Waktu pun berlalu begitu cepat.
Tidak terasa event di Tabanan tersebut sudah tinggal seminggu lagi.
“ Bu Ida nanti pas acara, apa bareng dari kantor kita ke tabanan, tapi pulang pasti malam kayaknya saya minta antar suami deh” Seru Ibu Teni di bagian Akunting yang tiba-tiba menyembulkan kepalanya dari balik kubikel memanggil Bu Ida.
Sepertinya Bu Teni sengaja, kalau pakai telepon internal pasti yang lain tidak mendengar bahasan ini.
Sontak semua yang ada di ruangan memalingkan muka ke Bu Teni.
“Iyah saya juga maunya bawa kendaraan sendiri” Kata yang lain lagi
“Iyah saya datang sendiri sajalah” kata pak Jiwa
“ Kalau saya memang mau sama suami, saya pulang kampung hari Kamis karena ada upacara di kampung, kebetulan kampung saya dekat sekali dengan tempat acara ini” Sahut bu Ida sambil kemudian menoleh kearahku
"Nami gimana?? mau bawa kendaraan sendiri atau mau diantar pak Jati? , jauh loh itu tempatnya, kalau nggak tahu jalan bisa kesasar. Yang lain sih sudah beberapa kali kesana, kamu aja deh yang belum tahu tempatnya" Bu Ida Berkata lagi dengan nada Khawatir.
“Hmm tadinya saya mau bawa kendaraan sendiri tapi saya baru ingat pulangnya malam bu. Saya sama pak Jati saja deh. Takut tersesat juga, siapa yang mau ikut? “ Tanyaku sambil melihat beberapa staff yang mendekat mengikuti perbincangan kami
"Ada beberapa staff sama mobil saya, karena kost-an searah sama saya" Kata Pak Yanto anak buah Bu Teni.
“ Ya Nami tidak apa- apa, kamu sama pak Jati saja yang lain ternyata sudah punya rencana sendiri.“ Jawab pak Jiwa
“ Oh ok, kalau ada yang mau ikut lagi info sehari sebelumnya yah biar bisa kordinasi dengan pak Jati” Sahutku lagi
“ Sip Nami, ok” Kata beberapa staff dan perbincangan tersebut terhenti, satu persatu staff kembali ke tempatnya masing-masing.
Hari ini semua orang nampak bersemangat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Termasuk aku yang benar-benar harus fokus seminggu ini, sebelum event tersebut menyita perhatiannya minggu depan.
“Dress codenya putih yah?!” tanya Ida atasanku tiba- tiba dengan muka datar dan suara yang terdengar ketus sambil melihat susunan acara event tersebut.
Aku menoleh sebentar kearah Bu Ida
"Nih ibu gaya bicaranya selalu kayak mau marah-marah , apa memang begitu yah? " pikirku lagi
“ Iyah sepertinya begitu bu, Pak Dito kan yang info katanya ortunya sukanya warna putih” sahutku sambil menatap layar monitor komputerku kembali.
“Bagian dekorasi sudah beres kan?” tanya Ida lagi
Aku menatap Bu Ida dengan serius
“Sudah Bu, nanti hari Kamis siang atau sore mereka akan drop bunganya terlebih dahulu dan beberapa persiapan dasar, mereka mulai menghias detailnya besok paginya di hari Jumat Bu. Nanti pasti saya dihubungi lagi hari Kamis. Pak Made di Villa juga saya sudah informasikan untuk menyiapkan tempat yang adem untuk bunganya. Nanti kalau bunganya sudah sampai pak Made juga bilang mau telepon saya Bu" jawabku mantap.
Bu Ida tersenyum "Ok kalau begitu nampaknya semua akan berjalan dengan lancar. Kira-kira apa yang terlewat yah Nami. Bantu mikir yok takut ada yang kelewat... " Bu Ida berfikir
"Apa lagi yah bu, mengenai Katering kan menunya sudah ok yah dari Pak Dito, apa perlu pakai test food lagi? harusnya karena ini super partner sepertinya nggak perlu yah bu? " aku berkata ragu
"Ah iya saya coba tanyakan pada pak Dito nanti, biar nggak salah aja"
" Undangan sudah disebar juga, apalagi yah?? " ujarku lagi
"Eh kamu pake dress apa kemeja celana panjang nam?” Ibu Ida tiba- tiba bertanya dengan setengah berbisik
“Hmm sepertinya saya masih punya dress yang pernah saya pakai dulu bu waktu ada event ditempat kerja sebelumnya, saya pakai itu aja sih? Bu Ida mau pakai apa?” tanyaku agak malas
“ Saya maunya dress tapi saya gak punya nam, anterin beli yuk? Please deh gak ada temannya” nada bu Ida mengiba menoleh kearahku dengan muka penuh harapan.
