"Loh kita nggak jadi chinese food? "
"Nggak, aku mau ajak kamu ke tempat yang lebih baik "
" Aku cuman pake baju begini Galang"
" Yah nggak papa Nami"
Tiba di Campuhan kita berhenti di salah satu tepi jalan "yuk turun" kata Galang bersemangat.
"Ok"
Aku berjalan mendekat ke arah Galang yang menjulurkan tangannya agar aku meraihnya
Ku genggam tangan Galang lebih erat entahlah sepertinya sudah terbiasa, Galang tersenyum sambil tangan kirinya mengusap rambut bergelombangnya yang hitam dan tebal.
Jalanan tampak tidak terlalu ramai oleh turis yang berlalu lalang diseputaran daerah itu, mungkin karena Bulan ini memang bukan musim ramai. Lampu-lampu penerangan jalan sudah mulai tampak dihidupkan karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.47. Galang memilih restaurant yang sangat cantik, elegan, dan sentuhan vintagenya sangat terasa. Lampunya dibuat temaram, suara jangkrik dan kesunyian yang menenangkan. Kita diarahkan pramusaji kelantai atas dekat dek, meja untuk dua orang menghadap jalan Raya. Setiap meja dipasang lilin dari minyak yang temaram.
"Aku suka Galang, tempatnya cantik"
Galang tersenyum, entah kenapa aku merasa ingin sekali memeluknya tapi kutahan hanya memandangnya dan membalas senyumnya.
Aku duduk dengan santai memperhatikan ruas jalan yang tiba-tiba dibasahi oleh titik-titik hujan.
Galang menyodorkan daftar menu
Aku mengambilnya "Hujan Galang"
"Iyah hujan, aku senang kalau ternyata kamu suka juga tempat ini"
"Vintage sama suasananya itu bikin kita mikirin nostalgia yang indah yah, romantis"
"Gitu yah" Sahut Galang menopang dagunya dengan tangan kanan dan memandangku lekat.
"Kenapa? Kok ngeliatinnya begitu? Ada yang aneh? "
"Nggak, kamu mau pesan apa? "
" Hmm kamu suka apa Galang? "
"Aku steak aja yang ini, dia menunjukkan pesanannya"
"Aku nggak bisa makan daging banyak begitu hahaha bisa eneg aku"
"Aku mau ini aja" Kutunjukkan Galang pilihanku ,aku memilih ayam dengan isian keju dan daging asap yang digoreng tepung.
Setelah memesan aku meraih ponselku kembali
"Kok nggak ada kabar sih, masak belum pulang juga orang itu"
"Coba tanya aja mungkin kakakmu lupa"
"Iyah ini lagi nanya"
Aku mengetik pesan
Aku : Bli be mulih ye? " (Kak, udah pulang dia?
Putu : "Be tunian jam 5" (Sudah dari jam 5 )
Aku : "Kok sing ngorang (kok nggak bilang) kan aku bisa pulang barusan langsung 😩"
Putu : "Sengaja, biar kamu pacarannya bisa lamaan 🤣"
Aku : "Yeee siapa yang pacaran?"
Putu : "Kamu kan,hahahaha have fun yah"
Aku : "😪"
Putu : 🤣😘"
"Yeee ni orang nggak ngomong, dia dah pulang jam 5 tadi, tahu gitu kan aku bisa pulang aja langsung" Aku bersungut-sungut
"Iyah entar juga bisa pulang, kalau kamu pulang kita kan nggak jadi kesini"
"Iyah sih"
"Liat sini dong, ada Bli Galang mukanya nggak usah ditekuk gitu" Goda Galang
Aku menoleh dan tersenyum
"Kalau besok Bumi ke kantor kamu cuekin aja yah, bila perlu kalau dia macam-macam panggil security aja"
"Ganggu kehidupan banget sih" Aku mendengus kesal
"Tuh makanannya sudah datang, makan dulu yuk biar mood balik lagi"
Pramusaji meletakkan pesanan kami di meja, dan karena sudah lapar kami pun langsung menyantapnya dengan lahap.
Selesai makan aku melamun memandang suasana di hadapanku, udaranya mulai dingin cocok dengan alunan musik jazz yang mengalun lambat.
" Pengin dessert Nam? "
Aku menggeleng "kenyang"
"Aku sih lagi pengin yang manis-manis"
"Kan ada aku, masih kurang? " Godaku
"Cuman bisa dilihat aja sih " Galang menimpali godaannku dengan cepat
Seorang pramusaji mendekat membawa dua porsi lava cake icecream dan meletakkan dimeja kami, aku menatap mbak pramusaji dengan bingung.
