NovelToon NovelToon

Dikejar Cinta Tyson

Hujan sore ini

Hari ini sungguh melelahkan. Pekerjaanku sebagai wedding sales manager assistant benar-benar menyita waktuku belakangan. Beruntung Hari ini aku bisa pulang lebih awal dari biasanya. Ku menyusuri jalan sambil memegang erat payung hitam kecil yang terlihat berkilat karena basah oleh air hujan. Padahal tadi pagi cuaca tampak cerah tanpa mendung sedikitpun.

Jalan yang kulalui terlihat basah dan becek,nampaknya hujan  enggan berhenti sore ini. Beruntungnya letak halte bus dari kantor tempatku bekerja tidak terlalu jauh. Jadi aku bisa sedikit berjalan agak santai sebelum bus tiba sesuai jadwalnya. 

Sudah dua hari ini motor kesayanganku tiba-tiba tidak mau menyala dan harus menginap di bengkel pak Timo. Kata pak Timo hari ini kemungkinan motor sudah bisa aku ambil. Beliau sudah sepuh tapi masih cekatan dalam bekerja dan hasilnya pun memuaskan. Itu kenapa banyak yang mengandalkan jasa pak Timo untuk sekedar ganti oli, service ataupun perbaikan lainnya. Biasanya perbaikan apapun bisa dilakukan dengan cepat, hanya saja kemarin pak Timo kewalahan menerima perbaikan di bengkelnya karena anak pertamanya yang biasanya ikut bekerja di bengkel sedang sakit. Jadi aku cukup paham keadaan beliau. 

Seperti kemarin begitu sampai halte tempatku turun aku akan menelpon *bapa (bapak) untuk menjemputku. Karena dari halte nanti sampai rumah lumayan jauh. 

"Hujan yang rintik-rintik nanggung begini biasanya berhentinya lama" gumamku sendiri sambil melongokkan kepalaku ke arah langit yang tampak kelam.

Sesampaiku di halte nampak satu dua orang terlihat bosan menunggu datangnya bus, iyah bus yang lewat halte ini biasanya datang terlambat, ditambah hujan yang seperti ini agaknya aku harus Lebih bersabar lagi menunggu. Setelah merapatkan kembali payungku, aku letakkan payung basah yang kugunakan tadi di sebelahku dengan posisi terbalik, terlihat air mengalir cepat dari ujung payung tersebut.

Aku duduk menghadap jalanan yang tampak lenggang. Kuperhatikan sepasang kekasih berdiri di ujung bangku halte, tampak mereka asyik mengobrol sambil tergelak- gelak entah apa yang mereka bicarakan sepertinya seru.

Yang perempuan terlihat sungguh bahagia, tidak ada beban yang terlihat di raut wajahnya.

"Ah iya kapan yah terakhir kali aku mengobrol lama dan jalan dengan lawan jenis selain Beni dan kakakku yah? " Aku merenung dalam hati. "Sudah lama yah sekitar 4 tahun, fiuh lama juga, ngapain aja aku selama sekian tahun ini? Iyah aku menikmati kesendirianku ini, tapi setelah melihat dua sejoli tadi kok tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang kurang di hidupku"

"Kalau kata Dewi yang sudah jadi temanku sedari kecil, usia 25 tahun itu usia rawan, antara bakalan jomblo seumur hidup atau langsung ketemu jodoh. Ah masak segitu seramnya usia 25 tahun?! Kata dia lagi usia segitu lingkaran pertemanan semakin sempit, kita sibuk dengan rutinitas pekerjaan dan jarang bersosialisasi seperti jaman waktu masih sekolah dan kuliah dulu. Otomatis pergaulan berkurang dan artinya ketemu jodohnya pun bakalan lebih susah. Ditambah dengan aku yang tidak pernah update sosial media lagi sejak hmm mungkin 3 tahun lalu karena selain sibuk juga mulai malas dengan hal-hal seperti itu” lamunanku pun semakin jauh

“Iyah sih pulang kantor lebih sering langsung pulang seperti hari ini. Kalau pun langsung pergi biasanya berbelanja bulanan pribadi sendiri atau jalan sebentar sama Beni dan Dewi, itupun sudah jarang sejak bekerja"

"Kok aku jadi mikir yang aneh- aneh begini sih" Aku menghela nafas dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal. 

Aku meraih hapeku dan dengan ragu menekan nomor yang lama tidak kuhubungi, terdengar suara berat setengah berbisik dengan nada khawatir diujung sana.

"Nam kamu kemana aja sih!? “ terdengar suara khas Beni yang halus. 

"Bennnnn..... " aku memanggilnya dengan lirih

"Tuh pasti lagi galau yah, ck! aku lagi meeting. Nanti deh aku telepon kamu lagi yah maaf yah nam" jawab beni masih berbisik 

" Ok, iyah gak papa kok Ben” aku dengan cepat menjawab

“Tut….tut.. “ Sambungan telepon pun terputus. 

Ajaibnya dia selalu tahu aku dalam keadaan apapun" pikirku lagi sambil tersenyum.

Beni itu teman terbaik yang pernah aku miliki setelah Dewi, Aku masih teringat saat aku masih SMA kelas 3  perkenalanku dengannya tanpa sengaja dari komentar bersahut-sahutan kami di salah satu akun berita yang muncul pada timeline fanpage di facebook. Lalu kami saling berteman di dunia maya. Aku selalu terbahak dengan komentar dia yang ajaib dan tidak biasa, kemudian pada akhirnya kami pun berteman sampai di dunia nyata. Ternyata kita mendaftar di universitas yang sama hanya saja berbeda jurusan. Kami sering bertemu di kampus, janjian jalan bareng, sekedar melepas penat sepulang kuliah sambil membahas hal-hal absurd. Pembicaraan jadi begitu menyenangkan dengannya tapi entah kenapa kami tidak menjadi pasangan kekasih.

