Setelah puas meluapkan emosi, akhirnya aku mampu menguasai diriku kembali.
Ku baru sadari Galang ikut duduk dengan tenang disebelahku dan pandangannya jauh menerawang.
Kuulurkan tanganku bermaksud meminta tasku untuk mengambil tisu. Galang mengembalikan perhatiannya ke tanganku yang kini terulur kearahnya. Tanpa bertanya dia menggenggamku secara spontan, aku tentu saja kaget "maaf pak, maksudnya Tas saya" Sahutku dengan suara parau.
Galang terkejut lalu tersenyum geli "oh maaf, ini" Sambil menyerahkan tas yang dia pungut tadi.
Kubersihkan airmata dan hidung berairku dengan tisu. " Terimakasih yah pak, mungkin kalau pak Galang tadi nggak lewat entah apa yang akan terjadi? " Aku berkata sambil menekan-nekan hidungku yang masih sedikit berair.
"Iyah sama- sama Nami… mmm" Galang berkata dengan ragu dan urung melanjutkan perkataanya.
"Saya terlihat berantakan yah pak? " Aku mengusap-usap pipiku yang terasa panas.
Pak Galang menoleh kearahku "..... Nggak Nami, masih ok kok… Masih cantik" Jawab Galang ringan sambil memandang wajahku.
Aku tersenyum malu "Pak Galang bisa aja nih, mana ada orang habis nangis cantik, palingan juga mata saya bawahnya hitam karena maskara yang saya pakai luntur kena air mata, pasti sudah kayak tuyul, warna itemnya bleber kemana-mana. Aku melengos
" Mana gelap, saya jadi nggak bisa ngaca kan pak?! "
Galang tertawa " Iyah kayak tuyul , tapi tuyulnya cantik hehehehe " Kata dia lagi sambil nyengir
Akupun ikut nyengir kesal.
"Yuk" Katanya lagi sambil berdiri dan menarik tanganku untuk ikut berdiri.
"Kemana pak? "
"Nganten" (Nikah) gumam Galang sendiri
"Hah" Aku mendongak, sambil memegang tangannya yang telah siap menarikku berdiri.
"Balik lah, mau disini sampai besok?, lagian ngeri juga ngajak tuyul malam-malam ya kan?!" Gurau Galang.
Akupun tertawa geli " Lucu juga pak Galang" Benakku berkata
"Udah gak sedih lagi kan? "
"Sudah baik-baik saja kok pak, saya jadi malu sih sebenernya nangis kayak tadi didepan pak Galang" Aku menggaruk pelan jidatku yang tidak gatal.
"Anggap saja saya nggak liat"
Aku tersenyum
Telepon genggam Galang berbunyi "Iyah Halo Dit, Iyah ini Nami sama aku"
"Oh ok, entaran deh aku cerita, info ke Nami juga yah, Iyah sip" Galang menutup pembicaraannya.
Giliran hapeku yang berbunyi "Iyah Halo pak Dito, oh gitu yah pak, baik pak, tas saya masih dikamar pak, oh Pak Made Iyah pak, Iyah pak. Saya balik sekarang saja boleh pak?" Saya tiba-tiba merasa kurang enak badan" Kilahku
Oh baik pak, terimakasih pak"
Aku Menoleh ke Galang "pak Dito katanya ada keperluan penting jadi tidak bisa mengantar pulang trus katanya saya pulangnya sama pak Galang" Kataku kemudian
"Iyah barusan juga dia telepon begitu, mau pulang sekarang apa sebentar lagi? kan acaranya sebentar lagi mau berakhir"
"Sekarang saja pak, tadi sudah ijin sama pak Dito. Saya mau ambil tas sebentar ke lantai dua, tapi muka saya sedang sembab begini, masih banyak orang di dalam pak, gimana ya?" Tanyaku gusar
"Minta tolong pak Made saja, kamu tunggu di mobil yah, nanti saya yang cari pak Made"
"Maaf pak, saya merepotkan bapak lagi, tasnya sudah rapi tinggal ambil saja warna hitam"
"Iyah Nami saya senang bisa membantu, memang lebih baik saya yang cari pak Made.
Kalau Saya yang punya acara juga pasti shocked kalau ada tuyul tiba-tiba muncul di acara saya" Kata dia sambil tertawa kembali
"Ck" Aku tersenyum geli
"Kita lewat memutar yah langsung ke parkiran"
Aku hanya bisa mengangguk, Kita pun berjalan bersisian menuju mobil Galang.
Ku hempaskan tubuhku dijok mobil Galang, tampak Galang pergi menjauh menuju ke villa. Aku mengunci pintu mobil dari dalam, entahlah perasaanku tiba-tiba tidak enak, takut Bumi menyusulku kembali.
Aku melirik jam di ponselku ternyata sudah pukul 20.55 menit.
