Hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Alexander untuk berkumpul bersama akhirnya terwujud juga. Tepatnya dini hari, Keluarga Fino Alexander tiba di kediaman Darren Alexander. Darren dan Ziva begitu antusias menyambut kedatangan mereka.
Adelio turut menyambut mereka, sedangkan Adelia sudah terbuai mimpi di tempat ternyaman nya. Mereka semua mulai saling melepas rindu bersama. Berpelukan, bercengkrama diiringi gelak tawa bahagia.
"Kurang lebih 3 tahun aku tak berkunjung ke rumah ini" ucap Fino tersenyum sambil merangkul saudaranya.
"Ya, semenjak kematian mama 8 tahun yang lalu, kau bahkan seperti tak ingin lagi menginjakkan kaki mu di kediaman ku" ucap Darren.
"Jangan berkata seperti itu! lihatlah, sekarang aku mengunjungi mu bersama keluarga ku. Asal kau tahu, aku belum bisa melupakan kenangan mama di rumah ini" ucap Fino sambil menepuk pundaknya.
"Banyak kenangan yang kita lalui bersama mama di rumah ini" ucap Darren mengangguk.
"Ya benar, aku jadi merindukan sosok mama" ucap Fino tersenyum.
"Mbak Milan, lama tak berjumpa" ucap Ziva dengan mata berkaca-kaca, sambil mengulurkan tangannya.
Milan hanya mampu tersenyum dengan perasaan haru yang sedang menyelimutinya bisa berkumpul bersama keluarganya. Mereka akhirnya saling berpelukan.
Morgan memilih berhambur memeluk Adelio.
"Kau semakin tampan dan gagah kak Lio. Oh iya, Kak Lia mana? aku tidak melihatnya" ucap Morgan sambil memicingkan matanya mencari keberadaan Adelia.
"Lia sudah tidur, dia pikir esok lusa kau baru datang" ucap Adelio.
"Ooh, tak apa..aku akan mengejutkannya esok hari dan tak masalah sedikit menjaili nya" ucap Morgan tersenyum, lalu melepaskan pelukannya.
"Jangan coba-coba menjaili Lia, ingat itu!" ucap Adelio dengan penekanan.
"Aku cuman bercanda kakak, hehehe... perhatian banget sih sama kembarannya" ucap Morgan cengengesan.
"Bibi, aku merindukanmu" ucap Morgan lalu kembali menghambur memeluk Ziva, bibi nya.
"Bibi juga merindukan mu, kau sudah tumbuh besar dan semakin tampan saja" ucap Ziva yang juga memeluk ponakannya yang selalu ia anggap sebagai anaknya sendiri.
"He he he. ... makasih bibi" ucap Morgan tersenyum.
Adelio juga melakukan hal yang sama kepada Milan, bibi nya.
"Malfin banyak cerita tentang mu nak, katanya kamu begitu hebat dalam berbisnis" ucap Milan tersenyum yang memuji kesuksesan ponakannya.
Adelio ikut tersenyum hangat.
"Malfin tidak berangkat bersama kalian?" tanya Adelio.
"Tidak nak, Dia masih dalam perjalanan. Mungkin sekitar dua jam lagi dia akan tiba" ucap Milan.
Mereka lalu duduk bersama dengan suguhan minuman hangat beserta cemilan tersaji di atas meja. Lama mengobrol bersama, mereka lalu memilih bubar untuk beristirahat di kamar tamu yang sudah disediakan untuk mereka jauh-jauh hari.
"Selamat malam semuanya" ucap Morgan lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya. Diikuti dengan yang lainnya.
Sementara Adelio memilih ke teras depan untuk mengangkat panggilan masuk di ponselnya.
"Apa semuanya sudah kau dapatkan" ucap Adelio dingin.
"Sudah ketua, saya baru saja mengirimkan identitas orang itu ke email anda" ucap seseorang di ujung telepon.
"Bagus, nanti ku cek email ku. Dan lanjutkan kembali misi selanjutnya" ucap Adelio lalu segera mematikan sambungan teleponnya.
Pandangan Adelio tak sengaja tertuju pada seorang pemuda yang berjalan di halaman rumahnya, diikuti dua penjaga yang sedang menarik koper besar.
"Adelio" teriak orang itu.
"Malfin....ya Malfin" teriak Adelio sambil berjalan menghampirinya.
"Ternyata bos besar sedang menyambut kedatanganku rupanya" ucap orang itu yang tidak lain adalah Malfin.
"Aku tidak menyambut kedatangan mu, aku cuman cari angin segar" ucap Adelio sinis.
Malfin langsung merangkulnya dan tak lupa menepuk-nepuk pundak nya.
"Tak perlu beralasan tuan Adelio" ucap Malfin tersenyum tipis.
Adelio ikut memukul dadanya, lalu mereka saling berpelukan dan tertawa bersama.
"Mana yang lainnya" ucap Malfin sambil merangkul Adelio.
"Mereka sudah beristirahat dan tak ingin menunggumu" ucap Adelio lalu berjalan terlebih dahulu memasuki kediamannya.
"Ya sepertinya begitu....aku pun butuh istirahat sekarang" ucap Malfin yang mengekor di belakang Adelio.
"Gunakan kamar yang biasa, anggap saja rumahmu sendiri" ucap Adelio lalu memilih masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai empat.
"Siap bos ku" ucap Malfin lalu mengambil alih kopernya dari penjaga.
"Kalian boleh pergi" ucap Malfin.
"Baik tuan" ucap kedua penjaga itu, lalu undur diri dari hadapan Malfin.
Pelayan wanita yang berdiri di samping pintu segera menutup kembali pintu utama dan menguncinya cepat.
Malfin bergegas masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai tiga, di mana kamar tamu yang selalu ia gunakan saat berkunjung di kediaman pamannya.
Adelio memasuki kamarnya dan tak lupa menguncinya. Adelio menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu duduk di sofa dalam kamarnya.
"Aku harus lebih hati-hati mulai sekarang, orang-orang semakin gencar mengusik keluargaku" ucap Adelio. Karena dirinyalah sosok tertua dalam keluarganya.
Adelio kembali mengirimkan pesan kepada anak buahnya.
'Jalankan misi kalian; Hancurkan seluruh bisnis terlarang di kota ini'
Seperti itulah kira-kira pesan yang dikirimkan Adelio kepada anak buahnya
*****
Sementara di tempat lain.....
Tampak pemuda tampan baru saja habis melakukan aktivitas ranjang bersama wanitanya di sebuah kamar hotel bintang lima.
"Itu imbalan mu, jangan pernah muncul di hadapanku" ucap Pemuda itu dingin yang hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya.
"Baik tuan muda, terima kasih... terima kasih" ucap wanita muda itu sambil memakai kembali pakaiannya.
Setelah mengambil imbalannya, wanita itu bergegas keluar dari kamar hotel tersebut, dan diperkirakan dia tak akan pernah muncul di hadapan pemuda yang dia anggap sebagai tuan muda.
"Victor" teriak pemuda itu.
"Ya tuan muda" ucap seseorang dari luar dan dengan cepat bergegas masuk menghampiri tuan mudanya.
"Siapkan mobil! aku ingin kembali ke mansion. Adikku pasti menunggu ku" ucap pemuda itu.
"Baik tuan muda" ucap Victor. Kemudian segera menjalankan perintah tuan mudanya.
Sedangkan pemuda tampan itu, memilih mengenakan pakaiannya.
*****
"Apa kau sudah dapatkan identitas pemuda tadi?" ucap Rania sambil mondar-mandir di dalam kamarnya.
"Belum tuan putri, anggota The Posse masih berusaha meretas identitas pemuda tadi" ucap bodyguardnya.
"Aku tidak terima Sharon mati ditangan pemuda itu, aku pun harus balas dendam atas kematian Sharon. Min, persiapkan dirimu, besok kita akan menjalankan misi kita melenyapkan seluruh anggota keluarga Alexander" ucap Rania enteng dengan seringai licik diwajahnya.
"Permisi nona muda" ucap pelayan wanita diambang pintu.
"Ada apa" ucap Rania sambil bersikadap.
"Tuan muda baru saja tiba, dia ingin bertemu anda" ucap pelayan wanita.
"Hemm" ucap Rania.
"Beristirahatlah Min, aku ingin temui kakakku" ucap Rania.
"Baik tuan putri" ucap Min lalu segera keluar dari kamar majikannya.
Rania segera melangkahkan kakinya untuk menemui kakaknya.
"Kakak baru pulang di larut malam seperti ini" ucap Rania bertolak pinggang di ujung tangga.
"Ya, aku habis lembur" elak Raka diselingi senyuman menawannya.
"Ooh"
Jangan sampai Rania tahu kehidupan malam ku selama ini. Batin Raka.
Rania bergegas duduk di samping kakaknya.
"Apa kau terluka?" tanya Raka khawatir sambil memeriksa kondisi tubuh adiknya.
"Aku baik-baik saja, aku sama sekali tidak terluka" ucap Rania.
Raka merasa lega dengan ucapan adik kesayangannya.
"Kau habis berurusan dengan siapa? sampai-sampai salah satu bodyguard mu tewas. Aku bahkan begitu sulit mencari bodyguard handal untuk mu" ucap Raka dengan penuh selidik.
"Aku sama sekali tidak tahu orang itu" ucap Rania yang memang tidak tahu wajah Adelio seperti apa. Dia hanya tahu nama anak Darren dan Ziva tanpa mengetahui wajah aslinya.
"Apa kau membutuhkan bantuan ku untuk menangkap orang itu?" ucap Raka tersenyum.
"Tak perlu, orang ku sedang berusaha meretas identitasnya" ucap Rania.
"Tuan.....tuan muda....tuan muda" ucap Viktor begitu panik menghampiri majikannya.
"Ada apa bodoh!" ucap Raka yang bangkit dari duduknya.
"Anu tuan muda..Kebakaran....kebakaran.....Club RR dan Pabrik obat-obatan terlarang anda mengalami kebakaran" ucap Victor sambil menunduk.
"APA!" ucap Raka sambil mengepalkan tangannya.
Bersambung.....
Jangan lupa dukung author ya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Airin Nur Hafizah
jgn raka deh sdh celap CELOP
2022-06-05
0
Mardi Anah
kira2 siapa ya ya calon Adelia ya apa morgan atau Kendrik
2022-05-29
0
Fatma
semangat thor 😊
2022-03-19
0