Dikejar Cinta Tyson
Hari ini sungguh melelahkan. Pekerjaanku sebagai wedding sales manager assistant benar-benar menyita waktuku belakangan. Beruntung Hari ini aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Ku menyusuri jalan sambil memegang erat payung hitam kecil yang terlihat berkilat karena basah oleh air hujan. Padahal tadi pagi cuaca tampak cerah tanpa mendung sedikitpun.
Jalan yang kulalui terlihat basah dan becek,nampaknya hujan enggan berhenti sore ini. Beruntungnya letak halte bus dari kantor tempatku bekerja tidak terlalu jauh. Jadi aku bisa sedikit berjalan agak santai sebelum bus tiba sesuai jadwalnya.
Sudah dua hari ini motor kesayanganku tiba-tiba tidak mau menyala dan harus menginap di bengkel pak Timo. Kata pak Timo hari ini kemungkinan motor sudah bisa aku ambil. Beliau sudah sepuh tapi masih cekatan dalam bekerja dan hasilnya pun memuaskan. Itu kenapa banyak yang mengandalkan jasa pak Timo untuk sekedar ganti oli, service ataupun perbaikan lainnya. Biasanya perbaikan apapun bisa dilakukan dengan cepat, hanya saja kemarin pak Timo kewalahan menerima perbaikan di bengkelnya karena anak pertamanya yang biasanya ikut bekerja di bengkel sedang sakit. Jadi aku cukup paham keadaan beliau.
Seperti kemarin begitu sampai halte tempatku turun aku akan menelpon *bapa (bapak) untuk menjemputku. Karena dari halte nanti sampai rumah lumayan jauh.
"Hujan yang rintik-rintik nanggung begini biasanya berhentinya lama" gumamku sendiri sambil melongokkan kepalaku ke arah langit yang tampak kelam.
Sesampaiku di halte nampak satu dua orang terlihat bosan menunggu datangnya bus, iyah bus yang lewat halte ini biasanya datang terlambat, ditambah hujan yang seperti ini agaknya aku harus Lebih bersabar lagi menunggu. Setelah merapatkan kembali payungku, aku letakkan payung basah yang kugunakan tadi di sebelahku dengan posisi terbalik, terlihat air mengalir cepat dari ujung payung tersebut.
Aku duduk menghadap jalanan yang tampak lenggang. Kuperhatikan sepasang kekasih berdiri di ujung bangku halte, tampak mereka asyik mengobrol sambil tergelak- gelak entah apa yang mereka bicarakan sepertinya seru.
Yang perempuan terlihat sungguh bahagia, tidak ada beban yang terlihat di raut wajahnya.
"Ah iya kapan yah terakhir kali aku mengobrol lama dan jalan dengan lawan jenis selain Beni dan kakakku yah? " Aku merenung dalam hati. "Sudah lama yah sekitar 4 tahun, fiuh lama juga, ngapain aja aku selama sekian tahun ini? Iyah aku menikmati kesendirianku ini, tapi setelah melihat dua sejoli tadi kok tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang kurang di hidupku"
"Kalau kata Dewi yang sudah jadi temanku sedari kecil, usia 25 tahun itu usia rawan, antara bakalan jomblo seumur hidup atau langsung ketemu jodoh. Ah masak segitu seramnya usia 25 tahun?! Kata dia lagi usia segitu lingkaran pertemanan semakin sempit, kita sibuk dengan rutinitas pekerjaan dan jarang bersosialisasi seperti jaman waktu masih sekolah dan kuliah dulu. Otomatis pergaulan berkurang dan artinya ketemu jodohnya pun bakalan lebih susah. Ditambah dengan aku yang tidak pernah update sosial media lagi sejak hmm mungkin 3 tahun lalu karena selain sibuk juga mulai malas dengan hal-hal seperti itu” lamunanku pun semakin jauh
“Iyah sih pulang kantor lebih sering langsung pulang seperti hari ini. Kalau pun langsung pergi biasanya berbelanja bulanan pribadi sendiri atau jalan sebentar sama Beni dan Dewi, itupun sudah jarang sejak bekerja"
"Kok aku jadi mikir yang aneh- aneh begini sih" Aku menghela nafas dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Aku meraih hapeku dan dengan ragu menekan nomor yang lama tidak kuhubungi, terdengar suara berat setengah berbisik dengan nada khawatir diujung sana.
"Nam kamu kemana aja sih!? “ terdengar suara khas Beni yang halus.
"Bennnnn..... " aku memanggilnya dengan lirih
"Tuh pasti lagi galau yah, ck! aku lagi meeting. Nanti deh aku telepon kamu lagi yah maaf yah nam" jawab beni masih berbisik
" Ok, iyah gak papa kok Ben” aku dengan cepat menjawab
“Tut….tut.. “ Sambungan telepon pun terputus.
Ajaibnya dia selalu tahu aku dalam keadaan apapun" pikirku lagi sambil tersenyum.
Beni itu teman terbaik yang pernah aku miliki setelah Dewi, Aku masih teringat saat aku masih SMA kelas 3 perkenalanku dengannya tanpa sengaja dari komentar bersahut-sahutan kami di salah satu akun berita yang muncul pada timeline fanpage di facebook. Lalu kami saling berteman di dunia maya. Aku selalu terbahak dengan komentar dia yang ajaib dan tidak biasa, kemudian pada akhirnya kami pun berteman sampai di dunia nyata. Ternyata kita mendaftar di universitas yang sama hanya saja berbeda jurusan. Kami sering bertemu di kampus, janjian jalan bareng, sekedar melepas penat sepulang kuliah sambil membahas hal-hal absurd. Pembicaraan jadi begitu menyenangkan dengannya tapi entah kenapa kami tidak menjadi pasangan kekasih.
Padahal si Beni ini ganteng, mungkin sama sepertiku dia juga merasa hubungan pertemanan ini lebih dari segalanya, kami nyaman seperti ini dan tidak rela untuk mengubahnya sama sekali.
Lamunanku buyar, Bus yang aku tunggu akhirnya datang, aku bergegas naik, tiba- tiba Ada yang menepuk lenganku pelan,
"maaf mbak payungnya ketinggalan" seorang lelaki tinggi bertopi hitam, berkaca mata hitam dan menggunakan masker menyodorkan payungku yang nyaris tertinggal di halte, gak aneh sih memang saat sekarang memakai masker dijalanan seperti ini karena tingginya polusi dan jalan yang berdebu. Laki- laki tersebut menyerahkan payungku dengan cepat ,Aku pun tersenyum sambil mengambil payungku dengan segera dan berujar
"terimakasih yah, hampir saja"
Lelaki itu mengangguk dan ikut naik ke dalam bus bersamaku. Ia terlihat mencari tempat duduk yang dianggapnya paling nyaman.
Kebetulan penumpang bus tidak terlalu ramai, aku mencari tempat duduk di pojok dekat Jendela seperti biasa. Tas hitam yang biasa kubawa bekerja kuletakkan di pangkuan.
Mataku tertuju pada tulisan "Be Happy!" yang tertempel di depannya, seingatku tas ini sedari tadi tak pernah lepas dari bahuku, dilengkapi dengan smiley :) aku pun tersenyum.
“Kebetulan yang aneh" gumamku sambil melempar pandangan sekeliling, terlihat orang- orang terdiam di tempatnya masing- masing dengan tenang seperti biasa. Aku membayangkan orang yang menempelkan notes ini pasti sedang galau iyah sama seperti aku dengan kegundahanku saat ini. Bisa jadi notes ini tidak sengaja terbawa oleh tasku saat berpapasan. Aku pun tersenyum dan mulai duduk tenang melihat ke arah jalan dari jendela bus yang mulai tampak basah dialiri bulir- bulir air hujan yang turun kian deras.
Ah Iyah aku jadi teringat beberapa kiriman barang entah dari siapa beberapa kali belakangan. "Apa ini juga termasuk yah? aku kayak punya secret admirer ahh mudah-mudahan bukan stalker " aku bergumam lagi
Bus bergerak pelan membelah hujan dan kemacetan sore itu dan sukses membawa
pikiranku melayang jauh ke masa lalu. Aku tiba-tiba saja teringat Bumi. Iyah aku sadari bahkan sampai detik inipun ia masih menghuni di sudut-sudut ingatan dan kegundahanku.
Teringat jelas peristiwa empat tahun yang lalu saat aku masih kuliah.
Tiba- tiba Bumi yang saat itu kuanggap sudah menjadi mantanku datang mencariku dengan air muka yang kesal, dia menarik tanganku ke tempat yang agak sepi
"aku mau bicara!!!" katanya dengan nada ketus
Sambil mencoba menarik kembali tanganku aku pun berteriak “apa sih Bumi!! narik tangan aku kayak gini, sakit tahu!!”