Perutku tiba-tiba berbunyi, aku baru ingat belum sempat makan malam. Siang tadi pun hanya sempat mencomot satu potong bolu saat coffe break. "Gimana nih, berani nggak sih ngajak pak Galang singgah dimana gitu, laper banget!" Gumamku sendiri
Lamunanku buyar saat hapeku berbunyi, dari nada dering yang aku pasang sepertinya dari Beni, karena sedang malas ku pencet speaker "Iyah om" Aku menjawab sekenanya
"Kamu dimana? "
"Lagi ada acara di villa pak Dito di Tabanan"
"Kamu baik-baik saja kan? "
"Kami tahu darimana aku gak baik-baik? "
"Dah lama kan Bumi gak aktif main sosmed. Aku kan temenan sama dia dulu pakai akun anonim buat stalkingin dia waktu kalian masih pacaran, nah tadi tiba-tiba ada notifikasi dia update status untuk pertama kalinya setelah sekian tahun. Dia posting ada foto siluet mirip banget sama kamu dari belakang pake tulisan, "i will try harder" Gitu nam"
"Ck orang gila, aku susah payah move on, tiba-tiba dateng ngajak balikan, maksa pula ben! Benci banget aku" Aku meringis
"Bumi kok tahu kamu disana? "
"Nggak sengaja Ben, ternyata orang tua Bumi sama orang tuanya Pak Dito itu sahabatan gitu deh"
" Hah bisa gitu yah?!, abis liat statusnya tadi pas pulang kantor aku kepikiran, kamu naik apa ke tabanan?, perlu aku jemput?"
Sementara itu Galang sudah kembali dengan tas pakaianku dan menaruhnya di jok belakang, aku tersenyum sambil mengucapkan terimakasih dengan hanya gerakan bibir, dibalas dengan Galang menaikkan jempolnya ke arahku
"Tadi pagi dari rumah aku di jemput sopir kantor, pulang sama teman pak Dito" Jawabku melanjutkan pembicaraanku dengan Beni
"Yang katamu ganteng mirip won bin ituh!??" Kata Beni kencang
Aku gelagapan dan mematikan speaker hapeku, langsung menerima telepon Beni menghadap kaca mobil disampingku dengan perasaan malu.
"Tadi sih sempat kesel banget aku ben, tiba-tiba aja dia maksa meluk erat gitu sambil minta balikan, memang sih gak sampai dilihat orang, tapi kan gak pantes tahu Ben, kesel banget. Beneran deh pengin nonjok . Aku loh sampai nggak bisa gerak sama sekali. Aku bercerita untuk mengalihkan pembicaraan tentang won bin itu.
" Keterlaluan sih dia yah, terus kamu nangis? "
"Iyah nggak tahan aku"
"Eh Ben besok deh aku telepon yah, udah siap-siap mau pulang nih"
"Ok yang penting kamu gak papa aja"
"Iyah gak papa Ben"
"Hati-hati dijalan yah, awas diculik won bin" Katanya iseng"
"Hehe Iyah om Ben” Sambungan telepon Beni terputus.
Dengan muka sedikit khawatir pelan-pelan ku menoleh kesebelah.
Aku tersenyum salah tingkah, Galang ikut tersenyum manis
"Siapa? Sepertinya perhatian sekali" Tanyanya sambil menyalakan mesin mobil dan memulai perjalanan
"Teman dekat dari jaman kuliah pak"
"Terus.."
"Saya harus cerita nih pak? " Tanyaku sedikit merasa aneh
"Iyah cerita dong, hitung- hitung saya sudah direpotkan berkali-kali kan sama kamu " Galang berkata dengan nada sabar.
Aku langsung teringat tentang dompet yang tertinggal waktu itu, pembicaraan kita yang canggung dan hari ini.
"Mmm Iyah deh saya cerita" Aku pasrah harus curhat dengan orang yang tidak ada hubungannya denganku sama sekali ini.
"Jadi tadi Beni melihat status Bumi di sosmed yang isinya foto siluet saya, pakai caption "I will try harder" Gitu pak. Beni curiga saya ketemu Bumi hari ini, karena dia tahu saya pasti merasa terganggu kalau bertemu Bumi, Beni jadi was-was makanya langsung telepon" Aku menyerocos bercerita dan langsung menyesalinya
" Perhatian sekali temannya" Jawab dia lagi dengan nada yang menurutku aneh
“Dia teman paling baik pak, dia yang jadi tempat curhat saya Satu-satunya pak waktu awal-awal saya putus, benar-benar sakittt banget rasanya" Sahutku sambil mengutuki diri kenapa harus menceritakan semua ini ke pak Galang.
"Sekarang Kamu masih suka sama Bumi? "
"Sudah 4 tahun berlalu, yang tersisa hanya rasa sakitnya aja kok" Aku menjawab seadanya.