Padahal si Beni ini ganteng, mungkin sama sepertiku dia juga merasa hubungan pertemanan ini lebih dari segalanya, kami nyaman seperti ini dan tidak rela untuk mengubahnya sama sekali.

Lamunanku buyar, Bus yang aku tunggu akhirnya datang, aku bergegas naik, tiba- tiba Ada yang menepuk lenganku pelan, 

"maaf mbak payungnya ketinggalan" seorang lelaki tinggi bertopi hitam, berkaca mata hitam dan menggunakan masker menyodorkan payungku yang nyaris tertinggal di halte, gak aneh sih memang saat sekarang memakai masker dijalanan seperti ini karena tingginya polusi dan jalan yang berdebu. Laki- laki tersebut menyerahkan payungku dengan cepat ,Aku pun tersenyum sambil mengambil payungku dengan segera dan berujar 

"terimakasih yah, hampir saja"

Lelaki itu mengangguk dan ikut naik ke dalam bus bersamaku. Ia terlihat mencari tempat duduk yang dianggapnya paling nyaman.

Kebetulan penumpang bus tidak terlalu ramai, aku mencari tempat duduk di pojok dekat Jendela seperti biasa. Tas hitam yang biasa kubawa bekerja kuletakkan di pangkuan.

Mataku tertuju pada tulisan "Be Happy!"  yang tertempel di depannya, seingatku tas ini sedari tadi tak pernah lepas dari bahuku, dilengkapi dengan smiley :) aku pun tersenyum.

“Kebetulan yang aneh" gumamku sambil melempar pandangan sekeliling, terlihat orang- orang terdiam di tempatnya masing- masing dengan tenang seperti biasa. Aku membayangkan orang yang menempelkan notes ini pasti sedang galau iyah sama seperti aku dengan kegundahanku saat ini. Bisa jadi notes ini tidak sengaja terbawa oleh tasku saat berpapasan. Aku pun tersenyum dan mulai duduk tenang melihat ke arah jalan dari jendela bus yang mulai tampak basah dialiri bulir- bulir air hujan yang turun kian deras.

Ah Iyah aku jadi teringat beberapa kiriman barang entah dari siapa beberapa kali belakangan. "Apa ini juga termasuk yah? aku kayak punya secret admirer ahh mudah-mudahan bukan stalker " aku bergumam lagi

Bus bergerak pelan membelah hujan dan kemacetan sore itu dan sukses membawa

pikiranku melayang jauh ke masa lalu. Aku tiba-tiba saja teringat Bumi. Iyah aku sadari bahkan sampai detik inipun ia masih menghuni di sudut-sudut ingatan dan kegundahanku. 

Teringat jelas peristiwa empat tahun yang lalu saat aku masih kuliah. 

Tiba- tiba Bumi yang saat itu kuanggap sudah menjadi mantanku datang mencariku dengan air muka yang kesal, dia menarik tanganku ke tempat yang agak sepi 

"aku mau bicara!!!" katanya dengan nada ketus

Sambil mencoba menarik kembali tanganku aku pun berteriak “apa sih Bumi!! narik tangan aku kayak gini, sakit tahu!!” 

Tanganku pun akhirnya terlepas dari cengkramannya dan aku menjaga jarak. 

“kamu gak bisa seenaknya putus dari aku nam!” katanya lagi dengan sedikit berteriak 

“Seenaknya?! Bukannya kamu seenaknya yang mencoba mendekati teman- temanku satu persatu?” geramku lagi

“Itu gak yang seperti kamu kira nam, mereka hanya teman biasa buat aku”

“Oh yah, teman biasa apa yang jalan menonton berduaan di malam minggu, iyah si Ita cerita ke aku, karena dia pikir kita lagi break, terus siapa lagi yang kamu pepet, Mia? Mia nanya ke aku hubungan kita sebatas apa, terus siapa lagi, Dian? Dan si seksi Tiara, siapa lagi?? aku bahkan tidak ingat nama mereka semua, dan kamu pikir aku selugu itu masih percaya semua yang kamu bilang?” kataku dengan emosi yang meletup- letup. 

Bumi terdiam sejenak dan menarik nafas panjang sebelum berkata

"Tapi itu hanya iseng Nam, cuma kamu satu-satunya, please jangan tinggalin aku. Aku nggak bisa Nam kamu giniin" Muka Bumi memelas 

"Sia-sia 3 tahun ini. Awalnya aku pikir aku menemukan seseorang yang begitu luar biasa. Kemana orang yang aku banggakan selama ini? Kalau saja aku tidak memergoki kamu sedang duduk bermesraan dengan Juni di Taman waktu itu", …….*aku menggigit bibir bawahku untuk meredam air mataku yang mulai berdesak-desakan di pelupuk mataku… "mungkin aku tetap dengan kenaif-anku mempercayai semua alasan-alasanmu selama ini. Ternyata cerita-cerita yang aku dengar selama ini benar" Suaraku mulai bergetar, dadaku kembali sesak, kutahan air mataku yang sudah menyerbu ingin berhamburan keluar. Aku harus kuat. 

"Aku bersalah Nam, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal. Seminggu kita tak bertemu dan berkomunikasi, aku merasa benar-benar kehilangan"

"Kehilangan? Huh…" aku tertawa miris, aku memegang kepalaku yang terasa mulai panas. 

"Kamu anggap apa aku selama ini??? Rumah singgah? Rumah nyaman setelah petualangan?? Karena kamu tahu kan aku selalu ada untuk kamu ?!!! "

Bumi menunduk dan terdiam mendengar perkataanku. 