Tanganku pun akhirnya terlepas dari cengkramannya dan aku menjaga jarak.
“kamu gak bisa seenaknya putus dari aku nam!” katanya lagi dengan sedikit berteriak
“Seenaknya?! Bukannya kamu seenaknya yang mencoba mendekati teman- temanku satu persatu?” geramku lagi
“Itu gak yang seperti kamu kira nam, mereka hanya teman biasa buat aku”
“Oh yah, teman biasa apa yang jalan menonton berduaan di malam minggu, iyah si Ita cerita ke aku, karena dia pikir kita lagi break, terus siapa lagi yang kamu pepet, Mia? Mia nanya ke aku hubungan kita sebatas apa, terus siapa lagi, Dian? Dan si seksi Tiara, siapa lagi?? aku bahkan tidak ingat nama mereka semua, dan kamu pikir aku selugu itu masih percaya semua yang kamu bilang?” kataku dengan emosi yang meletup- letup.
Bumi terdiam sejenak dan menarik nafas panjang sebelum berkata
"Tapi itu hanya iseng Nam, cuma kamu satu-satunya, please jangan tinggalin aku. Aku nggak bisa Nam kamu giniin" Muka Bumi memelas
"Sia-sia 3 tahun ini. Awalnya aku pikir aku menemukan seseorang yang begitu luar biasa. Kemana orang yang aku banggakan selama ini? Kalau saja aku tidak memergoki kamu sedang duduk bermesraan dengan Juni di Taman waktu itu", …….*aku menggigit bibir bawahku untuk meredam air mataku yang mulai berdesak-desakan di pelupuk mataku… "mungkin aku tetap dengan kenaif-anku mempercayai semua alasan-alasanmu selama ini. Ternyata cerita-cerita yang aku dengar selama ini benar" Suaraku mulai bergetar, dadaku kembali sesak, kutahan air mataku yang sudah menyerbu ingin berhamburan keluar. Aku harus kuat.
"Aku bersalah Nam, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal. Seminggu kita tak bertemu dan berkomunikasi, aku merasa benar-benar kehilangan"
"Kehilangan? Huh…" aku tertawa miris, aku memegang kepalaku yang terasa mulai panas.
"Kamu anggap apa aku selama ini??? Rumah singgah? Rumah nyaman setelah petualangan?? Karena kamu tahu kan aku selalu ada untuk kamu ?!!! "
Bumi menunduk dan terdiam mendengar perkataanku.
"Sudahlah Bumi, hubungan ini sudah berakhir" Lanjutku lagi sambil mengangkat kedua tanganku pertanda menyerah.
"Aku akui Nam, kamu tempat ternyaman buat aku. Seberapa jauh pun aku pergi aku selalu balik ke kamu Nam, … mungkin aku yang belum siap dengan hubungan seperti yang kamu mau, maaf sekali lagi. Tapi, Aku nggak bisa ngelepasin kamu begitu saja"
"Terus maumu apa?? , sudahlah Aku lelah, aku mau pulang" Aku memandangnya tajam dan berlalu dari hadapannya.
"Nami, kamu tetap millikku, sekarang ataupun nanti. Aku tahu perasaanmu tidak akan berubah selamanya. Hanya aku yang bisa mengerti banyak hal dalam hidupmu, kita lihat saja nanti"!!! Aku mendengar Bumi berteriak kearahku yang tergesa- gesa pergi dari tempat itu.
Itu hari terakhir aku bertemu dengannya. Setelah itu aku selalu menghindarinya. Teleponnya tidak pernah aku jawab, sampai nomor hape ku ganti waktu itu. Sampai aku dengar bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan Mia teman satu jurusan denganku. Iyah aku akui aku masih sayang Bumi, bahkan setelah sekian tahun kita berpisah aku masih belum sepenuhnya bisa melupakan 3 tahun terindah dalam hidupku. Air Mataku pun kembali tergenang.
Dia cinta pertamaku, perlakuannya sangat romantis. Aku belum pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Aku pernah mengalami pengalaman cinta monyet sebelumnya tapi tidak sedalam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Asya_JNH
aku mampir kak 🍼🍼😍😍
2022-08-09
0
Fb: Ponn Ponn
aku mampir kak, salam dari Mengejar Cinta Guru Tampan
2022-03-19
1