Kenangan semalam masih teringat jelas di dalam ingatanku. Aku mengecek jariku, takut semuanya hanya mimpi dan aku mendapati cincin berlian itu masih melingkar di jari manisku.
Semuanya terlalu manis untuk aku lupakan. Rasanya aku sudah rindu pada Andra. Aku baru sadar, semalam aku tidak meminta nomor whatsaap dia. Bodoh! umpatku dalam hati. Aku memutuskan untuk menelepon Anita. Dia harus menjelaskan semuanya padaku.
"Ada apa, Sil? tumben pagi-pagi telpon aku."
Suara Anita sedikit serak. Sepertinya dia baru bangun tidur.
"Hari ini ke rumah aku dong, mau curhat nih.. Jelasin ke aku, siapa Andra sebenarnya," Ucapku tanpa basa-basi.
"oke, siap. Aku mandi dulu ya." Anita langsung menutup telpon dariku. Awas saja, nanti aku akan memanah dia dengan banyak pertanyaan.
Aku sendiri bersiap menyambut kedatangan sahabatku itu. mandi dan menyiapkan camilan untuk menemani kami ngobrol nanti. Setengah jam kemudian Anita datang. Wajahnya tampak seperti biasa tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Duduk,Nit," Aku pura-pura jutek.
"Kenapa sih, Sil? sukses kan kencannya sama Kak Andra?"Dia masih tampak biasa saja.
"Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau Andra itu kembarannya Andre?!" Tanyaku dengan nada ketus. Aku membuang muka sambil menahan tawa yang hampir meledak.
"Ya... maaf Sil. Aku sama kak Andre takut kamu nolak Kak Andra kalau sampe tau dia kembaran Kak Andre.." ujar Anita sangat hati-hati. Seperti takut salah bicara.
"Tapi aku malah seneng, tuh," Masih dengan nada ketus. setelah mencerna kalimatku Anita langsung memelukku erat.
"Se-ri-us?" Anita belum percaya dengan perkataanku.
"Beneran, Nit. lihat cincin di jari manisku ini.. ini pemberian Andra semalem.." Aku menunjukkan cincin pemberian Andra. Anita melihat dengan kagum. Memang cincin yang ku pakai ini sangat indah. Aku suka selera Andra.
"Waw! Aku nggak nyangka, semalem Kak Andra ngelamar kamu. selamat ya, Sil. Aku pasti bantu kamu untuk persiapan pernikahan kalian," Aku melihat Anita sangat senang.
"Tapi aku takut, Nit"
"Takut kenapa?"
"Aku takut tidak bisa membahagiakan Andra," Aku mencoba jujur. Meskipun aku telah menerima Andra, Tapi aku juga takut. Takut tidak bisa mencintai Andra dengan tulus dan menganggap Andra hanya bayangan dari Andre.
"Aku yakin, kamu pasti bisa, Sil. Aku sudah bisa pastikan kalian jadi pasangan yang serasi. Ganteng dan cantik. Cocok," Anita mencoba menyemangatiku.
"Minggu depan Kalian akan di nikahkan," Sambung Anita. Aku terbelalak. Kaget. Baru semalam aku bertemu Andra, Seminggu lagi aku harus menghadapi pernikahanku dengan dia.
"Nggak bisa di undur, Nit? aku belum ada persiapan apa-apa,"
"Mama udah siapin semuanya. sejak sebulan yang lalu, aku, mama, papa dan Kak Andre sudah mengatur semuanya. Kami yakin kamu pasti mau menerima Kak Andra. undangan pun sudah di cetak." Aku terharu. Keluarga Anita sudah sangat baik padaku. Aku tidak menyangka akhirnya aku akan menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Meskipun bukan dengan menikahi Andre.
"Terima kasih, Nit. Kamu dan keluargamu sangat baik padaku. sampai-sampai menjadikan aku Menantu."
"Sama-sama, Sil. Aku mau persahabatan kita terus berlanjut. Sebentar lagi kamu akan jadi kakakku. Aku sangat senang," Anita memelukku lagi.
"Menurut kamu, gantengan mana? kak Andre atau kak Andra?" Celetuk Anita. Harusnya pertanyaan ini jangan di tanyakan. Aku tidak bisa membedakan ketampanan mereka.
" Mereka berdua sama-sama tampan. Tapi aku lebih ngevote Andra satu angka dari KaK Andre,"
"Huuu.. Mentang-mentang calon suami dibelain nih, yee.." Anita mencubit pipiku gemas. Pipiku memerah. Entah kenapa aku mulai merasa perasaanku terhadap Andra mulai tumbuh.
