Matahari mulai tenggelam. Langit berwarna orens tua berpadu dengan kuning cerah terhampar luas. Aku memandang keindahan semesta itu lewat jendela kamar yang menghadap ke arah barat.
Hanya sendiri. Sebuah kesunyian yang awalnya begitu menakutkan, kini sudah membuat aku terbiasa. Semenjak ayah dan ibuku meninggal di sebabkan oleh kecelakaan tragis beberapa tahun lalu. Kesepian ini terkadang membekukan hatiku.
Terkadang aku merasa iri pada Anita sahabatku. Dia masih memiliki orang tua yang lengkap di tambah lagi seorang kakak yang baik hati seperti Andre. Biasanya, saat aku merasa kesepian menerpa dengan begitu kejam, hanya mereka tempat aku berbagi.
Dulu saat ayah dan ibuku masih ada, mereka selalu memanjakan aku. Aku masih belum lupa, setiap pagi ibu selalu memasak nasi goreng untuk kami sarapan. Ayah selalu meminta porsi yang besar. Kata ayah supaya kuat menghadapi kenyataan. Ayahku memang humoris. Membuat hariku selalu ceria. Ayah, Ibu, aku rindu kalian.
Ibuku terpaksa mengangkat rahimnya saat melahirkan aku. Itu sebabnya aku tidak punya adik. Ibuku bercerita, kata dokter ada kista di rahimnya. Sebenarnya saat hamil aku, ibu begitu kesulitan. Dokter menyarankan untuk aborsi, tapi ibuku tetap mempertahankan aku. ibu hebat, kataku saat ibu selesai cerita.
Belum sempat aku membalas jasa kedua orangtuaku, sekarang mereka telah kembali. Hanya doa di atas sajadah yang saat ini aku bisa lakukan untuk mereka kala rindu mulai membara di iringi tetesan airmata.
seandainya aku di berikan sebuah kesempatan. Aku ingin menjadi anak yang terbaik untuk mereka. Tentu saja itu tak mungkin. Apapun yang aku lakukan saat ini, mereka tidak akan tahu.
Sekarang aku sudah kuliah. Aku bersusah payah untuk mengejar gelar sarjanaku. di sela-sela kuliah aku bekerja di resto milik kenalan ayah dulu. Meskipun ayah dan ibuku telah tiada, aku bertekad untuk mengabulkan keinginan mereka. Melihat aku meraih gelar sarjana dan bekerja kantoran.
Keadaan inilah yang membuat aku menerima tawaran Andre dan Anita untuk menikah. Awalnya aku memang ragu untuk menerimanya, tapi setelah aku pertimbangkan aku menjadi lebih yakin. Entah mengapa aku memiliki insting kalau orang yang akan menjadi suamiku itu akan memperlakukan aku dengan baik. sebenarnya mungkin karena Kak Andre, dia yang meyakinkan aku.
Aku sudah pernah bercerita tentang perasaanku padanya kan? Aku adalah seseorang yang sangat mengagumi Andre, meskipun dia seperti pura-pura tidak sadar. Sempat kecewa, sampai aku bertemu Fian dan berpacaran dengannya.
Setelah menikah nanti, berarti aku benar-benar harus melupakan perasaanku pada Andre yang sampai sekarang masih ada. Cara bicara, gaya humor, style berpakaian sampai bau parfumnya begitu melekat dalam ingatanku. Terkadang aku berharap dia menyadari perasaanku dan membalasnya, tapi aku pupus harapan itu. Aku sadar, banyak perbedaan di antara kita.
Aku sudah cukup bahagia. Setiap Kak Andre menggodaku dengan gombalannya. Melihat garis senyumnya, matanya yang sipit saat tertawa, hatiku berbunga.
"Diing..ding..ding.."
Nada notifikasi whatsaapku berbunyi. Pesan dari Kak Andre.
Besok, jam delapan malam di floresta cafe. Temui temanku disana. Ingat, jangan telat. Cantik 😜
Dalam pesanpun Dia bisa membuatku tersenyum. Pesonanya begitu besar.
Siap, Kakak tampan 😝.
Aku membalas pesannya singkat. Bisa-bisanya aku masih baper dengan mak comblangku sendiri.
Sebentar lagi ada kurir yang antar dress ke rumah kamu. Pakai gaun itu besok. semoga kamu suka 😊.
Kak Andre termasuk tipe mak comblang seperti sih? segitu niatnya sampai mempersiapkan dress segala.
*Terimakasih, Kak. Sampai repot beliin dress segala.
***Bukan dari aku. Calon suami kamu yang belikan****.
Seketika langsung kecewa. Aku kira Andre yang pilih dress untukku, ternyata bukan. Kalau di fikir, buat apa juga dia beli dress untuk pasangan kencan orang lain. Pacar bukan, saudara juga bukan. Aku saja yang auto berharap.
Aku kira hanya di dalam novel ada kencan buta, ternyata aku justru mengalaminya. seperti apa ya kira kira wajah calon suamiku itu? apa setampan Andre? atau justru biasa saja? seperti apapun dia, aku ingin segera bertemu.
Sesungguhnya ini bukan pernikahan impianku. Aku ingin menikah dengan orang yang benar-benar ku kenal. Bukan dengan pria asing. Kata almarhumah ibu, cinta bisa tumbuh seiring waktu. dulu ibu dan ayah menikah karena perjodohan nenek dan kakek yang bersahabat baik. Sepertinya aku juga mengalami hal yang sama.
Semoga saja setelah pertemuan nanti aku bisa menerima calon suamiku dengan baik. Bagaimanapun, aku sudah mulai menata kesiapan untuk menikah dengannya. Aku bosan hidup sendirian di rumah ini. Hanya kenangan dan bayangan ayah ibu yang menemaniku setiap hari. Rumah ini terasa sangat sepi tanpa hadirnya keluarga.
Aku sadar, semua tidak akan mudah. Memulai kehidupan baru sebagai seorang istri. Aku hanya belajar banyak dari ibu. Bagaimana menjadi istri yang baik. Memberikan seluruh kasih sayangnya untuk aku dan juga ayah.
Saat aku atau ayah ada masalah, ibu tempat kami berbagi. Ibu menenangkan kami dengan pelukan hangatnya. Sampai sekarang aku masih merindukan pelukan itu.
Kata ayah, ibu wanita yang hebat. mampu memahami ayah sepenuhnya. Baik saat ayah susah ataupun senang. Juga di saat ayah sedang marah karena suatu hal. Ibu tetap mampu mengendalikan perasaan ayah. Intinya ibu adalah sosok inspirasi aku.
Hari mulai gelap. Aku memutuskan beranjak dari kamarku menuju dapur untuk memasak sesuatu buat makan malam. Pada dasarnya aku suka memasak. meakipun aku hanya tinggal seorang diri, aku jarang beli makanan di luar. Kata ibu, wanita harus pandai memasak selain make-up. Karena laki-laki lebih suka wanita yang pintar masak. Sejak ibu bilang seperti itu, aku mulai belajar memasak. Aku ingin memanjakan suamiku nanti dengan masakan-masakanku.
"Tok..tok.." Pintu rumahku di ketuk seseorang. Mungkin itu kurir yang mengantarkan gaun dari calon suamiku.
Benar saja. sebuah kotak berwarna silver yang berhias pita dengan warna senada di sodorkan oleh kurir sebuah ekspedisi. Setelah aku menandatangani bukti terima, si kurir berpamitan.
Aku membawa kotak itu masuk. Meletakkannya di meja tamu tanpa melihat isinya. Aku kembali ke dapur melanjutkan kegiatan masakku. Mungkin nanti saat aku sudah menikah, aku dengan senang hati memasak berbagai macam hidangan enak permintaan suamiku. Aku menunggu suamiku nanti memuji hasil masakanku sama seperti yang ayah lakukan setiap hari untuk ibu. Pernah suatu hari masakan ibu terlalu asin, tapi ayah tidak marah. Ayah tetap bilang masakan ibu enak. Akhirnya ibu menyadari rasa masakannya saat beliau makan dan meminta maaf pada ayah. Setiap hari mereka selalu romantis. Aku ingin rumah tanggaku nanti seperti mereka. Romantis setiap waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Miss haluu🌹
yang sabar Sila,🤗
2021-03-30
0
Nasha Rizal
sediiihhh 😭😭😭😭😭
2021-03-18
0
irtaza
ceritanya bagus ngena di hati...tidak hampa saat di baca...
2021-01-29
0