Aku terbangun saat cahaya matahari mulai menyelinap masuk menembus hordeng jendela. Disebelahku Andra sudah tidak ada. Tubuhku masih polos tanpa sehelai benang tertutup selimut putih nan tebal. Segera aku menyingkap selimut itu dan menuju ke kamar mandi untuk mengecek apakah Andra berada di sana. Ternyata tidak ada.
Aku memutuskan untuk mandi, membersihkan diriku dari sisa semalam. Setelah berganti pakaian dan sedikit merias wajahku aku segera turun ke lantai dasar. Suasana sepi. Tidak ada seorangpun keluarga Wijaya di sana. Di meja makan telah tersedia menu sarapan.
"Selamat pagi non, tuan berpesan, setelah nona bangun harus segera sarapan," Kata seorang asisten rumah tangga begitu ramah padaku.
"Selamat pagi juga mbak... baiklah, saya akan sarapan. o ya, dimana Papa, Mama, Andra dan yang lainnya? kok sepi?" Tanyaku penasaran. Raut wajah si mbak berubah sedikit muram.
"Non belum di kasih tahu ya, kalau tuan Andre drop dan di bawa ke rumah sakit?" Tanya si mbak balik kepadaku. Seakan bingung.
"Apa? Andre masuk rumah sakit? dia sakit apa?" Aku tiba-tiba merasa terpukul. Rasanya sangat sedih mendengar kabar ini. aku ingin segera menyusul ke rumah sakit untuk melihat keadaan Andre.
"Iya non, Tuan Andre masuk rumah sakit. Belum lama ini Tuan Andre mengidap gagal ginjal akut. Belum menemukan donor yang cocok. Bahkan tuan di vonis akan segera meninggal." Asisten rumah tangga itu menangis tersedu-sedu. Aku semakin trenyuh. Airmataku tanpa terasa ikut menggantung di sudut mataku.
Aku merasa sangat sakit. Entah mengapa hatiku takut merasakan kehilangan. Wajah Andre tiba-tiba membayang di pelupuk mataku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku seperti sudah lupa, bahwa diriku telah bersuami.
Setelah tahu di rumah sakit mana Andre di rawat. Aku segera menyusulnya. Perasaanku gusar, aku takut bahkan sangat takut kehilangan kak Andre. Ya Allah, selamatkan Andre, doaku sepanjang jalan.
Sampai di depan ruang UGD, aku melihat pemandangan yang sangat kacau. papa duduk lesu di bangku tunggu. Mama dengan mata sembab dan bengkak mondar-mandir di depan ruangan. Anita menangis tersedu di samping papa. Andra aku lihat menengadah menatap langit-langit rumah sakit, ada garis bekas airmata di sudut matanya. Kulit wajahnya yang putih tampak lebih pucat. Rambutnya berantakan.
Aku mengelus pundak sahabatku, ia langsung berhambur ke pelukanku. Menumpahkan seluruh airmatanya yang tersisa.
"Sil.. kak Andre.." Suaranya parau. Aku terus memeluknya erat. Aku mengelus rambutnya agar ia tenang.
"Sejak kapan,Nit. Kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku?" Aku ikut menangis. Aku seperti marah karena merasa tidak dianggap. Aku juga merasa bodoh, baru sekarang mengetahui soal ini.
"Baru Ketahuan dua bulan lalu, Sil. Maaf, aku nggak bisa cerita sama kamu. kak Andre melarang aku, Sil. Dia takut kamu khawatir," Jawabnya pelan, masih sambil menangis.
"Aku sayang sama kak Andre, dia sudah seperti kakakku sendiri. Harusnya kamu nggak sekejam ini sama aku,Nit." Walaupun sebenarnya lebih dari sekedar perasaan seorang adik dan kakak, tapi aku harus berbohong untuk kebaikan semuanya.
"Kak andre bilang, dia nggak mau kamu sedih."
Jelasnya singkat. Kak Andre sebenarnya peduli padaku. Sampai tidak ingin melihat aku sedih. Tapi sekarang aku merasa bukan sekedar sedih. Tapi hancur.
Aku diam. Airmataku semakin deras. Andra meraih tanganku dan membawa aku menjauh. Dia memelukku erat. Aku semakin sesak. Aku rasanya ingin menolak pelukan suamiku sendiri. Bahkan perasaanku berubah. Dia kuanggap seperti orang asing. Tapi aku kalah kuat dengannya, tenagaku seperti terkuras habis. Yang kulakukan hanya diam dan menangis.
"Aku tau, ini kenyataan yang sangat pahit untuk kamu, Sil. Kamu pasti kecewa pada semua orang yang merahasiakan keadaan Andre. Tapi ingatlah, ada aku. Aku siap memikul beban perasaanmu. Aku terima, meskipun itu menyakitkan. Aku pasanganmu, Sil. Berbagilah segalanya denganku.." Andra mencoba menenangkan aku. Aku tidak merespon apapun. Aku masih terus terisak. Aku tidak ingin kehilangan kak Andre.
"Izinkan aku menemui kak Andre..." Pintaku memelas, sangat pelan.
"Baik. tapi kamu harus janji, jangan menangis lagi," Andra menghapus airmata yang menggenang di mataku. Ia menuntunku ke arah ruangan di mana kak Andre di rawat.
Aku memasuki ruangan. Kak Andre terbaring lemah di sana. Banyak sekali selang yang terhubung ke tubuhnya. Lebih dari sepuluh alat menempel di kulitnya. Matanya tertutup rapat. Bibirnya yang biasa merah alami kini pucat pasi. Tiba-tiba kakiku seperti tanpa tenaga. Aku terjatuh sebelum sampai ke ranjang kak Andre.
Aku mencoba mengumpulkan kekuatan dan bangkit. pelan-pelan aku melangkah mendekati pria yang selalu humoris dan penuh gombalan itu. Aku menarik kursi, mengatur tempat duduk agar dapat dekat dengannya. ku raih tangannya yang tidak memakai jarum infus, menempelkan tangan lelaki itu di pipiku. Air mataku jatuh lagi.
"Kak, aku mohon... buka mata kakak. Aku nggak kuat lihat kakak seperti ini. Ayo bangun... Aku pengen lihat kakak senyum... godain aku lagi... hu..hu....huuu... kak Andre..." Pria tampan itu tidak bergeming. Tetap diam. Dia tidak mendengar kata-kataku. Aku ingin berbuat sesuatu, aku ingin di berikan satu kesempatan untuk mengungkapkan perasaanku meskipun terlambat. Aku ingin kak Andre tahu semua kebenarannya. Tiba-tiba tangan Kak Andre meremas jariku erat.
"Sila.. jangan tinggalin aku...jangan menikah... aku sebenarnya...sa.." Kak Andre menceracau. Sepertinya ia mengigau. Dahinya berkeringat. Suhu badannya tinggi. Aku menyeka keringatnya dengan tisu.
Apa maksud Andre bilang seperti itu? aku merasa ada yang tidak beres. Apa mungkin selama ini bukan hanya sakit Andre yg di sembunyikan dariku? Lalu apalagi? mengapa Andre sampai mengigau seperti itu? Dia tidak ingin aku menikah? kenapa? Aku penasaran dengan kelanjutan kalimatnya. Sekarang ia sudah pulas kembali. Sepertinya aku harus menodong jawaban dari Anita. Dia pasti tahu yang sebenarnya. Aku yakin, ada sesuatu yang dia sembunyikan dariku.
Aku memandangi wajah Andre. Rasanya aku ingin menggapai wajahnya. Tapi aku mengurungkan niatku. Ada benteng di antara kami. Aku sadar, aku adalah istri dari kembarannya. meskipun saat ini aku masih belum yakin.
"Aku akan mencari tahu kebenarannya kak. Aku merasa menjadi bagian dari rasa sakitmu. Berjuanglah kak. Berjanjilah untuk tetap hidup.."
Kataku pelan.
"Kak Andre, meskipun Kamu cinta pertamaku, tapi aku sadar, aku tidak akan bisa memilikimu. Hanya aku yang menginginkanmu, tapi mungkin kamu tidak." Aku terus mengajaknya bicara, padahal jelas-jelas itu sia-sia. Andre tidak pernah mendengar setiap ucapanku.
Beberapa menit kemudian, aku keluar dari kamar rawatnya dan mengajak Anita untuk membicarakan maksud kalimat Kak Andre saat mengigau tadi. Aku mengajaknya keluar ke taman rumah sakit yang tidak jauh dari ruang rawat Andre.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Novi Azza😍😍😍😍
sila kalau blum yakin dengan perasaan nya knpa gampngan bnget
2021-07-12
0
💞R0$€_22💞
dari sini paham..sebenarnya andre mencintai Sila, tapi krn sakitnya andre menutupi semua perasaannya dan merelakan Sila menikah dg kembarannya...
.
keren thor cinta segitiga bermuda...
2021-05-01
0
Miss haluu🌹
tuh kan...??
2021-03-30
0