"Maaf kak, ini ada complementary dari owner kami"
"Siapa ownernya mbak? "
"Sebentar yah kak saya info beliau sekarang"
"Baik mbak, terimakasih yah"
Perasaanku tiba-tiba tidak enak, aku memandang Galang dengan muka menerka-nerka siapa kira-kira owner Restaurant ini.
"Ownernya temanmu Galang? "
"Sepertinya bukan"
"Dheg! " "sepertinya aku tahu " aku berucap lirih
Beberapa saat lamanya, terdengar suara seorang laki-laki berbicara dengan pramusaji dengan suara keras, berat dan tegas yang tidak asing bagiku dari ujung tangga bawah.
"Diatas kan mereka yah made"
"Nggih pak mereka diatas"
Seketika aku menoleh ke arah tangga yang menghubungkan lantai bawah ke atas sini, dan langsung menutup mataku dengan tangan kananku.
"Kamu kenal Nam? Siapa? " Galang bertanya dengan nada khawatir
Ku memandang Galang dengan muka tidak percaya "mampus aku, boleh lompat dari sini nggak" Aku menunjuk arah keluar balkon
Galang terkekeh "siapa sih?! " Galang penasaran
"Selamat malam Ayu" Suara lelaki tadi terdengar berat dan lantang menyapa Nami, rupanya pemilik restauran itu sudah dekat dengan meja kami, serentak semua mata tamu restauran memandang ke arah laki-laki tersebut.
Termasuk Aku langsung menoleh dan berdiri disertai senyum lebar dan salah tingkah.
Seorang lelaki tegap dengan muka tegas yang maskulin, berkulit agak gelap, rambut hitam ikal panjang seleher yang disisir belah samping. Pakaian kesukaannya pun masih sama seperti ingatanku beberapa tahun lalu, kemeja putih dengan motif tenun benang katun terbaik dengan lengan tergulung, celana warna coklat muda selutut dan bersepatu model slip on shoes warna gelap.
Tanpa basa-basi laki-laki itu memelukku erat disertai kecupan di pipiku sebelah kanan dan kiri dan kemudian memandangku seksama seperti ingin melihat perubahan yang aku alami selama perjalanan hidup sekian tahun tidak bertemu dengannya.
"Kamu masih Ayu Namidia Purnama yang aku kenal 5 tahun lalu" Dia tersenyum dengan sorot mata ingin memakanku hidup-hidup
"Hi Gung de"
"Masih inget namaku ternyata hahahha" Gung de tertawa lebar "ini siapa? Pacar? Suami? " Katanya lagi sambil melihat ke arah Galang
"Oh ini temanku, kenalin Ini Galang"
Setelah dari tadi berdiri menyaksikan pemandangan tadi akhirnya Galang punya kesempatan berbicara "Saya Galang" Suara Galang terdengar mantap
"Saya Gung de"
"Restaurannya bagus, makanannya enak ini kedua kalinya saya kemari, tidak menyangka bertemu pemiliknya hari ini" Sebut Galang ramah
"Terimakasih, semoga menjadi pelanggan tetap disini yah, oh iyah silahkan duduk" Jawab Gung de juga ramah sambil mengambil kursi dari meja kosong disebelah meja mereka dan membalik kursinya kemudian duduk menghadap senderan kursi.
Aku dan Galang kembali duduk
"Suksma Gung, dessertnya, aku nggak nyangka loh kamu yang punya tempat ini"
"Nggak usah formal yuk, seperti dengan siapa saja, aku yakin kalau kamu tahu siapa pemilik tempat ini pasti kamu nggak mau kesini kan? "
Aku manyun dan merasa bersalah seketika
"Tempatnya Romantis, kenapa namanya "gerimis" Gung? " Galang bertanya seperti mengalihkan mood yang tidak enak tadi
"Dari suara tetesan hujan, romantis, sendu dan menenangkan, saya buat restauran ini seperti arti namanya, kesan romantis memang kuat, saat tamu makan di sini mereka harus bisa merasakan romantisme dan rasa nostalgia yang auranya saya bangun dari interior dan lampu temaramnya"
"Sebentar Galang maaf saya harus mengabaikan keberadaanmu sementara, saya mau berurusan sama anak bandel satu ini" Gung de menoleh kearahku yang tengah asik menikmati dessert.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments