Minggu pagi, Aku dan Kak Andre mengadakan pertemuan. Kami sepakat bertemu di 'Warung Nasi Uduk Mak Jum' yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahku.
Aku datang lebih awal. Pelanggan Mak Jum sudah berjejer antri. Aku memilih duduk di meja paling pojok supaya lebih nyaman saat berbincang dengan Kak Andre nanti.
Aku melirik jam tanganku. masih pukul setengah delapan. Biasanya Kak Andre sedang lari pagi di sekitar komplek rumahnya. Wajar saja kalau badannya tampak berotot. Saat itu aku tanpa sengaja melihat Kak Andre nge-gym di lantai atas rumahnya. Dulu aku pernah berkhayal bisa pacaran dengannya. Tapi bisa di tebak, perasaanku ke Kak Andre cuma bertepuk sebelah tangan.
Kak Andre sosok yang sempurna menurut aku. kenapa? karena wajahnya yang tampan, hidungnya mancung, bibirnya merah alami, postur tubuhnya, kulitnya putih, matanya sipit, alisnya tebal, selain fisik, keluarga Kak Andre kaya raya. Saat ini dia memimpin dua perusahaan. Siapa sih yang tidak tertarik pada seorang direktur muda yang sesempurna dia?
"Sila, udah lama nunggu?" Kak Andre tiba-tiba sudah duduk di hadapanku. Entah sejak kapan, yang pasti lamunanku langsung berantakan. Di hari libur seperti ini ia tetap rapi. Wangi. Aroma parfumnya manis, favorit aku.
"Lumayan. Minder deh aku, Kakak rapi banget. Kaya nge-date sama pacar aja,"Aku mencoba mencairkan suasana.
"Pengennya sih gitu, Sil. Jadiin kamu pacar aku," Kak Andre terkekeh. Orangnya memang suka jahil.
"Halah gombal. Bukan kriteria Kak Andre kan? Mantannya aja cantik semua. Apalah daya, aku hanya sebutir pasir," Aku membalas candaannya dengan senyuman.
"Kamu juga cantik," Ujarnya singkat. Aduh, sebuah gombalan atau bukan tapi hatiku meleleh dibuatnya.
"Tapi bohong," Sambung Kak Andre singkat disusul tawanya yang pecah.
"isssh Kak Andre!" Spontan aku mencubit lengan kakak sahabatku itu. setiap bersamanya rasanya selalu bahagia. Nyaman yang aku rasakan saat dekat dengan Andre terkadang membuat aku berandai-andai.
"Aauu, sakit, Sil." Dia meringis kesakitan sambil mengelus lengannya yang baru saja ku cubit.
"Serius deh, Kak. Aku kepo sama temen Kakak," Aku langsung menembak Kak Andre untuk membahas tujuan pertemuan kami.
"Segitu patah hatinya sama aku? sampai kepoin temen aku?" Kak Andre lagi-lagi meledekku.
"Tapi aku setuju banget, Sil, kalau kamu menikah sama dia." Kak Andre tampak serius kali ini.
"Nggak bisa apa saling kenal dulu, Kak?" Tawarku.
"Dia hanya ingin bertemu kamu sekali, Sil. Setelah itu kamu harus membuat keputusan. Menikah dengan dia atau melupakan pertemuan kalian." Jelasnya.
"Sadis amat, Kak."
"Bukan sadis. Beberapa hari ini dia sudah mengamati kamu dari jauh dan setuju menjadikanmu istrinya," Ungkap Kak Andre.
Aku baru sadar. Pantas saja beberapa hari ini ada sosok misterius yang memata-matai aku. semua di mulai sehari setelah obrolanku dengan Anita tentang perjodohan itu. Kenapa harus jadi penguntit? mengapa tidak langsung menemuiku saja?
"Nggak adil banget. Dia udah tau aku, sementara aku belum sama sekali," Sungutku. Sedikit kesal.
"Kapanpun kamu siap, dia mau ngedate sama kamu. Hanya sekali, jadi manfaatkan. Jangan membuat keputusan tanpa pertimbangan. pikirkan masa depan dan cita-cita kamu," Kak Andre membuka fikiranku menjadi lebih luas. Jika aku menerima temannya itu untuk menjadi suamiku, mungkin semuanya akan berubah. Aku bisa kuliah dengan tenang, segala keperluanku akan tercukupi dan yang utama ada yang menjagaku.
"Kapan saja aku mau, Kak. Aku tunggu kabar dari kakak." Ucapku pasti.
"Keputusan yang bagus, Cantik." Entah sedang memujiku atau meledekku. Tapi aku suka setiap kata cantik yang keluar dari mulut lelaki itu.
"Kak..."
"Hmm.."
"Kapan Kak Andre nikah?" Celetukku di sela-sela menikmati nasi uduk mak jum yang rasanya juara itu.
"Nanti. Setelah jodohku datang." Jawabnya datar.
"Kapan?" Tanyaku lagi. Sepertinya momen ini membuat aku ada kebebasan menanyakan hal pribadi tentangnya.
"Belum tau, pacar aja belum punya. Mau nikah sama siapa aku. Sama kamu?" Serius. Setiap kata gombal yang meluncur dari bibir Kak Andre sukses buat aku terbang. Walaupun akhirnya di jatuhkan.
"Idih, Akunya mau, tapi Kak Andre yang menolak." Sahutku sambil mengerling nakal ke arahnya.
"Menolak karena terlalu cantik," Gombalnya lagi.
"Bisa aja. Nanti aku terlanjur baper, gimana?" Aku gantian meledeknya.
"Jangan. Ntar aku di tendang calon suamimu. Terus dibilang tukang tikung," Kak Andre ngakak.
Rasanya bahagia bisa bertemu Kak Andre pagi ini. Seluruh rasa penat di pundakku rasanya mulai luntur. Kami melanjutkan candaan dan gombalan sambil menghabiskan sarapan.
Siang harinnya aku memutuskan untuk bertemu dengan Anita. Dia sudah tidak sabar mendengarkan ceritaku saat menemui kakaknya tadi.
"Jadi kamu udah memutuskan untuk menemui cowok itu?" Anita tampak begitu antusias.
"Iya , Nit. Setelah aku fikir-fikir sepertinya seru juga kalau punya suami," Kataku ngelantur.
"Jadi kapan kalian nge-date?" Anita mencoba menyelidik.
"Aku serahkan sama Kak Andre. Kapanpun aku siap. Sayangnya acara nge-date ini cuma sekali, Nit. Setelah ketemu aku harus nentuin. Iya atau tidak."Anita tersenyum menanggapi ceritaku.
"Lebih cepat lebih baik , Sil. Aku selalu mendukung setiap keputusan kamu." Anita menggenggam tanganku erat. Sahabatku satu ini selalu menguatkan aku. Rasanya ia sangat berharga.
"Eh, Sil. Kamu tau nggak, tadi aku ketemu sama Fian loh." Anita belum tahu, kalau aku yang lebih dulu bertemu Fian sampai nyaris berantem.
"Kalau Soal Fian, Aku sudah tau dia nggak jadi kuliah di jogja. waktu ketemu aku beberapa hari yang lalu dia bilang mau balikan sama aku, Nit."
Akhirnya aku membongkar cerita tentang Fian. Aku tidak habis fikir, di saat aku sudah nyaman tanpa dia tiba-tiba saja datang membawa luka lama.
"Oh ya? terus kamu terima dia lagi?" Anita menatapku tajam. Takut aku kembali ke pelukan Fian kedua kali.
"Ya enggaklah , Nit. kamu tau sendiri kan seberapa sakitnya aku saat itu? dia sudah mencampakkan aku seperti sampah. Berubah seperti apapun dia tak akan bisa merubah keadaan yang tak lagi sama." Tanpa sadar mataku berkaca-kaca. setiap membahas tentang Fian, hatiku rasanya perih. Dia menghianati perasaanku di saat aku terlanjur sayang padanya.
"Udah, Sil. aku ngerti apa yang kamu rasain sekarang. Aku paham bagaimana cara kamu sampai bisa bangkit seperti sekarang." Anita menenangkan aku.
Aku hanya ingin memulai sebuah hubungan baru, dengan orang yang baru. saat bersama Fian, semua memang terasa sangat indah, tapi itu dulu. sebelum aku melihatnya makan romantis dengan seorang wanita. Semenjak orangtuaku meninggal, Aku dan Fian memang tidak se-level. Mungkin itu pula yang menjadikan Fian berhenti mencintai aku dan meninggalkanku.
"Fian pantas menerima semua ini dari kamu, Sil. Laki-laki seperti dia tidak pantas mendapatkan kesempatan kedua. Seenaknya saja membuang cinta yang tulus darimu,"
"Terimakasih, Nit. Kamu selalu dukung aku." Saat ini hanya Anita dan keluarganya yang masih memberiku perhatian, menggantikan kedua orangtuaku yang tidak lain adalah sahabat baik orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
penawaran...
2023-01-02
0
Angelliana
kalau anita adiknya andre dan orang tuanya sahabatan, kok Sila ngga tau kalau andre kembar?
2021-06-03
0
Neng Linda
makin seru ceritanya..
lanjuut
2021-05-07
0