Sejak malam itu, aku merasa Andra adalah orang yang spesial. Dia sukses mendapatkan tempat di hatiku. Padahal dulu saat masih pacaran dengan Fian, aku tidak pernah merasa dia sesepesial ini.
kalau di ibaratkan nasi goreng sepesial, telurnya bukan hanya dua tapi empat.
"Aku minta tolong, Sil... Jaga kakakku dengan baik ya. sayangi dia, cintai dia.. Aku ingin kalian bahagia.." Tiba-tiba Anita menangis tersedu-sedu.
"Insyaallah, Nit. Aku akan berusaha jadi yang terbaik untuk Andra," Aku menghapus airmata Anita dengan tisu. Aku bisa merasakan kesedihan yang mendalam sedang dialami olehnya.
"Dari kecil, kak Andra nggak pernah dapat kasih sayang dari papa dan mama. Dulu ekonomi keluarga kami tidak sebaik sekarang. Terpaksa orangtuaku menitipkan kak Andra pada kakek dan nenek di Amerika. Sekarang kami semua ingin melihat kak Andra bahagia. Saat dia bilang ingin menikah, satu-satunya gadis yang kami fikir cocok dengan kak Andra cuma kamu, Sil. Seperti sudah di atur oleh Allah, saat Kak Andra buntutin kamu pertama kali dia langsung cocok. Dan Alhamdulillah, Kamu juga bersedia menikah dengan dia," Ceritanya panjang lebar.
"Sebenarnya aku sempat curiga saat kamu ngotot banget pengen jodohin aku dengan seseorang yang kamu bilang temen kak Andre itu. Setiap dekat dengan siapapun kamu pasti cerita. Kalau hanya teman, tidak mungkin kamu sampai setengah memaksa aku," Sejak awal kecurigaanku sudah benar. Tetapi aku sangat bersyukur memiliki calon suami seperti Andra. Dia sangat menghargai aku sebagai wanita dan juga dia mampu membuatku merasa nyaman.
Mungkin ini adalah sebuah kesempatan baik yang Allah berikan padaku. Allah mengirimkan sosok Andra untuk menjagaku sekaligus memberiku kesempatan untuk belajar menjadi istri yang baik.
"Untuk semuanya, aku minta maaf. Eh, Sil...kak Andra udah siapin rumah buat kalian tinggal nanti loh. Begitu menikah, kamu akan di ajak tinggal di sana, aku yakin, kamu pasti suka dengan rumahnya,"
"Ru-mah?" Ujarku sedikit terbata. Aku fikir aku akan tetap tinggal di rumah ini meskipun udah menikah.
"Iya, Rumah baru kalian nanti," Jelas Anita. Ia menatapku heran.
"Memangnya harus langsung tinggal bersama ya?" Pertanyaanku konyol. Anita langsung tertawa geli.
" Jelas dong, Sil. setelah menikah kan kalian sudah sah menjadi pasangan suami-istri, jadi ya harus tinggal bareng," Kata Anita di sela tawanya.
"Iya sih, Sil. tapi aku belum siap..."
"Hayoo belum siap apa? belum nikah udah mesum nih temenku," Ledeknya
"Bukan itu yang aku maksud, Nita.. Iiiih, sepertinya kamu nih yang ngeres, " Aku balas meledek Anita.
"Lama-lama juga terbiasa kok, Sil. Kakakku nggak suka gigit kok. cukup di puk-puk dia pasti nurut,"
"ye elah, dikira Andra kucing apa gimana... pake di puk-puk segala.. " Aku tertawa lirih.
"Terserah kamu, marmut juga boleh.." Katanya lagi.
"makan rumput dong ya," Aku menimpali candaan Anita.
Aku bahagia menghabiskan waktu hari ini bersama sahabatku. Kami terus membahas Andra dan segala macam persiapan pernikahanku nanti dengannya. Kapanpun, aku sudah siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ambu Ju
masih penasaran bagaimana bisa sila bisa punya anak dari andre,kalo yg pertama nikah dengan sila adalah andra...soalnya yg aku baca duluan adalah cerita suami simpanan 😁
2021-09-10
0
Lina aja
semoga langgeng
2021-07-20
0
Miss haluu🌹
yeeee.... selamat Sila..😊
2021-03-30
0