"Sudahlah Bumi, hubungan ini sudah berakhir" Lanjutku lagi sambil mengangkat kedua tanganku pertanda menyerah. 

"Aku akui Nam, kamu tempat ternyaman buat aku. Seberapa jauh pun aku pergi aku selalu balik ke kamu Nam, …  mungkin aku yang belum siap dengan hubungan seperti yang kamu mau, maaf sekali lagi. Tapi, Aku nggak bisa ngelepasin kamu begitu saja"

"Terus maumu apa?? , sudahlah Aku lelah, aku mau pulang" Aku memandangnya tajam dan berlalu dari hadapannya. 

"Nami, kamu tetap millikku, sekarang ataupun nanti. Aku tahu perasaanmu tidak akan berubah selamanya. Hanya aku yang bisa mengerti banyak hal dalam hidupmu, kita lihat saja nanti"!!!  Aku mendengar Bumi berteriak kearahku yang tergesa- gesa pergi dari tempat itu. 

Itu hari terakhir aku bertemu dengannya. Setelah itu aku selalu menghindarinya. Teleponnya tidak pernah aku jawab, sampai nomor hape ku ganti waktu itu. Sampai aku dengar bahwa dia sudah menjalin hubungan dengan Mia teman satu jurusan denganku. Iyah aku akui aku masih sayang Bumi, bahkan setelah sekian tahun kita berpisah aku masih belum sepenuhnya bisa melupakan 3 tahun terindah dalam hidupku. Air Mataku pun kembali tergenang. 

Dia cinta pertamaku, perlakuannya sangat romantis. Aku belum pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Aku pernah mengalami pengalaman cinta monyet sebelumnya tapi tidak sedalam itu. 

Malam bersama Om Beni

Aku menghela nafas panjang, kutadahkan wajahku ke atas berharap air mataku kembali masuk ke posisinya masing-masing. 

“Brrrrttt…” hapeku bergetar tanda ada pesan masuk di aplikasi whatsapp (WA)

 

Beni: “klee (umpatan kekesalan dalam bahasa Bali)...kerjaanku banyak banget 😵”   “Akhir bulan nam… km apa kabar?”  “ Kemana aja?” ada drama kehidupan apa? Hahaha 

Nami: “Sama sibuk, tadi tumben bu bos ngasih pulang duluan, tiba- tiba aja kok aku ngerasa sedih yah Ben, inget dia lagi" 

Beni: “ yeee gak penting banget… ketemu yuk jalan kemana gitu, dah lama juga aku nggak ketemu kamu”

Nami: “ntr malem? Jam 7 yah jemput “

Beni: “nah (Iya) bu bos”

Nami:” sip”

Sore pukul 6:54 menit terlihat dari kejauhan Mobil jenis city car berwarna putih mendekat perlahan…setelah berputar arah dan sampai didepan rumah, Beni membuka kaca mobilnya sambil menyembulkan mukanya…

“Mari nyah silakan masuk” tawarnya geli sambil terkekeh

Aku yang sedari tadi sudah bersiap tentu saja langsung melompat masuk ke dalam mobil Beni 

“Duh lama banget sih Pak, saya sampai keluar akar nungguin, keburu berbuah Aku Ben" kelakarku lagi

“Belum juga jam 07:00 lagian siapa suruh nunggu diluar, kan mau pamit sama ibumu” jawab Beni Santai sambil mematikan mesin mobil

“Ibu lagi gak ada Ben, ada acara resepsi nikahan tetangga” sahutku

“Ok, kemana nih kita? “ Tanya beni 

"Kamu bisa sampe jam berapa? " Sahutku

"Bisa sampe subuh " Beni menjawab yakin dengan menaikkan kedua alisnya. 

" Serius? Drama apalagi sama Sinta nih? "

"Entar aku cerita, kita kemana dulu ini" 

"Kita muter- muter aja kali yah?" Tanyaku lagi setelah bingung menentukan tujuan. 

Beni yang sudah bersiap di depan setir mobil pun menoleh ke arahku dengan muka datar "ya sudah kalau begitu, tapi kamu sudah makan kan Nam?!" 

"Sudah dong, kalau belum pasti aku ngajak kamu makan dulu, eh kita ke daerah ubud dulu yuk! Ini kan baru jam 7 yah? Abis itu baru deh ke kuta, ngukur jalan aja yak. Lagi males nongkrong!" Ceroscosku dengan semangat.

Beni  tampak berfikir sembari bibirnya sedikit mengerucut, "OK, kalau gitu sekarang kita ke Ubud dulu, nanti kita ke kutanya lewat sanur terus toll hmmm okay... Yuk!" 

Jawabnya singkat sambil menyalakan mesin mobilnya. 

Aku memasang sabuk pengaman, seperti biasa aku lebih suka duduk dengan kaki setengah bersila, kaki kanan dilipat ke atas seperti bersila tapi kaki kiri menjuntai dan badanku bersandar bebas di sandaran jok. Dengan posisi ini aku bisa santai dalam perjalanan. Beni menoleh ke arahku sedetik dan berujar 

"Kebiasaan yah, perempuan baik-baik itu....." 

"Duduknya harus dijaga hahaha”! Aku menyambar omongannya cepat sambil tertawa lepas 

Beni tersenyum dan akhirnya tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya

"Diem ah Ben, bosen tauk dengernya, nggak dichat, ditelpon  apalah apalah wanita apalah... " Sungutku, 

Beni pun ngakak "kamu hebat yah, cuek- cuek begini kenapa itu banyak laki- laki yang suka sih?!, 

"Gak tau ah, aku juga heran. Penasaran aja kali yah??" 

Beni menghela nafas" Penasaran? tahu darimana??!. Nggak semua laki- laki begitu loh, liat aku! Liat kakakmu! " 

Aku mengangkat bahuku pertanda kurang tahu juga "entahlah".

Tanganku menjangkau ke arah radio "dengerin lagu yuk!" 

Terdengar satu lagu dari Sheila on 7 mengalun, kutarik tanganku kembali dan meletakkannya di pangkuan. 

"Mmm...Mungkin juga aku yang belum siap punya pacar lagi Ben, setelah yah tahu kan kamu... bukannya belum move on tapi …. memang belum move on sih " Aku menyeringai ke arah Beni 

Beni hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng 

" Beneran belum bisa aja, masak semua laki- laki yang tiba- tiba mendekat aku pacarin…" 

 "Eh iya kamu apa kabar sama sinta?!" Lanjutku kemudian, karena tiba-tiba ingat Beni punya pacar yang cantik itu. 

"Dia minta break Nam, dia minta kejelasan arah hubungan, mungkin karena memang kelamaan pacaran yah aku juga gak ngerti" 

"Trus kenapa nggak nikah aja Ben?" Tanyaku lagi cepat

"Kalau mau nikah aku ngerasa kok belum siap yah?!” wajah Beni terlihat murung 

 "Sebenarnya siapa sih yang siap sama perubahan Ben? tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk sesuatu yang baru, kapan terjadi yah terjadi, udah kejadian aja pokoknya" 

Beni menoleh kearah ku dengan air muka takjub

"Wow!!! Wahhh ini Nami teguh yah? Hahaha beberapa lama nggak ketemu dua bulan apa yah kok jadi bijaksana begini sih bu?? " Beni tergelak 

"ih bener gitu kan?, banyak hal yang kita lakukan untuk pertama kalinya tanpa rencana awal yang tepat. Tiba- tiba saja kamu sudah punya pacar, kerja pertama kali, membuat email pertama kali yah banyak hal "

Beni manggut -manggut dan menghela nafas panjang. 

"Iyah sih, aku ada rencana tapi takut aku kan belum mapan "  Sahut Beni dengan suara yang terdengar ragu

"Terus mapannya kapan?  Takutnya setelah mapan, ada yang nikung hahahaha kapok" Candaku

"Jangan dong, aku kan masih cinta sama Sinta Nam" Beni terlihat sedih. 

"Sinta mungkin merasa sudah siap Ben, orang tuanya pasti bertanya-tanya. Kan hubungan kalian udah kayak cicilan KPR lamaaaa banget. Berapa tahun? Enam…Tujuh?? Lagian kan umurmu kan sudah cocok lah yah 26 tahun"  Aku berkata sambil teringat usia Beni yang beda 1 tahun dari usiaku. 

Iyah kita beda usia 1 tahun, kata Beni dia telat masuk sekolah dasar karena waktu kecil, Ayahnya Beni tentara jadi waktu pindah tugas dia TK di daerahdaerah, balik ke Denpasar

mau masuk SD ternyata belum bisa baca tulis. Akhirnya orang tuanya memutuskan untuk mengulang kembali TK setahun. 

" hahahaha , Iyah bener belakangan kita memang berdebat masalah ini aja loh" 

"Sebagai seorang perempuan yang sudah tahu luar dalamnya kamu, jelas dia ngerasa risau, Sampai duluan nanya kapan mas… Kapan?! . Gimana sih Ben kacau nih kalian sudah berbagai macam gaya kok yah beneran belum nikah-nikah juga" 

Aku  tergelak menggoda Beni yang langsung sedikit menarik ujung rambutku yang tergerai bebas karena kesal 

"Ahh! Sakit Ben, mahkota berhargaku, aku ternoda ben" Aku mengelus rambutku yang sakit ditarik Beni sambil meringis. 

"Hahaha apa sih, gak usah dibahas gayanya juga yah Nam!!" Beni berkata sedikit berteriak karena gemas

"Lah gaya pacaran Ben, kamu pikir apa?! Aku mengelak, "tapi kalau melihat mukamu jadi merah begini aku jadi pengin tahu apa yang terjadi. enak apa nggak sih!? "

" Gak usah bahas aku yah!, hari ini kita keluar kan mau bahas kamu. Gawat loh kamu sampe sekarang belum punya pacar lagi " Beni mengalihkan pembicaraan

Aku memutar bola mataku dan menghela nafas panjang. 

"eh kita udah nyampe mana nih, kok malam minggu sepi yah jalanan" aku mencoba mengalihkan pembicaraan sambil melihat sekeliling dan menurunkan kaca mobil.

"Tuhkan pasti nggak mau bahas!? Sahut Beni lagi

" Ck Pacaran?" Aku menyahut datar lalu terdiam menoleh ke arah jalanan yang sepi, tiba- tiba saja waktu rasanya berjalan pelan, aku bisa mendengar jelas lagu untitlednya maliq and the essential yang mengalun pelan dari Radio. Hembusan angin malam yang mulai dingin menerpa wajahku. 

"Hei! Tuh kamu diem lagi Nam?!"  Tanya Beni pelan

"Eh iya Masih inget Ricky temenku gak, yang waktu kuliah selalu ngajakin kamu nonton,jalan-jalan, dan selalu gagal" Tanya beni lagi memecah keheningan

Aku menoleh kearah Beni sambil mencoba mengingat nama Ricky.

" Ricky… Ricky yang itu Oh iyah… apa kabar dia?" Hmmm Ricky yang pamer bapaknya punya hotel, terus ngajakin aku sesekali nginep dihotelnya kan? Kata dia biar bisa pas bangun tidur lihat pemandangan Pantai, terus lanjut breakfast in bed, bener kan?? hahahaha" lanjutku mulai tergelak

Beni tersenyum geli

"Aku ketemu dia semalam di depan kantor klien, masih nanyain kamu loh. Kamu kasih apa sih orangnya bisa sampai begitu, padahal sudah menikah, istrinya cantik banget Sosialita" ujar Beni 

"Kasih jampi-jampi!!!" Itu loh jampi yang makan rumput" sekenaku lagi

"To sampi* nam! (Plesetan "itu sapi nam*) duh! Mulai deh" jawabnya sambil geleng2 sambil tertawa keras

"Lagian kalau Ricky ketemu aku sekarang pasti dia kayak ngeliat badut, bisa jadi bengong ternyata gak secantik halusinasinya jaman kuliah. Dia bukan tipeku juga Ben, gak ada debar- debar perasaan gitu sama dia, biasa aja. Padahal apa sih yang kurang dari Ricky yah?", timpalku lagi

"Terus tipemu kayak si mantanmu yg akhirnya selingkuh itu nam? Oops! Sorry" ujar beni sambil menutup mulutnya dengan tangan kiri Dan melirik Nami dengan mata khawatir. 

"Cing! (Disingkat dari Cicing yang artinya anjing) hahaha” aku pun tertawa geli 

"kalau km yg ngomong sih aku gak tersinggung yah Ben. Anyway awal aku ketemu dia, kamu masih ingat kan waktu kita lagi ngobrol di depan kampus? dia tiba-tiba ngajakin kenalan, terus semuanya berjalan apa adanya. Terus aku jadian sampai akhirnya aku sadar dia ternyata womanizer "  Aku menyandarkan punggungku pada jok mobil dengan malas. 

"Iyah lagi sibuk ngobrolin apa gitu kita yah, dia nyela aja minta kenalan. Terus terang aku kesel banget waktu itu. Sebelum kenalan sama kamu kan dia sering merhatiin kamu Nam, tapi aku diem. Dia tahu Kita teman baik tapi dia cuekin aku, sampai akhirnya kalian jadian. Dia paling nggak suka kalau aku ngobrol atau chat sama kamu kan!? "  beni terlihat kesal

"Iyah Ben bener, aku jadi gak enak sama kamu. Tapi perhatiannya itu loh dia sweet banget Ben. 

Kayak tiap pagi kirim pesan "pagi cantik, pagi ini hujan hati-hati dijalan yah Sayang" gitu- gitu. Belum lagi tiba-tiba pas bubaran kuliah dia nongol di depan pintu bawain minuman dingin. Atau pas lagi Laper buka tas ada sandwich di masukin diem-diem. Ahhh waktu itu aku pikir aku spesial buat dia Ben. Dia tahu cara memperlakukan wanita, yang ternyata bukan aku saja yang diperlakukan begitu" ceritaku sambil menerawang dan tersenyum kecut. 

"Udah ah gak usah diinget- inget lagi, he is a jerk!! Totally!!! "ujar beni khawatir 

" Apa nggak sebaiknya kamu mencoba memulai hubungan baru sama seseorang?? Its been like 4 years already???!!  "

Beni tersenyum kearahku

Tiba-tiba air mataku kembali menggenang, aku menghela nafas panjang. Pandanganku beralih ke tepi jalan. "Aku takut rasa sakit itu lagi Ben, aku rasanya belum siap lagi"

"Ah kamu, yang namanya hubungan kan memang nggak selalu mulus, tapi kalau nggak mencoba lagi mana tahu yang mana yang baik mana yang nggak… " Beni menasehati

" Tapi dia memang brengsek Nam!. Aku jujur yah kamu terlihat sangat bahagia waktu itu. Aku tahu kamu jatuh cinta sama dia, itu kenapa aku happy sama hubungan kalian. Walaupun dia nggak menganggap aku sama sekali tapi aku dukung banget kan waktu itu. Hanya saja sejak ada gosip dia womanizer aku merasa bersalah sama kamu, karena nggak sampein ke kamu semua"

Aku menoleh ke arah Beni dengan senyum kecut 

"Aku masih inget setelah putus itu kamu telepon aku kan. Pantai Sanur pasti jadi makin banyak airnya dan tambah asin karena tangisan drama cintamu itu hahahaha" Canda Beni sambil ngakak

Aku memukul pundaknya yang kekar itu sambil ikut tertawa 

"Untung saja kamu nggak pakai adegan drama bunuh diri, bisa masuk koran loh hahaha" Lanjut Beni lagi sambil tergelak. 

"Seorang gadis mencoba bunuh diri karena putus cinta, berinisial N asal Sanur, gitu kali yah headlinenya hahaha " Jawabku masih sambil tertawa

" Terus sekarang tipemu masih yang seperti dia?" Tanya beni cepat sambil berkonsentrasi menyetir 

"Semenjak putus sama dia aku berusaha mencari yang normal aja deh Ben. Laki- laki yang baik, yang sayang, yang dedicated sama aku tapi gak posesif juga. Ngerti lah Ben gak usah muluk-muluk sms in aku tiap pagi deh. Semua orang juga bangun tidur pasti punya aktifitas masing- masing" Ujarku mantap

"Cieee… Udah dapet? Heeee" sahut beni sambil nyengir kuda 

" Kalau udah dapet ngapain aku keluar iseng begini sama kamu Ben, mendingan pacaran " Aku merengut 

“Oh iseng, ternyata aku hanya jadi pelampiasan kesepian seorang Nami saja rupanya, baik bu saya siap melayani Ibu luar dalam " Bisik beni dengan muka serius 

“Ben…!!! Aku mencubit lengannya dengan gemas dan kami pun tertawa…

"Eh untung juga yah pacaran tiga tahunmu sama dia, nggak terlalu jauh yah, tahu kan maksudku pake enak-enak, mantap- mantap gitu hahaha" Beni tergelak 

"Beniii!!! " Aku berteriak gemas

"Eh mungkin karena gak sabar nungguin kamu kapan bisa diajak mantap-mantap itu kali yah dia selingkuh? " Beni makin menggoda Nami

"Ihhhh Beni jelekkk " Aku mencubit lengannya lagi

"Hahaha sakit Nami, dicubit mulu. eh lagian kamu ngilang kemarin- kemarin kemana? Jawabin chatku juga sekedarnya gitu"

“Eh gini yah, aku bukannya gak mau kita sering- sering jalan, tiap kamu sama Sinta berduaan akunya kan tahu diriiii...lagian cape aja tiap diajak chat mesti nungguin kamu jawab ya apa yes, begitu kamu jawab yes aku langsung muter otak mikirin obrolan yang kira- kira gak bikin sinta cemburu. Perasaan aku bukan selingkuhanmu tapi mau ngobrol aja pake kode” 

cerocosku sambil berkacak pinggang memasang badan kearah beni

“Hahahaha iyah iyah” beni menjawab sambil tertawa geli.

“Eh Iyah aku baru inget Ben aku belum cerita yah, setelah tadi sampai rumah aku baru ngeh. Aku kayaknya punya secret admirer deh apa stalker tepatnya. Jadi tadi sore waktu aku telepon kamu, aku dapet tempelan notes dibagian luar tasku. Kan aku naik bus karena motorku bannya kempes, isinya notesnya cuman “be happy” gitu. Aku  pikir orang iseng, bisa temenku dikantor juga sih. Aku nggak kepikiran lagi. Tapi barusan tiba-tiba inget siang sebelumnya lagi ada ojek online nganterin iket rambutku yang terjatuh entah dimana terus ada notes juga isinya hmm “untung iketan rambut ya yang tertinggal bukan cintanya, Kalau cintanya aku masukin kantong yah” gitu hahahaha gombal banget “ ceritaku bersemangat . 

Malam bersama Om Beni Part. 2

“Hahahaha cieee yang suka digombalin, siapa sih yah kok aku juga jadi penasaran, udah tahu mungkin dia kalau kamu masih pure dan. Perawan?" Canda Beni lagi

"Cing, iya besok aku tatto di jidat dengan tulisan " Masih perawan loh" Puas kamu? " 

" Hahaha iya iya, Hmm kamu gak cari tahu gitu coba Naik bus lagi sambil merhatiin sekeliling gitu Sapa tahu orangnya mirip Mike Tyson kan ngeri banget yah dpt notes gombal mukanya ternyata Mike Tyson huahahaha” Beni terlihat puas menggoda Nami yang ikut terbahak

Beni memperhatikan hujan yang mulai menetes ringan diatas kaca mobil dan kembali berujar “wah hujan nih padahal baru nyampe ubud Kita. Enak yah perasaannya jadi romantis tapi muka yang kebayang kok Mike Tyson hahaha”

“Hahahaha aaaaaa Kamu yah aku kan jadi kepikiran. Takutnya ternyata mukanya katos (keras banget - Bahasa Bali) “ kembali.aku tergelak 

“eh lanjut yah sempat juga sebelum itu tiba-tiba ada kiriman datang, tahu isinya apaan? Novelnya Syahputra Alan… omaigad Ben aku maunya gak nerima tapi gak bisa dibalikin, gak ada alamatnya.Tapi novelnya juga aku suka banget gimana dong? Dia kasih cetakan cover terbaru bennnn tahu darimana dia aku sukaaaa.

" Aku Tanya alamat pengirim ke ojek online yang bawa, orangnya bilang gak tahu cuman disuruh kirim aja gak boleh ngomongin siapa yang ngirim… ooosyittt… aku langsung curiga sama bosku, cuman bosku yang tahu aku suka novel ini dari interview dulu kan. Tapi gak mungkin bosku, dia kan udah nikah juga anak 3 ..”

“Cie yang disukain sama om-om hahahaha… “ canda beni

“Hahaha cing! Bosku masih muda, nggak yang tipe bapak- bapak berkumis tebal badan gempal item yah" Ceritaku lagi sambil melihat sekeliling, ternyata sudah sampai jalan monkey forest. 

" Kita lewat aja yah gak usah turun hujan deras,langsung ke kuta aja sudah jam 8 lebih ”

“Baik bu siap!”  Kata beni semangat, “trus- trus lanjut dong ceritanya” lanjut beni dengan nada penasaran

“Bentar, nanti ada mini mart 24jam minggir bentar yah mau beli minum, kamu mau apa Ben?” 

Beni tampak berfikir

“Permen mint dong, air mineral ma ****** hahahaha” sahut beni asal

“Ck, dasar….. Extra long apa yang tipis? Rasa sambel terasi yah? “ Sahutku gak kalah asal

“Hahahaha udah ah cepetan, Om Ben udah nggak tahan nih" Kelakar Beni sambil menggeliat-menggeliat manja 

“Duh om sabar dong!!!” teriakku dan berlari kecil sambil menutup kepalaku dengan hoody jaketku menghindari hujan yang mulai mereda

Sekitar 10 menit akhirnya aku kembali masuk ke mobil Beni. 

“Nih om saya beli tusuk Gigi juga takut jembutnya nyangkut hahaha “ kataku iseng sambil tergelak

“Cing! Jijik banget nammmm! Hahaha….gak boleh ngelucu yang begitu yah sama cowok nanti ilfeel” gurau beni

“Biarin! juga kamu ini Ben “ jawabku sambil menjulurkan lidah kearahnya

“Ck! cewek gila yuk ahh jalan lagi!!”

“Ayokk!” aku bersemangat. 

“ Oh iya Lanjut yah ceritanya, sempet juga tiba-tiba ada kurir muncul gitu bawa kiriman sekuntum bunga gerbera yang merah merekah sama kartu, isi tulisannya cuman “tunggu aku yah” gitu aja” 

“Hahahaha daripada dia nulisnya “tunggu dwehh, ato tunggu cyn!! Melengking gitu…” sahut beni sambil tertawa puas

“Hahahaha tunggu aku yah, siapa yang mesti aku tungguin Ben, Aneh deh tapi bener kedengaran lebih jantan daripada tunggu dwehh…” timpalku lagi sambil bergaya kenes

“Cie jantan, Mike Tyson yah hahahaha”

“Keplak.yah Ben!?” hahahaha “

*brrrttt aku melihat ponselku, sepertinya ada WA masuk. 

“Duh ini si boss nanya file jam segini, kebiasaan! “sungutku setelah membaca pesan masuk

“Aneh juga yah masak jam malem gini sih nam, jangan- jangan beneran nih si boss suka “ selidik Beni

“Dia sih memang sering gitu Ben, kadang masih dikantor sampai malam. Pernah dia nanyain file malem- malem, Aku kan udah tidur yah aku gak jawab. Memangnya aku satpam juga yah mesti begadangin urusan Kantor sampe malem. 

“Cape yah nam kerja begituan?!” Beni berpaling kearahku bertanya dengan muka serius disertai Alis yang terangkat - angkat

“Apaan sih Ben begituan apa, kayak aku kerja mangkal aja” aku terbahak sambil tetap melihat ponselku menjawab pesan si boss.

“Bossmu ganteng yah nam, aku nanya aja loh yah” 

“Ini fotonya aku masukin kontek” aku menyodorkan layar ponselku ke arah Beni

“Ganteng yah, klinis eksekutif muda gitu yah mirip Dion wiyoko yak “ sebut Beni lagi

“Eh iyah mirip Ben, tapi aku curiga deh bossku ini memang sudah menikah, punya anak tiga tapi istrinya gak pernah kekantor. Yang sering kekantor justru temennya Satu orang, dia aja terus. Kalau temennya kekantor ngobrolnya bisa lama ben, jangan- jangan yah ben” gumamku panjang“

“Ganteng juga gak? klinis kayak dia gt?” Tanya beni

“Lebih ganteng, lebih tinggi, mirip- mirip sama siapa yah, wonbin ben tahu kan aktor Korea tapi ini mukanya lebih serius trus pendiam gitu ben”

“Wah bisa jadi tuh begitu hahaha” celentuk Beni

“Nggak tahu yah Ben bisa jadi, tapi itu urusan dia ya biarin aja”

“Kamu masih chat sama bossmu?! 

“Iyah dia nanya aku lagi dimana? Yah aku bilang lagi jalan- jalan sama teman, eh dia Tanya laki apa pere, aku jawab laki.

 Eh dia nanya lagi katanya gak punya pacar trus ngasih ikon ketawa ngakak loh Ben, ngejek nih si boss" 

“Becanda kali, mungkin biar suasana cair. Komunikasi team work kan harus bagus nam, kamu kan kebiasaan kalau baru kenal rada- rada jaim, makanya dianya gitu” komentar Beni bijak

 

“Iyah Ben, kalau aku memang gak mau terlalu cepat deket aja kan aku juga anak baru"

“Ya jawab dulu aja bossnya biar dia gak ngerasa kamu gak luwes bergaulnya nam”

“Mmmmm” aku berdehem sambil manggut-manggut.

“Udah done” aku berkata sambil memasukkan ponselku kembali kedalam tas

Kita pun melanjutkan perjalanan iseng ini sambil tetap mengobrol seru sepanjang jalan.

“Berhenti di pantai seru nih, beli bir yak satu” kata beni sambil mencari parkiran di pantai kuta

“Boleh boleh, Kita duduknya disitu aja Kan terang kalau gelap kesannya mesum" selorohku iseng

“Iya dimana ajalah” sahut beni lagi

Dan Kita pun mengobrol lama disana

 “Eh dugem yuk, yang rame club apaan sekarang?” mataku menelurusi arah jalan pantai ini

“ Entahlah sudah lama juga aku gak kesini nam, kayaknya terakhir sama kamu deh waktu Sinta ngambek lama yang aku galau kepikiran bakal putus dari dia”

“ iyah aku inget".

“ waktu itu kita ke club apa gitu lupa namanya yang lagi hits di legian, kita lagi asyik joget-joget berdua, konyol-konyolan.Tiba- tiba ada laki ganteng banget mendekat, asli aku pikir dia bakalan deketin kamu hahahaha” 

“ Ah iyah Ben inget banget eh ternyata dianya malah sibuk nanyain kamu…. Dia bisikin aku nanya- nanya kamu single apa gak? Dia bilang kamu cabi- cabi lucuk gitu yah bahahaha “ akupun terbahak

“ Gila banget tuh orang. kamu kenapa gak bilang aja kalau kita pacaran kan lebih aman".

“ Aku keceplosan sih, sampai- sampai sejak detik itu kamu gak mau pake celana pendek putih sama baju kaos ketat kuning muda lagi yah" Aku ngakak

“ Iyah loh trauma, muka jantan berotot begini malah disangkanya begituan?” Beni menggeleng

“Eh kita kemana nam? Coba itu yuk yang rame- rame itu apaan?” sambil nunjuk kearah satu club yang lumayan rame dan menarik lenganku berjalan kearah sana

“ Hayuk aja sih”

Setelah membayar entry pass kitapun menikmati suasana tempat itu, sambil menikmati coctail yang telah dipesan tadi. 

“Eh kamu minumnya dikit aja yah, itu tadi sudah bir sebotol kecil, jangan banyak- banyak kan nyetir” ujarku khawatir

“ Tenang nam, ini aja kok gak mesen lagi “

Tiba- tiba handphoneku bergetar, pertanda ada pesan masuk dari whatsup, aku melihat handphoneku “ duh dari bosku lagi, dia nanya kamu lagi di club didepan pantai kuta yah?”

“ kok dia tahu ben? Bentar aku jawab dulu”

Beni memperhatikan aku sambil memasang muka aneh, seakan mau bilang apaan sih bosmu kayak stalker gitu.

“Oh dia tadi sempat lewat, terus lihat kita baru mau masuk kedalam sini”!!!! aku bicara sambil setengah berteriak, karena musik terdengar mulai kencang lagi mendominasi. 

“Dia bilang jangan pulang pagi yah, biar tetap fit soalnya senin bakal diajakin sales call sama dia. Tumben nih aku diajakin biasanya cuman atasanku aja, oh iya atasanku kan lagi cuti sampai hari selasa, pantesan” !!! aku menggerutu 

“ kok aku makin curiga yah kayak drama- drama korea gitu kan, nyari - nyari kesempatan” ujar beni disebelah telingaku. 

“ Udah ah nggak usah dibahas lagi. nikmati musik aja, musiknya kenapa rada- rada lawas sih kan kita jadi happy Ben… joget yuk ben “ ajakku. 

Beni terlihat nyengir mendengar musik yang dimainkan DJ malam itu. 

Kita pun bergoyang dan bercanda sambil sesekali mengobrol tak berapa lama akhirnya memutuskan keluar dari club itu

“ Seru sih tapi kenapa berasa gak seasyik dulu yah nam?” tanya beni

“ Iyah nih besok- besok gak usah coba- coba lagi kita yah ben, malah jadi kayak kurang seru" 

“Pulang?" Tanya Beni

“Yuk ah ben pulang aja kita, dah jam setengah satu pagi begini ngantuk”

Sepanjang perjalanan kita mengobrol panjang lebar dari politik sampai ngomongin kalau nanti punya anak dan sebagainya

“Semangat lagi yah nam, seneng bisa ngobrol sama kamu lagi kayak gini, belum tentu besok-besok bisa” kata beni sambil tersenyum padaku saat mobil telah sampai dipertengahan jalan

“Thank’s alot yah Ben, kamu tetap temanku yang terbaik", aku mengacungkan jempolku kearahnya.

"Hmm ngomong baik- baik deh sama sinta aku tahu kamu Sayang banget sama dia” sahutku pelan

“Iyah aku memang ada rencana ajakin dia bicara secepatnya .Mungkin serius nam…” jawab Beni menggantung, dengan muka bahagia sekaligus khawatir. 

"Omaigod lemme guess, km mau ngajakin dia nikah?! Omaygod Beni I'm happy for you… “sahutku sambil terharu 

“Doain aku yah Nam, semoga lancar sesuai harapan. Habis ngobrol sama kamu hari ini aku ngerasa memang sudah waktunya, dan sepertinya aku sudah lebih dari siap sih"

“Apapun yang terjadi nanti, aku akan terus mendukung om Beni, jangan lupa tusuk giginya..” candaku disambut gelak tawa kita berdua. 

“ Nam kalau nanti aku sudah nikah kayaknya bakalan lebih susah kalau mau ketemu sama kamu atau telepon kamu lagi?" Ujar beni hati- hati

“Iyah aku mengerti bahkan sebelum kamu ngomongin ini ben, gak mungkin lah kamu jemput aku seenaknya gitu lagi kan? Aku benar- benar mengerti ben posisi mu" Aku tersenyum. 

“Maaf yah nam sudah lama aku gak bisa diandalkan lagi seperti kita dulu bareng- bareng”

“Kok jadi minta maaf, gak usah berasa sedih gitu ben, aku juga belakangan sibuk gak bisa jawab chatmu tiap saat kan sekarang, jadi aku mengerti.”

“Ternyata memang laki- laki dan perempuan gak bisa temenan dekat selamanya yah, tapi apapun itu kamu tetap teman terbaik nam “ aku selalu berharap yang terbaik buat kamu, inget itu".

“ Duh kayak aku bakalan pindah ke timbuktu aja heeee” jawabku sekenanya dengan nada wajar walaupun didalam hati sedih juga 

Kita pun terdiam di sisa perjalanan pulang

“ Dah nami, kamu istirahat yah jangan mikirin Mike Tyson terus” 

“Hahaha sip dah Beni hati-hati hati dijalan kabar-kabarin aku yah kalau sempat” 

“iyah dah nami”

Aku pun melambaikan tanganku kearah Mobil yang bergerak menjauh. 

Jam diatas meja kamarku sudah menunjukkan pukul 01.00 malam lewat 50 menit. Beruntung aku mempunyai orang Tua yang sangat sayang dan mendukung apapun yang aku lakukan saat ini termasuk aku yang terkadang senang berjalan-jalan ngobrol dengan teman sampai jam pagi buta begini. Kata Ibuku, aku sudah besar apapun yang aku lakukan akan menjadi tanggungjawabku asal tidak merugikan diriku dan masa depanku beliau pasti mengerti. Aku pun merasa sedang diberikan tanggungjawab besar dengan dukungan seperti itu.

Ada perasaan hampa ketika percakapan aku dan beni tadi terngiangngiang di telingaku,”selalu pada akhirnya aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri setelahnya” gumamku 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!