"Kenapa tidak pacaran sama teman dekatmu ini saja? " Tanya pak Galang lagi penasaran
" Beni? Hehehehehe dia sudah seperti saudara pak, lagian dia sudah punya tunangan. Pak Galang kayak tukang sensus yah" Lanjutku lagi sambil tertawa meringis berharap tanya jawab ini selesai sampai disini.
"Maaf Nami saya kayaknya kepo banget yah. Nggak nyaman yah?!" Kata Galang dengan muka bersalah.
"Nggak apa- apa pak, biar situasinya jelas saja, apalagi pak Galang memergoki saya dipeluk Bumi sambil nangis kan wajar kalau bapak ingin tahu" Jawabku sekenanya menjaga kesopanan.
"Saya sih sebenarnya lebih kepo sama Won bin, siapa wonbin? Dia menoleh kearahku beberapa detik yang tentu saja membuatku malu dan gelagapan.
Aku menutup mataku sambil tertawa cengengesan, " Itu aktor Korea pak"
"Ganteng yah katanya seperti yang teman kamu bilang? "
"Hahahahaha Iyah Won Bin memang ganteng pak" Aku terbahak
"Artinya saya juga dong" Galang bertanya dengan nada serius
"Iyah pak Galang juga ganteng"
"Kok ngomongnya kayak gak ikhlas gitu"
"Iyah pak, Pak Galang memang ganteng" Kataku serius
"Astaga orang ini yah, kenapa coba harus diantar pulang sama yang macam begini"
"Gitu dong "Dia tersenyum penuh kemenangan
Aku menghela nafas panjang
" Kamu seru banget ternyata anaknya yah, kenapa nggak pernah nyapain saya yang ganteng ini dikantor? " Tanya pak Galang dengan nada datar menggodaku
" Yee pak Galang yang biasanya diem juga kan?Saya kan nggak enak pak karena bapak temannya pak Dito juga"
" Besok- besok kalau ketemu di kantor biasa aja yahyah"
" Siap pak"
" Ck… Saya terganggu loh dipanggil pak, masih muda ganteng pula kan, masak manggilnya cupak? (Cupak adalah tokoh cerita tradisional di Bali, dengan karakter kasar, jahat dan tamak).
Aku shock. Mendengar lelucon lama ini
"Hehehe pak Galang jokesnya om-om banget hahaha" Aku tertawa geli
"Tuh pak lagi, panggil Galang aja atau ganteng atau wonbin juga nggak papa" Sahutnya lagi dengan nada iseng
"Kebiasaan sih, gini aja kalau di kantor saya manggil pak, sebagai formalitas kalau diluar saya panggil nama aja gimana? "
" Boleh kalau begitu, artinya kita bisa ketemu diluar juga, gitu kan maksudnya? " Tanya galang tiba-tiba.
"Hah? Gimana pak?? " Aku sendiri kaget mendengar omongan Galang barusan.
" Dingin banget, kok hujan, untungnya tadi acara berjalan lancar yah, untung saja baru turun hujan" Aku mengalihkan pembicaraan sambil memandangi air yang mengalir dikaca samping, " Saya boleh hidupin radio? “
" Boleh" Sahut galang sambil tersenyum geli.
Terdengar lagu Raisa dan Dipha Barus dengan judul My kind of crazy, akupun bersenandung
"Suka lagu ini?" Tanyanya kemudian
"Iyah suka, chill banget rasanya"
"Saya lebih suka lagu Metallica sih"
"Rock yah, saya tergantung mood belakangan sukanya yang chill begini.
"Suka rock juga? "
"Beberapa, makin kesini malah sukanya yang santai begini musiknya"
"Hmm menarik"
" Rumahmu dimana Nami sampai lupa nanya tadi? "
"Sanur, nanti saya kasih tahu belok mana"
" Ok, Sudah jam 22.30, cepet banget, karena hujan deras kita pelan-pelan saja yah?! "
"Iyah nggak apa apa pak eh Galang"
Dia menoleh dan tersenyum manis, aku pun tertegun " senyumnya ternyata manis banget. Kok aku baru sadar, iyah ini Won Bin Lokal .Liat deh bentuk bibirnya mirip banget, hanya saja rasanya Pak Galang lebih menarik. loh aku kenapa ini ???!! dan kenapa jantungku berdebar aneh begini… beneran deh kebawa suasana banget ini. Hujan -hujan, galau, malam, dingin… … butuh kehangatan. … eh diam kamu Nami" Aku bergumam sendiri
"Kenapa? Mikirin apa Nami? "
"Aku menggeleng sambil memalingkan wajahku ke samping kiri memperhatikan air hujan yang tak henti-hentinya turun.
" Hari ini aku anggap berhasil, Akhirnya aku bisa mengobrol panjang lebar begini dengan Nami, segini saja aku sudah bersyukur sekali. Kalau saja hal tadi tidak terjadi mungkin sampai sekarang kita masih seperti waktu bertemu di la Lezaaatt Pizza itu " bathin Galang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments