Sementara itu dilantai dasar, tepatnya dipoli anak, Rio sedang sibuk dengan pasiennya yang lucu dan menggemaskan.
Dokter Mario Lucas Hartono atau sering disapa Dokter Rio, adalah Dokter Spesialis Anak, dan juga menjabat sebagai Direktur dari rumah sakit Harry Hartono.
Yah, Harry Hartono adalah papah Dokter Rio, pemilih rumah sakit tempatnya praktek.
Alasan Rio lebih memilih menjadi Dokter Sepesialis Anak yaitu, sangat simpel banget, karena dia tidak punya adik, dan juga suka dengan dunia anak-anak, maka dari itu dia mendedikasikan dirinya sebagai Dokter Spesialis Anak, supaya tiap hari bisa dikelilingi dengan anak kecil yang lucu dan pastinya berbeda-beda dari sikap, keusilan dan tentunya keberaniannya.
Dari situ Rio merasa bahwa dia harus menjadi Dokter Anak, biar bisa menyelamatkan dan memberi dukungan buat banyak anak kecil yang mengalami gangguan kesehatan.
Meskipun, tidak semua anak kecil memiliki keberanian yang sama. Ada anak kecil yang berani untuk disuntik, dan gampang untuk diminta minum obat, tapi nggak sedikit juga anak-anak yang takut buat disuntik, dan susah buat minum obat. Bahkan ada juga yang belum masuk keruangan periksa sudah histeris menangis, sehingga harus ada jurus bujuk dan, rayu. Andai diperlukan Rio juga harus menggunakan jurus iming-iming hadiah, agar mereka nggak tegang menjalani pemeriksaan. Bagian itulah tantanganya, yang mana bagi dokter Rio itu seru dan kadang lucu, menghibur, liat ekspresi muka para pasienya yang lucu-lucu.
"Ini pasien terakhir Dok, setelah ini Dokter sudah selesai jam prakter hari ini, paling nanti dilanjutkan dengan kontrok ke ruang rawat pasien." Begitu penjelasan dari suster pendamping Rio.
"Ok, baik lah aku juga hari ini cukup lelah, kamu liat sendirikan tadi banyak anak yang takut liat jarum suntik, sehingga aku banyak mengeluarkan energi buat membujuk mereka." ucap Rio mengingat banyaknya pasienya yang merajuk.
"Saya akan istirahat dulu diruanganku, sekalian mengecek beberapa laporan rumah sakit, nanti kamu infokan sajah kesekertarisku di jam saya harus kontrol." Rio memberitahu Suster, ketika semua pasien sudah mendapatkan pemeriksaan.
"Baik Dok," jawab suster pendamping Rio dengan sopan.
Setelah semua pasien selesai menjalani pemeriksaan, dia pun langsung naik lift menuju ruangan pribadi sekaligus kantor dilantai paling atas.
"Akhirnya sebentar lagi bisa juga aku meluruskan pinggang, dari kemarin energi abis gara-gara sedikit flu, dan hari ini banyak pasien." gumam Rio pelan, sambil menuju ruanganya.
****
Sementara itu, Diruangan Dokter Rio,
Ody yang sedang membereskan ruanganya pun kaget, begitu ada seseorang yang tiba-tiba masuk.
Ceklek......suara pintu terbuka.
Betapa kagetnya Rio, begitu masuk keruanganya ada orang asing yang nggak dia kenal. Sedang sibuk dengan kerjaanya. Rio paling nggak suka diruanganya ada orang lain selain assiaten dan sekertarisnya.
"Astaga ini apa-apaan yah ko ruanganku jadi berantakan gini!" suara tinggi Rio mengaget kan Ody.
Terus kamu siapa? kenapa ada diruangan saya? sedang apa? siapa yang minta kamu kesini?" Ody langsung dibrondong pertanyaan oleh Rio, dengan expresi wajah yang marah dan suara tinggi.
"Astaga!!"
Ody pun kaget, takut juga karana ini adalah hari kedua dia bekerja, masa udah kena semprot atasanya mana Bos besar lagi.
"Eeee.. ini Tuan saya OG baru disini, barusan diminta Bu Dewi untuk merapihkan, dan menyusun ulang map-map, serta memastikan ulang kebersihan ruangan Anda. Bu Dewi medapatkan intruksi peritah dari Pa Aarav asisten Anda." Ody berusaha menjelaskan kenapa dirinya bisa ada diruangan Rio.
"Kamu sedang sakit? ko suara kamu serak, kalo sakit jangan kerja atau kalo kerja pake masker biar nggak menularkan ke yang lain." tanya Rio yang mendengan suara Ody, bukanya mendengarkan alasan Ody, justru Rio lebih fokus kesura Ody yang serak-serak nan menggoda.
"Oh, tidak Tuan, saya sehat, masalah suara saya memang begini Dok, udah dari orok begini." Ody menjelaskan dengan suranya yang memang bagi orang yang baru kenal seperti sura orang yang sedang menderita radang tenggorokan.
"Oh kirain sedang sakit!" jawab polos Rio.
Dokter Rio pun menekan nomor pantry, meminta Bu Dewi keruanganya,
"Bu Dewi keruanganku sekarang!" ucap Rio ketika telfon sudah tersambung.
"Baik Dok!" jawab Bu Dewi singkat, meskipun didalam batinya, banyak pertanyaan, kenapa dirinya dipanggil. Namun Bu Dewi membuang fikiran buruknya, ia memilih langsung menuju ruangan Rio, agar pertanyaanya lekas terjawab.
*** Salah satu cara paling mudah untuk bahagia adalah, menyadari kenyataan yang ada, dan tidak terlalu berharap pada yang belum ada***
...****************...
#Terimakasih buat yang udah mampir, jangan lupa dukung terus karya author, dan juga tinggalkan jejak yah, Like, comen, vote, dan kasih gift. Jangan lupa juga tekan ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 326 Episodes
Comments