Aku melengos dan akhirnya menyetujui “ ok bu pulang kerja yah saya anterin” kataku dengan senyum, berharap Bu Ida aslinya memang tidak seketus seperti cara bicaranya.
“Nah gitu dong, akhirnya… kamu baik banget “ sahut Ida dengan senyum manis
Akupun membalasnya dengan senyuman sekedarnya… “ternyata Ibu Ida memang tidak sejutek itu baguslah aku jadi lebih tenang, hanya mungkin gayanya berbicara memang terdengar begitu" Bathinku
Sepulang kerja dengan mengendarai motor masing-masing, aku dan Ibu Ida mampir ke sebuah butik yang dari hasil browsing tadi siang tampaknya masih memiliki stock gaun yang sesuai dengan keinginan bu Ida.
Sebelum berangkat aku menghubungi butik tersebut untuk menanyakan kepastian stocknya.
“Untung ada kamu nam, jadi cepet dapetnya makasi yah nam” Seru Ida sambil tersenyum.
“Sama-sama Bu, saya pulang yah bu sampai ketemu besok dikantor bu”
“Dah Nami”
“Dah bu Ida”
Setelah mengantarkan bu Ida aku langsung menuju gerai pizza di ujung jalan.
setelah memesan aku menunggu sambil bermain game di ponsel.
Aku berniat memindahkan kunci motor dari kantong kecil yang ada dalam tasku ke kantong celanaku. Setelah meraba sebentar aku terperanjat begitu ingat dompetku masih tertinggal didalam laci di kantor.
"Astaga dompetku ketinggalan di laci kantor! " aku menepuk jidatku
Segera aku menghubungi kantor, berharap pak Satpam yang aku sering lupa namanya itu masih berada di kantor, biasanya sekitar jam ini si bapak sedang break makan atau ngopi malam sebentar.
Setelah empat kali nada dering akhirnya teleponnya diangkat
"Cinta Abadi Wedding, Selamat malam dengan Suta ada yang bisa saya bantu?! " terdengar suara tegas dari pak Suta
"Pak Suta, saya Nami, bapak mau keluar lagi atau dikantor terus? saya mau kekantor ambil dompet saya yang ketinggalan, takutnya bapak nggak disana kan saya nggak bisa masuk"
"Oh mbak Nami, saya dikantor mba, saya baru saja selesai makan malam"
"oh Iyah saya ke...
belum sempat bicara lebih lanjut tiba- tiba ada suara berbeda bicara.
"Ada masalah apa Nami?! " terdengar suara pak Dito di telepon
"pak Dito yah, maaf Pak dompet saya ketinggalan dikantor. Saya mau balik kekantor, saya pikir pak Suta lagi makan malam tadi ninggalin kantor"
"Dompetnya dimana? " kata pak Dito lagi
"Di laci saya pak" aku bingung mendengar pertanyaan pak Dito
"kamu sekarang dimana? "
"Saya lagi di gerai pizza La lezzaatt yang baru buka, di daerah Pesanggaran pak"
"Wah lumayan jauh itu, kamu diem disana yah, nanti Temen saya bawakan dompetnya"
"Siapa pak, saya jadi ngerepotin begini" aku merasa tidak enak.
"ah nggak apa- apa sekalian Galang lewat sana juga katanya"
"Oh gitu pak, ya deh terimakasih banyak pak, saya tunggu disini saja kalau begitu, nanti saya shareloc ke bapak.
"ok Nami"
"tutt... tutt"
sambungan telepon terputus
Sementara di kantor, setelah mendengar Dito bicara dengan Nami di telepon yang sengaja dipencet speaker oleh Dito, Galang langsung menuju meja kerja Nami tanpa diminta. Dia memeriksa laci meja Nami dengan hati-hati dan mengambil dompet yang dimaksud.
Pak Suta hanya bisa tersenyum saja melihat dua orang tersebut tanpa mengerti apa- apa.
"aku shareloc lokasi dia yah" Dito terlihat mengecek. ponselnya.
"siap" kata Galang semangat.
"Pak Suta saya pulang dulu yah"
"Baik pak, hati-hati dijalan kata pak Suta Tegas.
"Terimakasih pak"
Dito dan Galang berlalu dari hadapan pak Suta
"Udah sana kesempatan tuh ngajak ngobrol" Dito menepuk bahu Galang.
Galang yang sedang tersenyum bahagia hanya bisa menganggukkan kepalanya "Thank you Dit"
"yo " sahut Dito sambil berjalan kearah mobilnya.
Sesaat kemudian Galang telah sampai di gerai pizza yang dimaksud.
Dia melihat Nami duduk sambil memainkan ponselnya dari kejauhan. Segera saja dia mendekat.
"Nami" panggil Galang
Aku menoleh kearah suara yang memanggilku, rupanya pak Galang temannya Pak Dito
"Selamat malam pak Galang" aku jabat tangannya yang terarah kepadaku.
"Malam Nami" Galang tampak tersenyum
"maaf Pak saya merepotkan"
"nggak masalah, saya juga kebetulan lewat sini"
Galang menyerahkan dompetku dengan tenang.
"Kalau saya nggak pesan pizza, mungkin dompetnya saya biarkan saja dikantor. Tadi waktu mau bayar kaget sendiri ternyata dompetnya nggak ada hahahha " aku tergelak dengan kekonyolanku sendiri
"Wah dompet ketinggalan kan bahaya, banyak surat-surat penting jg"
"iyah pak"
"coba dicek, sapa tahu ada surat atau apa yang hilang"
"hah?? nggak mungkin lah pak, kan Pak Galang yang bawa kemari"
Dia tersenyum lagi sambil duduk didepanku
"duh ngobrol apa yah, mana dia pake duduk lagi. mau nungguin apa sih? dompetnya udah balik, aku. juga mau bayar terus pulang kan?!" aku membathin
"sebentar pak ya, saya mau membayar pizza yang saya pesan tadi, oh iyah mau saya pesanin juga nggak? "
"Mau sih, tapi mau bareng ngabisin nggak? " kata Galang.
aku berpikir sejenak
"Gimana kalau pizza yang saya pesan barusan aja dimakan disini, nanti saya pesan lagi untuk dibawa pulang biar nggak lama? "
"kenapa buru-buru? "
"bukan begitu, kalau nunggu lagi pizza saya yang sudah jadi tadi kan dingin pak "
"boleh kalau gitu"
"mau pesan minum apa pak? "
"coke deh " kata dia singkat
aku memanggil waiters yang sedari tadi telah siap ditempatnya.
kami berdua makan pizza dengan tenang , tanpa kata sama sekali.
Galang tiba-tiba sambil mengunyah pizzanya menoleh kearahku yang sedang mengunyah juga.
"enak?! " tanyanya singkat
"enak" jawabku juga singkat
"suka?! dia tanya lagi
"suka" aku jawab lagi
Dia tersenyum, aku juga membalas senyumnya
aku berpikir "ini kenapa yah, kok jadi canggung aneh begini, biasanya kalau sama Beni nggak yang gini banget, eh bentar ini memang bukan Beni Nami!! " aku memarahi diriku sendiri
"kenapa?! tanya Galang
" nggak ada apa-apa Pak"
"Astaga aku sudah tidak kuat, aku mau pulang saja.... aaaaaa ini rasanya sangat aneh" aku bergumam dalam hati
Tiba-tiba saja aku tidak bisa menahan rasa geliku yang muncul saat ini dan tergelak sendiri dan diikuti oleh Suara tertawa Pak Galang yang salah tingkah.
"Bapak kenapa tertawa?! "
"Ngeliat Nami ketawa barusan"
"astaga pak, kita berdua aneh banget gini yah. kayaknya saya lagi capek ini. bentar saya bayar dulu deh terus sebaiknya kita pulang pak.
" Saya aja yang bayar " kata Galang sambil beringsut berdiri
" Saya yang bayar pak sudah repot-repot mengantarkan dompet saya kemari"
"tapi.. "
" Sudah yah, saya bayar dulu ke kasir" aku mempercepat langkahku
kebetulan pesanan pizza yang mau aku bawa pulang juga sudah siap.
"mari pak, saya duluan. sekali lagi terimakasih hari ini sudah menolong saya " kataku cepat-cepat
" iyah sama- sama Nami, Hati-hati dijalan.
"iyah pak , Hati-hati dijalan juga " aku berlalu dari hadapannya.
Galang hanya bisa memandang dari kejauhan dan menyisir rambutnya yang bergelombang dengan jarinya.
" Duh susah sekali membuka percakapan dengan dia, tapi segini aja aku sudah cukup senang" gumamnya sendiri sambil mengambil kotak pizza yang masih tersisa beberapa potong pizza dan berdiri berjalan menuju mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Melati
mampir thor
2022-08-09
0