Ceklek
Ku buka handle pintu kamar mandi dan aku keluar dari dalam setelah beberapa menit aku membersihkan diri dan menetralkan debaran jantung ku saat setelah bang Dika membantuku membuka kancing gaun Ku. Sungguh aku sangat malu karena baru kali ini ada seorang pria yang melihat ku tanpa hijab dan juga melihat tubuhku walau hanya dibagian punggung. Aku sangat gelisah ketika merasakan sentuhan tak sengaja dari bang Dika saat membuka kancing gaun Ku yang begitu banyak.
Begitu aku keluar dari kamar mandi, ku lihat bang Dika sudah tertidur di kasur empuk itu. Matanya terpejam dan perlahan aku mendekat kearah tempat tidur yang bertaburan kelopak mawar merah. Sepertinya bang Dika benar-benar sudah tidur saat ku dengar dengkuran halus lolos begitu saja dari mulutnya.
"Aku tidur dimana?"
Aku melihat di hotel itu tidak ada sofa, hanya ada karpet yang terbentang sebagai alas ruangan itu, lalu aku mengambil bantal dan memilih untuk tidur di karpet saja, meski tidak menggunakan selimut.
Ku pejamkan mataku dan berharap aku segera tidur karena lelahku.
Dika POV
Aku menatap langit-langit kamar hotel itu, kamar ini harusnya di tempati oleh sepasang pengantin baru yang akan menghabiskan malam panjang penuh cinta, namun malah berujung lara. Aku tidak ada pilihan lain, karena semua sudah terjadi.
Kudengar handle pintu akan terbuka, dengan cepat ku pejamkan mata dan berpura-pura tidur. Tidak ada tempat lain, sofa pun tidak ada, terpaksa aku tidur juga di ranjang yang bertaburan kelopak mawar merah yang seharusnya ranjang itu menjadi saksi bisu dua cinta yang menyatu menjadi satu.
Samar-samar ku buka mata dan aku tidak melihat Dinda di samping ku.
deg!
"Apa Dinda tidur di lantai??" batinku*
"Eeemmm,,,," Dika berpura-pura mengerang seperti orang bangun tidur. Kemudian ia duduk dan mencari keberadaan Dinda
"Dinda,,,?"
Dinda bangun lalu duduk dan melihat kearah Dika yang mencarinya
"Ada apa bang?"
"Kamu tidur di lantai?! naiklah, ranjang ini sangat besar kita bisa memberi pemisah di tengahnya. Udaranya sangat dingin nanti kamu masuk angin"
"Dinda gak papa tidur di bawah...."
Wajah Dinda langsung berubah tegang
"Tenang saja, Abang tidak akan menyentuh mu jika itu yang kamu takutkan. Abang tidurnya anteng kok,, ayo naiklah ke atas" ucap Dika dengan pelan
Dinda menggeleng takut jika harus satu ranjang bersama Dika meski mereka sudah menikah, Semua bisa saja terjadi, tidak ada yang bisa menjamin, apalagi mereka sudah halal.
"Ya sudah kalau kamu merasa takut. Biar Abang yang tidur di karpet. Kamu tidurlah di atas"
Dika mengambil bantal dan tidur di sisi lain ranjang, sehingga ranjang pengantin itu kosong. Dinda merasa aneh dengan sikap Dika, tapi Dinda juga tidak bisa memungkiri jika dirinya tidak bisa tidur jika hawa terlalu dingin seperti sekarang dan hanya beralaskan karpet tanpa selimut tebal. Lalu Dinda naik ke atas ranjang dan memutar badannya memunggungi arah Dika.
"Harusnya malam ini aku bahagia, namun hanya kekecewaan yang aku dapatkan" batin Dinda menangis sebelum memejamkan matanya
***
Suara adzan subuh berkumandang, Dinda membuka mata nya dan melihat sosok Dika yang baru selesai menjalankan sholat, mungkin sholat Sunnah.
"Mau subuhan bareng?" tanya Dika menoleh ke belakang saat mendengar gerakan dari Dinda, lalu Dinda mengangguk dan segera beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi, tak berselang lama Dinda keluar dan ia melihat ada mukenah putih berada diatas tempat tidur. Lalu Dinda mengambil mukenah itu dan menjalankan ibadah subuhnya bersama suaminya untuk pertama kali.
