"Oh ya sudah, semoga hari ini tidak hujan. Siapa yang saya info untuk menghubungi pawang hujan yah nam, kok saya lupa"!?
"Sudah dihubungi pak Jiwa katanya datang sekitar pukul 12.00 siang ini, kan acara mulai pukul 05.30 sore pak"
Pak Dito terlihat mengangguk tanda mengerti, akupun berlalu tanpa sepatahkatapun untuk Bumi
"Kamu kenal sama Nami? " Selidik Dito ke Bumi
"Iyah Dit, gak hanya kenal biasa, aku pernah dekat dulu waktu kuliah"
"Pacaran? Trus kenapa putus? kayaknya Nami cewek yang baik? "
" Akunya bodoh dit, aku selingkuh dan terus terang aku menyesal, kalau saja aku tetap setia mungkin kami masih bisa bersama sampai saat ini" Bumi menerawang.
"Trus tunanganmu Donna bagaimana?"
"Entahlah dit aku jadi bingung, sekian lama aku mencoba mencarinya untuk minta maaf dan satu kesempatan lagi tapi tidak pernah bisa. Tidak sengaja bertemu hari ini, membuat aku senang sekaligus bimbang Dito"
"Pikirin dulu deh, kasihan Donna Bumi" Dito menepuk pundak Bumi dan berlalu dari hadapan Bumi
Terlihat Bumi memandangi lembah cantik jauh disana dengan perasaan galau.
Siang menjelang sore hari ini terasa sangat lambat, dimanapun aku berada, Bumi pasti tiba-tiba muncul sebentar di hadapanku sambil tersenyum. Mulai dari mengelus rambutku saat tidak ada orang yang memperhatikan, mencurigenggam tanganku dibawah meja sampai memandangku tak lepas- lepas dari kejauhan.
Hal ini membuat aku sangat kesal.
Akun sangat ingin berteriak "stop" disetiap kelakuan konyolnya itu tapi tidak bisa kulakukan karena akan mengundang pertanyaan-pertanyaan dan gosip yang pastinya tidak kunjung padam sampai kapanpun. Aku tetap berusaha menjauh, tidak memperdulikan tatapannya dan selalu mendelik serta berbisik ketus tiap kali dia mendekat. Staff kantor lainnya datang satu persatu ikut membantu persiapan acaranya hingga akhirnya persiapan telah matang.
Sekitar pukul 16.00 aku memutuskan untuk naik ke lantai dua untuk mandi dan mengganti pakaianku karena acara akan dimulai sekitar pukul 17.30.
Aku membuka tas besarku untuk mengambil pakaian, aku terperanjat melihat dua tangkai mawar merah berada dalam tasku dengan note: "Hi! ❤" Entah kapan orang lain masuk ke dalam kamar ini dan bagaimana dia tahu yang mana tasku, "orang ini benar-benar menyebalkan" Pikirku, aku tiba-tiba merasa bergidik bagaimana kalau ternyata dia ada didalam kamar ini, dan mulai menyusuri setiap celah kamar dengan sikap waspada. Baru kusadari ternyata aku sendirian tanpa ada staff lain di kamar ini.
Pantas saja dia tahu yang mana tasku. Entahlah kemana yang lainnya kemungkinan dikamar sebelah. Kukunci pintu tersebut setelah yakin tidak ada orang lain didalamnya.
Dengan bergegas aku mempersiapkan diri karena merasa tidak enak hati kalau- kalau ternyata aku terlambat ke tempat acara. Setelah mandi kukenakan dress sweater putih selutut sesuai drescode acara dengan potongan Vneck lengan panjang, kupulas riasan tipis dengan pilihan lipstik berwarna merah coral sesuai dengan moodku sore itu, dan kuikat rambutku tegas model kuncir kuda tidak lupa mengenakan angkle strap heels coklat tua kesayanganku. Aku memperhatikan diriku dicermin untuk terakhir kalinya sebelum turun, tas kecil model clutch berwarna coklat tua digenggamanku tampak sesuai dengan pakaianku. Setelah semua terasa lengkap, aku menuruni tangga dengan langkah santai dan tegas, tiba-tiba terdengar siulan yang mengejutkanku dari arah bawah, langkahkupun terasa lebih berat.
"You look pretty even prettier tonight with those outfit baby" Seru Bumi yang sepertinya sudah sedari tadi menunggunya dibawah tangga masih dengan gaya khasnya dengan kedua tangan masuk kedalam saku celananya. Sepertinya dia juga sudah siap untuk menghadiri acara malam ini terlihat dari pakaian yang dia kenakan, jujur saja dia terlihat sangat menawan.
Aku hanya memandangnya dan mendengus kesal dan kemudian berlalu begitu saja dihadapannya, dengan sedikit langkah panjang Bumi sudah menyusulku berjalan disebelahku dan mengamit lenganku dengan cepat tanpa bisa aku cegah.
Inginku melepaskan tangannya dengan kasar tapi urung kulakukan karena ternyata Orang Tua pak Dito sudah datang dan mereka melihat kami dari kejauhan dan langsung memanggil Bumi yang seperti kuketahui dia anak teman baik mereka. Bumi mengarahkan aku ikut menemui Bapak Sukanta dan Ibu Dian, orang tua Dito "Bumi, jangan becanda kamu yah, itu orang tua Pak Dito aku harus bilang apa? kamu menggandeng tanganku seperti ini" Bisikku pelan sambil ikut melangkah mendekat kearah mereka.
