juga tidak perlu bersembunyi lagi, aku sudah tau semuanya," Aku menatap kak Andre, Ia berpaling, membuang pandangannya keluar jendela kamar.
"Sejak kapan kakak memiliki perasaan padaku?"
Aku mencoba mencari jawaban darinya.
"sejak kamu masih SMA, sejak saat kita liburan ke pantai bersama." Jawabnya jujur.
"Lalu kenapa kakak harus memberikan aku pada Andra? kasihan dia, harus berada dalam kesulitan ini. Aku mencintai kakak, tapi dia tidak ingin berpisah dariku kak," Tangisku pecah. Andre juga menangis.
"Maafkan aku Sila. Ini yang terbaik untuk kita semua. Awalnya aku memang hanya memberinya misi, tapi setelah aku tau, andra jatuh cinta sama kamu, aku sudah mengikhlaskannya. Sebagai saudara kembarnya, aku belum pernah membuat dia bahagia. Kali ini aku mohon, Tolong bahagiakan Andra,"
Suaranya parau. Aku tahu kak Andre juga terluka. Kenapa mereka berdua menyulitkan aku. Aku harus pilih siapa?
"Aku mohon, Sila. Jika kamu memang mencintai aku, lakukan ini untukku, sebagai rasa cintamu padaku. Aku mohon bahagiakan Andra," Kak Andre tampak bersungguh-sungguh. Tapi saat ini perasaanku masih ada padanya. Aku masih mengharapkan kak Andre.
"Kak, bolehkah aku memeluk kakak? sebagai seorang adik?" Tanyaku padanya. Ia mengangguk.
Aku memeluk kak Andre erat-erat. Hatiku sangat sakit sekali. kekagumanku dan perasaan cintaku kepadanya harus di akhiri dengan cara yang serumit ini.
"Sila sayang kak Andre, sangat sayang kak. Kak Andre juga harus berjanji satu hal padaku, Kak Andre harus berjuang untuk sembuh," Kataku sambil tersedu-sedu.
"Baik tuan putri," jawabnya singkat.
kami mengobrol banyak hal sampai tanpa terasa hari telah menjelang sore. Aku akhirnya berpamitan pada kak Andre untuk pulang. Di luar, Andra tertidur di bangku tunggu. Aku merasa seharian ini tidak memperdulikannya.Aku mengelus pundaknya pelan. Andra membuka matanya perlahan dan tersenyum.
"Maaf Sila, aku ketiduran." Katanya segera bangkit.
Seharian ini aku sibuk berbincang dengan kak Andre sampai melupakan suamiku yang menunggu dengan setia di luar ruangan. Aku merasa sangat bersalah. semoga Andra tidak marah padaku. Dia lalu mengajakku pulang.
Seperti saat masuk, Andra kembali menggandengku saat keluar dari area tumah sakit. Sesuai pesan kak Andre, aku akan berusaha mencintai Andra dan menyayangi dia layaknya suami istri.
Bagaimanapun, aku tidak akan bisa memiliki keduanya. aku harus memilih salah satu diantara mereka berdua. Aku tidak pernah membayangkan berada dalam situasi seaneh ini.
Sepanjang perjalanan, Andra kembali bercerita padaku tentang banyak hal. Salah satunya, menceritakan saat dia masih tinggal di amerika. Dia bilang, ingin membawaku honeymoon di sana. Entah kapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Esti Trianawati
kl sila wanita baik Seharusnya lebih menjaga perasaan suami...
2021-08-24
0
Fitriyani Indri
kasihan Andra mas nungguin dr pagi smpai sore
2021-06-21
0
Endang Priya
kok sila bisa sich hatinya bolak balik dgn cepat..
2021-03-28
0