"Din, pagi ini kalau kita pulang kerumah Abang, apa kamu keberatan? atau kamu mau pulang kerumah orang tuamu dulu?" tanya Dika
"Terserah Abang" jawab Dinda datar saja sambil membereskan barang-barang nya
"Ya sudah, Abang pesan go car nanti untuk membawa barang-barang mu, Abang gak punya mobil" ucap Dika
Kemudian Dika mengajak Dinda untuk menikmati sarapan yang di siapkan oleh pihak hotel. Dinda dan Dika tidak banyak bicara, tidak juga ingin saling mendekat atau mengenal satu sama lain. Keduanya hanya fokus pada hidangan yang ada dihadapan mereka. Setelah selesai makan, Dika dan Dinda keluar dari hotel dan menuju ke rumah Dika.
Kurang lebih 30 menit menempuh perjalanan, mobil online yang di tumpangi keduanya telah sampai di sebuah rumah minimalis type 49. Keduanya lalu turun dan Dika membantu Dinda menarik kopernya masuk kedalam
"Silahkan masuk" ucap Dika saat ia masuk kedalam lebih dulu dan mempersilahkan Dinda untuk masuk
"Assalamualaikum" ucap Dinda
"Wa'alaikumsalam"Jawab Dika
Dinda melihat sekeliling ruang tamu itu terlihat rapi, tidak banyak benda yang terdapat disana namun terlihat begitu menyenangkan jika tinggal di dalam rumah itu.
"Disini ada 3 kamar, Satu kamar tamu tapi sudah berubah jadi ruang kerja Abang, disana ada kamar utama, dan di samping itu ada kamar Fatih, Kamu,,,,,"
"Dinda sama Fatih saja bang"
"Ouh,, ya sudah, tidak masalah"
Lalu Dika menarik koper Dinda dan membawanya ke kamar Fatih.
"Kamu bisa istirahat, mungkin sore Fatih akan diantar kesini, Abang keluar dulu sebentar ke tempat pak RT" ucap Dika yang dengan cepat meninggalkan Dinda.
Dinda melihat seisi kamar Fatih yang sangat khas kamar anak laki-laki. Banyak mainan dan juga gambar-gambar mobil, di dinding kamarnya. Dinda sudah tau jika Dika memiliki seorang putra bernama Al Fatih Mahardika, karena setiap Dinda diajak Dimas kerumah orang tuanya, disana Dinda bermain bersama Fatih keponakan Dimas. Dinda pun menyukai Fatih, tingkahnya yang menggemaskan, dengan ocehan tak jelas membuat Dinda menyukai anak itu.
Kemudian Dinda membereskan kopernya dan dia baru ingat jika tadi pakaian kotor mereka ada di tas lain yang masih berada di ruang depan.
Setelah membereskan pakaiannya, Dinda mengambil tas itu dan membawanya ke belakang, disana ada mesin cuci dan juga jemuran yang kosong. Tidak menunggu di perintah, Dinda mencuci pakaiannya dan juga milik Dika bersamaan. Meninggalkan mesin yang masih menggiling pakaian, Dinda berjalan menuju dapur. Dia melihat jam menunjukkan pukul 10 pagi, lalu Dinda membuka kulkas dan melihat ada bahan makanan yang bisa di masak. Dinda mengambil bahan makanan dan memasak sesuatu untuk makan siang mereka nanti.
Cukup lama Dika berada dirumah pak RT untuk melaporkan jika ada warga baru di komplek itu, Dika juga sempat mengobrol sedikit dengan pak RT dan setelah itu Dika pamit.
Sampainya di rumah, langkah Dika terhenti didepan pintu saat mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera. Lalu Dika masuk secara perlahan menuju ke dapur dan ia melihat Dinda yang tengah berada di depan kompor dan beberapa makanan sudah terhidang di atas meja.
Langkah Dika tertahan saat melihat Dinda yang masih begitu fokus dengan masakan nya.
"Dia,,, gadis yang baik"
.
.
.
Votenya mana nihhhhh buat bang Dika dan Dinda 🤗
Mungkin gini kali yahh rumahnya Dika hehehe😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
semoga pernikahan mereka bahagia ya
2023-12-25
2
Biduri Aura
perempuan itu klau sdh pintar ngurus rumah itu perempuan baik,, dr pd tau ny shoping,, pemborosan
2023-07-11
0
Rita Mahyuni
rumahnya mungil...he he
2023-06-20
0