"Kamu tenang aja, ada aku disini
kita kan lagi pacaran sekarang" Jawab Bumi tenang
"Jangan gila kamu Bumi, lepasin aku, bilang saja aku tiba-tiba pengin kencing ke toilet, kalau kamu tidak lepas tanganmu aku cubit keras pinggangmu" Bisikku dengan nada cemas tapi masih dengan muka penuh senyum.
"Cubit aja, aku kangen cubitanmu, aku kangen semua tentang kamu" Jawab Bumi lagi dengan berbisik sambil tersenyum senang dengan mata menatap ke arah depan
Kucubit keras beberapa kalipun sepanjang jalan itu dia terlihat tetap tenang dan tampak biasa saja, aku semakin merasa kesal
"Happy Wedding Anniversary yah Om dan Tante" Bumi menyalami dan memeluk kedua orang Tua Dito
"Happy Wedding Anniversari Pak Sukanta dan Ibu Dian" Sahutku pada akhirnya sambil menyalami mereka berdua dengan sisa kekuatan yang ada, sementara mereka memandangku dengan pandangan -ini siapa? Seperti pernah-bertemu-tapi dimana?, tanpa menunggu pertanyaan mereka aku langsung menyahut- "saya Nami dari bagian Sales kantor Pak Dito, pak, bu "
"Oh iyah kamu yang duduknya dekat jendela ruangan Dito ya? Tanya pak Sukanta
" Iyah pak benar, saya yang bertanggungjawab mengawasi pemasangan dekorasi acara hari ini, semoga bapak dan Ibu suka" Sahut saya lagi dengan senyum tulus
"Ini bagus banget, terimakasih Nami" Sahut Ibu Dian dengan sumringah.
"Iyah kami berdua suka, Team work Dito saya rasa makin kesini makin bagus rupanya" Timpal pak Sukanta lagi
Aku tersenyum mendengar pujian mereka "Mudah-mudahan team kami tetap solid pak, senang rasanya mendengar Bapak dan Ibu menyukai dekorasi pilihan kami, saya berharap acara malam ini berjalan dengan lancar. Kalau begitu saya kebelakang dahulu pak, bu, saya mau kembali memeriksa kembali kalau- kalau ada yang kurang " Ujarku lagi
"Eh sebentar kalian saling kenal? "
"Iyah om.... " Bumi tiba- tiba menjawab
"Iyah Pak kami teman kuliah" Jawabku singkat
Menyambar ucapan Bumi yang terlihat tersenyum geli melihatku.
"Kalau begitu saya tinggal dahulu Pak" Jawab saya lagi terburu-buru takut ada pertanyaan susulan yang lebih gawat. Pak Sukanta dan Ibu Dian mengangguk tersenyum tanda mengerti
Aku bergegas ke arah belakang menuju ke tempat staff kantor yang lain
Akhirnya Aku bisa bernafas dengan lega
Mc tampak sudah siap ditempatnya, Tamu- tamu mulai berdatangan, kumelihat pak Dito mengamit Istrinya mendekat ke arah Orang tuanya.
Tampak pula orang tua Bumi sedang asyik mengobrol dengan tamu yang lain.
"Untung saja orang tua Bumi baru saja tiba, kalau saja mereka datang pada saat Bumi bertingkah tadi sudah pasti aku akan sangat-sangat merasa tidak nyaman " aku membathin.
Bu Ida menarik tanganku agar duduk bersamanya di meja yang disediakan khusus untuk staff kantor. " Sini yuk duduk bareng aku, kamu dapat kamar ganti dimana Nami? Kok aku gak lihat kamu tadi? Apa kita gak sekamar yah? "
"Saya gak ngerti juga bu, tadi siang saya dipersilahkan masuk kekamar dilantai dua sana, tadi waktu saya ganti baju kok yah saya sendiri, aneh"
"Mungkin Pak Made salah informasi"
"Mungkin saja, Anaknya sudah baikan bu,? Saya sampai lupa nanya saking sibuknya hari ini"
"Iyah sudah makasi yah sudah gantiin saya sampe sore tadi"
"Gak papa bu nanti pulangnya lebih awal saja kan acaranya juga sudah berjalan lancar sejauh ini"
Iyah bentar lagi sekitar jam 7 saya mau pulang saja sudah info ke Pak Dito, maunya gak datang tapi saya tidak enak, kebetulan juga saya lagi di kampung suami dekat rumah sini sejak kemarin karena ada persembahyangan"
"Oh asli disini yah Bu suaminya? "
"Iyah mana bisa datang kalau nggak tinggalnya dekat sini, apalagi anak sakit"
"Kebetulan yah bu acaranya dekat"
"Iyah, eh itu Namanya pak Bumi kan? Yang punya Katering.Dia kayaknya suka deh sama kamu Nami, kelihatan sekali itu" Terdengar nada Bu Ida tidak senang
"Ganggu banget bu,"
"Entahlah saya memang kurang suka kalau laki-laki yang ganggu begitu walaupun ganteng yah nam"
Saya tersenyum mendengar perkataan bu Ida
"Eh tapi maaf kok saya ngomongin orang yang saya gak kenal, kalau Nami suka yah gak papa cocok, ganteng" Katanya lagi sambil tertawa terkekeh
" Aduh apa sih bu, biasa aja deh" Jawabku sambil memutar mata dan helaan nafas
Ibu Ida terkekeh melihat aku menghela nafas seperti itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments