Tanpa disadari ada dua pasang mata sedang menatap kearah Nami, sepasang mata tentu saja Bumi yang sedari tadi matanya tidak pernah lepas dari arah tempat Nami duduk.
Sepasang mata satu lagi milik Galang yang langsung mengarahkan pandangannya sesaat setelah sampai di tempat acara. Jarak antara Bumi dan Galang lumayan dekat karena tempat kerabat dan sahabat orang tua Dito memang dikhususkan dibagian dekat panggung acara, sedangkan undangan lainnya masing-masing dibagi dikanan kiri dan belakang kolam.
"Calon pacarmu cantik yah? " Goda Dito ke Galang sambil berbisik
Galang Pun terkekeh geli.
" Cie belum jadi pacar aja sudah bangga gitu" Goda Dito lagi
Sekali lagi Galang Terkekeh geli sambil kedua tangannya memutar- mutar telepon genggamnya diatas meja
"Eh bunga mawarnya sudah ditaruh di tasnya Nami belum? " Tanya Galang tiba-tiba
"Sudah tenang aja, tadi sudah kutitip ke pak Made"
"Ok kalau begitu"
" Kamu tahu Bumi kan anaknya pak Wibawa? Teman orang tuaku "?
" Oh tahu kan sering ketemu dulu, kenapa dia? "
"Dia mantannya Nami ternyata waktu jaman kuliah"
Galang dengan cepat menoleh ke arah Dito dengan muka terkejut "beneran dit? Bumi kan player yah? Kok bisa? Sejauh mana hubungan mereka? "
"Entah, tadi siang waktu aku sampai disini kulihat mereka bicara serius berdua dibelakang sana" Jawab Dito sambil menunjukkan arah tempat Nami dan Bumi bicara tadi siang.
"Tapi nampaknya Nami seperti terganggu dengan Bumi, semoga aku tidak salah lihat, dan seharian ini sampai sore dia selalu mengganggu Nami, tadi saja waktu bertemu orang tuaku dia sengaja mengamit lengan Nami dan memaksa untuk bertemu orang tuaku"
"Kenapa kamu tidak cegah?"
" Gimana mau cegah mereka sudah langsung dipanggil orangtuaku"
"Trus gimana?" Galang terlihat gusar.
"Yah gitu aja sih, entah gimana Nami akhirnya bisa lepas dari Bumi"
"Entar jadi yah aku yang nganter Nami pulang?"
" Jadilah, kan dia kesini sama Pak Jati, kecuali keduluan disamber sama Bumi" Sahut Dito sambil memberikan pandangan horor kearah...
" Ck... Harus jadi" Tangan Bumi terkepal yakin.
" Tapi yang kali ini harus berhasil ngobrolnya yah, sama Bu Rima yang killer aja sering ngobrol seru dulu di sekolah. Masak deketin cewek incaran aja susah!! hahaha" Dito berkata sambil tertawa geli teringat akan kenakalan Galang waktu remaja di sekolah.
Galang mengulum senyumnya " Itu Guru BP Dit hahahaha, kok aku dulu nakal banget yah ?! " Sahut Galang jadi ikut terkekeh
Dito menepuk-nepuk bahu galang dengan penuh rasa geli, mereka kembali tergelak
Sesaat akhirnya mereka terdiam kembali mengikuti jalannya acara dan galang kembali memandang Nami dari kejauhan.
Selang beberapa saat kemudian, tiba- tiba Nami teringat dengan talent yang akan mengisi acara. Kok sepertinya di belakang sepi, Nami menoleh kearah belakang panggung.
"Bu saya mau cek kebelakang sebentar, harusnya penari Joget dan penabuhnya sudah siap di tempat. Tadi mereka tidak ikut gladi karena kena macet di jalan. Pasti Pak Jiwa lupa memeriksa mereka karena sibuk dengan pengisi acara yang lain, saya tidak melihat satupun penari dan penabuh itu" Sahutku khawatir
" Oh ok Nami, mungkin setengah jam lagi saya juga mau balik, barusan sudah WA pak Dito"
"Ok Bu, sampai bertemu hari Senin yah" Sahutku dengan tersenyum
"Iyah Nami sampai bertemu senin"
Akupun berlalu kearah belakang panggung mencari pak Jiwa yang sedang sibuk memeriksa jadwal acara ditepi panggung.
"Pak Jiwa, penari sama penabuhnya sudah siap apa belum pak kan tampilnya setelah penyanyi yah?" Tanyaku ke pak Jiwa
" Oh Iyah, sudah mereka sedang bersiap dibelakang, mereka baru saja datang sekitar 5 menit yang lalu" Jawab pak Jiwa
"Kalau begitu saya saja yang info mereka harus keluar lewat mana yah, gamelan yang mereka bawa sebaiknya diatur sekarang pak, mumpung tamu konsentrasinya ke penyanyi"
" Saya yang info ke Pak Made untuk gamelan ya, Nami yang atur penari sama penabuh yah, terimakasih yah Nami sudah bantu saya" Kata Pak Jiwa lega
"Iyah Pak, sama- sama yang penting acaranya sukses"
Saya pun kebelakang memberi arahan ke penabuh dan penarinya. "Sepertinya sudah tidak ada yang perlu diperhatikan lagi seharusnya acara berjalan lancar sampai selesai" Pikirku dan memutuskan untuk sedikit bernafas menjauh dari keramaian dan berjalan ke kebun belakang kolam agak menjauh sedikit.
Tiba-tiba saja ada tangan yang menarikku dari samping dan memaksa aku untuk mengikutinya, aku mencoba menarik kembali tanganku setelah sadar orang itu ternyata Bumi.
"Bumi, sakit!, lepas! Kita mau kemana? " Tanyaku masih sambil menarik tanganku dan menahan kakiku agar tidak mengikutinya
"Ikut saja sebentar denganku Nami" Katanya dengan suara agak dingin
"Aku nggak mau, kita kan sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, lepasin tanganku Bumi"
"Kita harus melanjutkan hubungan kita Nami, aku serius, aku nggak mau lepasin kamu lagi"
" Aku kan sudah bilang , sejak terakhir kita bicara dikampus itu hubungan kita selesai!!!"
"Nggak Nami, nggak pernah selesai, aku tahu kamu masih suka padaku"
Kumencoba bersabar dan menenangkan diri, kuposisikan badanku menghadap Bumi, masih dengan kedua tanganku dalam genggamannya.
"Kita sudah selesai Bumi, dulu memang aku secinta itu sama kamu, tapi itu dulu, rasa sakit itu mengikis perasaanku perlahan sampai tak bersisa. Setiap kali ku ingat padamu yang ku ingat hanya rasa sakit itu Bumi." Kataku jelas sambil memandang langsung matanya.
"Please Nami aku mohon kita balikan lagi yah" Suara Bumi memelas
Tiba-tiba dia memelukku dengan erat, langsung mencium rambutku beberapa kali sambil berbisik" I miss you so Nami, I miss you so much"
Aku berontak dan berusaha melepaskan diri "Bumi, stop kamu keterlaluan!!! " Aku berteriak
Upayaku sia-sia, Bumi masih memelukku erat, aku mulai terisak "kamu jahat!!!!! , sekian lama aku mencoba lupa, saat aku sudah berhasil, berani-beraninya kamu datang lagi"
"Aku tahu, aku tahu, maafin aku"
"Lepasin aku Bumi" Kembali ku meronta
Tiba-tiba ada suara berat memanggil "Nami!!! "
Pelukan Bumi sontak terlepas, dan dengan sedikit terhuyung aku menjauh dari Bumi, kemudian aku menoleh ke arah yang memanggilku
"Kalian berdua ngapain disini? Nami kamu dicari pak Dito, katanya pak Sukanta mau bicara, sepertinya beliau mau berterimakasih karena acaranya berjalan lancar dan bagus, Idemu memasukkan joged sebagai hiburan terakhir pasti akan menambah seru acaranya" kata Galang sambil mengambil tasku yang tak kusadari terlempar dari tempatku berdiri.
Sebenarnya Galang memang berniat mengikuti Nami tadi ke belakang panggung untuk sekedar mengobrol seperti rencana yang sebelumnya dia buat, tapi malah melihat kejadian tidak mengenakkan tersebut. Dia sebenarnya geram tapi dia tahan agar tidak terjadi keributan yang tidak diinginkan untuk malam penting ini.
Tampak Bumi terlihat kesal dan beranjak pergi sambil menoleh padaku dan bilang "kita belum selesai Nami"
"Bumi ada apa ini?! " Tanya Galang tegas
"Sebaiknya kamu tidak usah ikut campurcampur lang, kamu mengganggu rencanaku saja! " Bumi menjawab dengan nada tinggi dan berlalu.
Aku yang masih gemetar memejamkan mataku dan mengatur nafasku, begitu tenang aku menghapus sisa-sisa air mataku dan memandang pak Galang yang masih tenang menunggu.
"Acara masih berlangsung kan pak ?" Tanyaku kemudian dengan suara serak.
" Acara masih jalan lancar kok, aku berbohong Pak Sukanta tidak mencari kamu. Tadi aku lihat kalian berdua ditempat gelap seperti ini rasanya mencurigakan,aku merasa perlu terlibat. Maaf kalau aku ikut campur urusan kalian" Jawab Galang dengan nada sedih
"Kamu baik-baik saja kan? " Tanyanya lagi dengan nada khawatir
Aku menggeleng lemah, entah kenapa aku tidak bisa menahan tangisku kembali saat pertanyaan baik-baik itu terdengar olehku.
Karena masih terlalu emosi aku berjongkok sambil menutup mukaku dengan kedua tanganku. Aku menangis Sejadinya, tubuhku bergetar hebat. Ku tumpahkan semua kesalku dengan tangis.
"aku benci Hari ini!!!, aku benci!!!" Kuberteriak dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments