Seseorang misterius diam-diam mengikuti Adelia, dilihat dari penampilannya sepertinya orang itu seorang lelaki. Adelia yang merasa sedang diikuti segera mempercepat langkahnya menuju ruangannya.
Saat tiba di depan pintu ruangannya, Adelia bergegas masuk dan tak lupa menguncinya cepat. Adelia bersandar di belakang pintu sambil berpikir sejenak.
Orang itu mencurigakan, apa sebenarnya yang dia inginkan. Batin Adelia.
Tampak orang itu sudah berdiri di depan pintu ruangan Adelia, Orang itu kembali melihat situasi di sekelilingnya. Setelah merasa aman, dia pun mengeluarkan kawat kecil dari balik jaketnya untuk membobol pintu ruangan tersebut.
Tak butuh waktu lama, kurang lebih 2 menit, orang itu berhasil membobol pintu ruangan Adelia.
Ceklek
Orang itu menyeringai yang berhasil membuka pintu ruangan tersebut, orang misterius itu segera masuk ke ruangan untuk mencari keberadaan Adelia.
"Kemana perginya gadis itu" ucapnya pelan sambil menatap di sekelilingnya.
Suasana ruangan tampak sepi dan sama sekali tidak menunjukkan batang hidung Adelia, entah kemana perginya gadis itu.
"Gadis cantik keluarlah, aku hanya ingin menjadi pasienmu"ucap orang misterius itu sambil melangkah mencari keberadaan Adelia.
Tak ada jawaban dari siapapun, orang itu kembali mengamati di setiap sudut ruangan itu. Terdapat empat sekat ruangan kecil beserta pintunya yang berjejer di samping pintu masuk.
"Aku yakin, kau berada di salah satu ruangan itu cantik"ucapnya kembali sambil menyeringai.
Orang itu mondar-mandir di depannya, sambil menodongkan pistolnya di setiap pintu.
"Cepat keluarlah cantik! kau masih bisa bernegosiasi denganku, sebelum aku menghabisi nyawamu" ucap orang misterius itu dengan seringai licik diwajahnya.
Brukk
Pintu ruangan itu langsung terbuka lebar hingga orang misterius itu meringis kesakitan yang berhasil mengenai batang hidungnya.
"Sial" ucapnya kesal sambil memegangi pangkal hidungnya yang mengeluarkan darah segar.
Tampak gadis bercadar dengan pakaian muslimah nya yang tidak lain adalah Adelia, berdiri tegak di hadapan orang misterius itu.
"Ada yang bisa saya bantu?"ucap Adelia dingin yang sama sekali tidak ada rasa takut dalam benaknya.
Orang itu langsung menodongkan pistolnya ke kepala Adelia. Adelia secepat kilat memegangi tangannya dan langsung mengunci pergerakan orang misterius itu. Pistol yang dipeganginya tergeletak di lantai.
Adelia langsung melayangkan tendangannya di area lutut orang misterius itu hingga bersimpuh di kakinya.
"Cepat katakan! siapa yang mengutus mu untuk membunuhku"ucap Adelia yang masih mengunci pergerakan orang itu.
"Kau tak perlu mengetahuinya cantik" ucap orang itu sambil menatap pistol tak jauh darinya.
Adelia menghembuskan nafasnya dengan kasar saat mendengar langkah kaki seseorang yang begitu ia kenali memasuki ruangannya.
"Biar kami yang membereskan orang itu nona" ucap ketiga lelaki berbadan kekar yang baru saja berada dalam ruangan itu. Mereka merupakan anak buah Darren yang selalu di utus untuk mengawasi putrinya di rumah sakit.
Sementara di sebuah bangunan apartemen 30 lantai menjulang tinggi yang bersebelahan dengan rumah sakit Adelia, tampak seseorang sedang mengintai Adelia dari balik jendela apartemennya menggunakan teropong.
Orang itu mampu menyaksikan suasana ruangan Adelia melalui dinding kaca anti peluru, lewat teropong yang dia gunakan.
"Bodoh" ucapnya sambil mengepalkan tangannya.
Orang itu segera melancarkan aksinya, dia pun mengambil senapan panjangnya kemudian di arahkan kepada sasarannya. Orang itu mulai membidik sasarannya, setelah sesuai target dia pun langsung menarik pelatuknya.
Dor
Dor
Dor
Tiga kali tembakan membuat dinding kaca anti peluru ruangan Adelia sedikit retak.
Adelia dan lainnya langsung mengalihkan pandangannya ke arah dinding retak tersebut.
Ketiga Bodyguard tersebut segera menghambur melihat kearah luar untuk melihat pelaku penembakan tersebut. Tampak lelaki bertopeng menurunkan jempolnya yang sedang meremehkan bodyguard tersebut, lalu menarik tirai jendelanya.
Para bodyguard Darren hanya mampu mengepalkan tangannya. Dia harus segera menangkap orang itu yang berusaha mencelakai nona mudanya.
Sedangkan orang misterius itu segera memberontak dan langsung mendorong tubuh Adelia hingga terjerambah ke dinding tembok. Orang misterius itu langsung mengambil pistol kemudian kembali diarahkan kepada Adelia.
"Jangan ada yang bergerak" ucap orang itu yang sedang menodongkan kembali pistolnya kearah Adelia.
Ketiga bodyguard Darren saling lirik dan langsung menyergap orang misterius itu.
Dor
Dor
Orang itu berhasil menembak ke arah Adelia, untungnya Adelia segera menghindar, hingga patung lilin disampingnya yang menjadi sasarannya.
Kedua bodyguard tersebut langsung menyeret paksa orang misterius itu keluar dari ruangan tersebut, yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan kepada nona mudanya.
"Pak tolong rahasiakan masalah ini dari keluarga ku, aku tidak ingin mereka semua mengkhawatirkan ku, terutama ayahku" ucap Adelia kepada salah satu bodyguard ayahnya yang sedang membereskan patung lilin tersebut.
"Tapi nona, saya tidak bisa..." ucap bodyguard itu yang tidak melanjutkan ucapannya.
"Pak kali ini saja" potong Adelia.
"Ehh, baiklah nona, saya akan merahasiakan masalah ini" ucap Bodyguard tersebut. Kemudian membereskan kekacauan di ruangan itu. Setelah semuanya beres, bodyguard tersebut undur diri dari hadapan nona mudanya.
Adelia menghembuskan nafasnya dengan kasar, saat mendapati kedua sahabatnya memasuki ruangannya.
"Apa yang terjadi Adelia, apa kamu terluka?" ucap Delisa yang merupakan sahabatnya yang begitu mengkhawatirkan sahabatnya.
"Iya Adelia, kamu baik-baik saja kan" ucap Olivia.
"Lihatlah, aku sama sekali tidak terluka. Aku baik-baik saja" ucap Adelia sambil tersenyum dibalik cadarnya.
Delisa dan Olivia segera menghambur memeluk sahabatnya. Adelia hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang terlalu berlebihan kepadanya.
"Kalian terlalu mengkhawatirkan ku, sudah, lanjutkan tugas kalian, banyak pasien yang menunggu kalian. Aku juga ingin memeriksa pasien ku" ucap Adelia tersenyum lalu melepaskan pelukannya.
"Siap big bos" ucap mereka kompak lalu segera meninggalkan ruangan Adelia.
Sedangkan Adelia kembali merapikan jas putihnya yang sedikit berantakan, akibat melawan penjahat tadi. Setelah itu, dia pun bergegas menuju ruangan para pasien untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang dokter.
Hanya beberapa menit, anak buah Adelio berhasil menangkap lelaki penembak tadi. Mereka semua segera membawa lelaki bertopeng itu ke markas besarnya.
Tidak butuh waktu lama, mereka menjalankan tugasnya dengan baik sesuai perintah ketuanya, yakni selalu diutus untuk mengawasi kembaran ketuanya.
Mereka harus siap mendapatkan hukuman, jika melalaikan tugasnya. Dan siap berkorban demi keselamatan keluarga ketuanya.
Sementara di perusahaan Adelio group....
Adelio mengepalkan tangannya yang beberapa menit lalu mendapatkan kabar percobaan pembunuhan kembarannya. Adelio sangat marah besar mendengar kabar tersebut, dia sendiri yang harus menghabisi orang yang sudah berani-berani mengusik keluarganya, hingga melakukan percobaan pembunuhan kepada kembarannya.
"Ini tidak bisa di biarkan, cari pelaku utamanya Kendrick! Aku tidak akan pernah membiarkan mereka lolos dariku!" ucap Adelio dengan rahang mengeras yang siap menghancurkan apapun disekitarnya.
Sementara Kendrick (anak pasangan Jones dan Rissa) yang merupakan tangan kanannya sekaligus sekretaris nya hanya mampu mengiyakan seluruh ucapannya.
"Siap ketua" ucap Kendrick dengan hati-hati. Apalagi mood atasannya sedang tidak baik saat ini.
"Siapkan mobil, kita segera ke markas" ucap Adelio yang memilih menghentikan pekerjaannya.
"Baik ketua" ucap Kendrick dengan penuh hormat, lalu segera menjauh untuk menghubungi supir pribadi atasannya agar segera menyiapkan mobil.
Tak berselang lama kemudian, Kendrick kembali menghampiri atasannya, bahwa mobil sudah siap membawanya ke markas The Lion X.
Adelio segera bangkit dari kursi kebesarannya. Kendrick dengan penuh hormat kembali membantunya mengenakan jasnya. Setelah itu, mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan penguasa perusahaan Adelio group.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang siap membawanya ke markas besarnya. Adelio hanya mampu menyilangkan kedua tangannya yang tengah bersandar di sandaran kursi belakang.
Mobil melaju kencang membelah jalanan kota menuju markas besarnya. Seorang pengendara motor sport tampak ugal-ugalan berkendara di depannya yang begitu lihai menguasai jalan raya.
Supir pribadi Adelio begitu kesal dengan pengendara motor di depannya, karena mampu mengurangi laju mobilnya. Supir itu terus saja menyalip untuk segera menghindari motor di depannya.
"Tabrak saja pengendara motor itu, jangan biarkan dia menghalangi jalanmu" ucap Adelio dingin dengan sorot mata tajamnya.
"Baik tuan" ucap supir pribadinya dan langsung melancarkan aksinya.
Brum
Brum
Brukk
Si pengendara motor itu tampak oleng dan langsung menabrak pembatas jalan, tubuhnya tergeletak di aspal panas. Sebuah minibus dari arah berlawanan semakin cepat lajunya yang beberapa meter saja akan menabraknya.
"Argghh, sial" ucap pengendara motor itu dan segera bangkit untuk mengambil motornya.
Cieeeet
Minibus itu berhenti tepat sasaran dan begitu terkejut yang hampir saja menabrak seseorang. Sedangkan si pengendara motor itu, segera kembali melajukan motornya untuk mengikuti si pengendara mobil yang hampir mencelakai nyawanya.
Bersambung....
Terima kasih yang sudah mampir 🙏🙏🙏
Jangan lupa dukungannya, like, love, komen dan vote yang sebanyak-banyaknya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mardi Anah
pasti anak buah Rania atau Raka yg pengen Adelia mati seruu deh
2022-05-28
0
Fatma
lanjut
2022-03-19
0
Happyy
💖💖
2022-02-18
0