Sebuah mansion mewah dengan tiga lantai dan banyaknya pria bertubuh kekar tampak melakukan penjagaan di pekarangan mansion. Penjagaan yang super ketat juga terjadi di gerbang utama, tak seorang pun berani masuk ke dalam mansion mewah tersebut sebelum mendapatkan pemeriksaan, kecuali keluarga atau kerabat dekat dari pemilik mansion mewah tersebut.
Terlihat para pekerja begitu giat melakukan pekerjaannya. Di dalam mansion para pelayan wanita beserta chef profesional mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk si tuan rumah.
Tampak wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan balutan muslimah berjalan menuju lift dalam hunian mewahnya, dua sosok pelayan wanita kembali menghampirinya.
"Apa packingan barang-barang yang kemarin telah kalian selesaikan?" ucap wanita paruh baya itu yang memperjelas kepada pelayanannya.
"Sudah nyonya, hanya saja... kami tak berani menyentuh barang-barang tuan muda" ucap pelayan wanita itu dengan penuh hormat.
"Ooh, Ya sudah, kalian lanjutkan kembali pekerjaan kalian" ucap Wanita paruh baya itu.
"Baik nyonya" ucap pelayan wanita itu lalu undur diri.
Wanita paruh baya itu kemudian masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai tiga. Tampak foto dan lukisan berukuran besar berjejer rapi di dinding tembok pada lantai yang dia tuju.
"Aku tak menyangka foto masa kecil anak-anak ku masih memenuhi dinding ini. Aku pikir pelayan wanita sudah memindahkannya" ucap wanita paruh baya itu sambil tersenyum.
"Pagi mom" ucap seorang pemuda dan langsung mencium pipi kanannya.
"Pagi sayang" ucap wanita paruh baya itu dengan penuh kasih sayang.
"Mama pasti mau bangunin kak Malfin ya?" ucap pemuda itu.
"Kok tau sih yang akan mama lakuin, mama tak tahu pukul berapa kakakmu tiba di rumah. Mama agak kasian jika membangunkannya secepat ini. Terus, ngapain kamu di sini?" ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman menghiasi bibirnya.
"Morgan, mau ambil berkas yang sempat papa titipkan pada kak Malfin ma" ucap pemuda itu yang bernama Morgan.
"Kalau begitu kita sama-sama ke kamar kakak kamu" ucap wanita paruh baya itu sambil menarik tangannya.
"Tak perlu ma, biar Morgan yang bangunin kakak. Sebaiknya mama temui saja papa, sempat papa butuh bantuan mama" ucap Morgan tersenyum.
"Baiklah, mama ke bawah dulu" ucap wanita paruh baya itu.
Morgan hanya mengangguk, lalu segera berjalan menuju kamar kakaknya.
Wanita paruh baya itu adalah Milan dan pemuda yang baru saja diajaknya bicara adalah putra bungsunya, dan kalian pasti tahu bahwa dia adalah Morgan Alexander.
Aroma parfum maskulin tampak menyeruak di indera penciuman dalam sebuah kamar yang begitu mewah dan super bersih. Morgan dengan hati-hati membuka pintu kamar yang tidak di kunci itu, lalu menyelonong masuk.
"Mengapa kebiasaan buruk mu belum juga hilang Gan" ucap suara bariton seseorang yang tengah menatap intens Morgan.
"Maaf, aku lagi buru-buru. Aku pikir kakakku belum bangun" ucap Morgan cengengesan, lalu segera mengambil berkas di atas meja. Kemudian segera keluar dari kamar tersebut.
Pemuda yang dipanggil kakak adalah Malfin Alexander, putra tertua dari pasangan Fino Alexander dan Milan Anastasia. Malfin mengerutkan keningnya melihat tingkah laku adiknya yang terlihat buru-buru keluar dari kamarnya.
Malfin memilih berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Tak butuh lama, Malfin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Pemuda itu terlihat segar dan selalu saja memancarkan pesona ketampanan yang tiada tara, tampan, berkharisma yang selalu saja digilai oleh gadis-gadis di luaran sana.
Malfin melangkahkan kakinya memasuki ruang ganti, Malfin mulai memilih setelan jas yang cocok untuknya, lalu segera memakainya.
Malfin tipikal pria yang cinta kebersihan dan tak suka barang-barang nya di sentuh oleh orang lain termasuk adiknya sendiri. Namun, ia pun terkadang memaklumi sikap adiknya yang terkadang ceroboh, karena Malfin begitu menyayanginya.
Sikapnya yang dingin, arogan dan tak mudah bergaul dengan siapapun. Sehingga sosok Malfin begitu disegani oleh seluruh pekerja dikediaman orang tuanya. Namun sikapnya terkadang menjadi hangat dengan orang-orang terdekatnya.
"Terhitung esok lusa paman Darren akan mengadakan pesta di kediamannya. Apa mama dan papa sudah melakukan persiapan untuk keberangkatannya ke negara A. Astaga, aku bahkan tidak sempat kepikiran akan mengunjungi paman. Sungguh aktivitas ku akhir-akhir ini membuatku sangat sibuk dan sedikit pelupa" ucap Malfin sambil merapikan tatanan rambutnya.
Malfin kembali menyambar ponselnya untuk menghubungi seseorang.
"Aku akan berangkat 15 menit lagi, urus semuanya Niko" ucap Malfin yang sedang menghubungi bawahannya.
"Siap tuan" ucap seseorang di ujung telepon.
Malfin mengakhiri panggilannya, kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.
Para pelayan wanita yang berpapasan dengannya hanya mampu menundukkan pandangannya dan sama sekali tak berani untuk menatapnya sesaat.
Malfin memasuki lift kaca yang transparan dalam kediamannya. Ia mampu menyaksikan para pelayan yang begitu sibuk bekerja di kediaman orang tuanya.
Keluarganya sudah berkumpul di meja makan, Malfin segera melangkahkan kakinya menghampiri mereka.
"Pagi ma, pa" ucap Malfin yang menyapa kedua orang tuanya.
Papa nya hanya mampu menaikkan alisnya sebagai sapaan akrabnya.
"Pagi nak, ayo duduk. Mama akan siapkan sarapan spesial untuk anak tertua mama" ucap Milan tersenyum.
Morgan hanya mampu tergelak tawa mendengar ucapan mamanya. Sedangkan Malfin melirik tajam adiknya.
Morgan dengan cepat menaikkan salah satu tangannya, bahwa dia tidak melakukan apa-apa. Dia tidak ingin kena marah oleh kakaknya, bisa-bisa pekerjaannya tak kunjung usai.
Mereka mulai menikmati sarapannya tanpa adanya obrolan. Setelah selesai sarapan bersama, mereka kembali berjalan bersama-sama menuju pintu utama. Milan selalu mengantar mereka hingga di pintu utama.
"Papa akan memboyong kalian semua ke negara A. Persiapannya benar-benar selesai, nanti malam kita akan berangkat ke negara A" ucap Fino tersenyum yang sedang merangkul Milan.
"Aku pikir esok lusa pa, soalnya nanti malam aku ada janji dengan klien ku" ucap Malfin.
"Terserah kamu saja, papa sudah menyiapkan keberangkatan kita nanti malam" ucap Fino.
"Baiklah pa, setelah acara pertemuan ku selesai, aku akan menyusul kalian" ucap Malfin.
"Hemm baguslah" ucap Fino.
"Mama, papa...aku berangkat ke kantor" ucap Morgan lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Iya nak, hati-hati di jalan, jangan telat makan" ucap Milan tersenyum.
Morgan hanya mampu mengucapkan ok lalu segera masuk ke dalam mobil kakaknya.
"Aku berangkat" ucap Malfin yang juga melakukan hal yang sama seperti adiknya yakni menyalami tangan kedua orang tuanya.
Setelah melihat kepergian anak-anaknya, sekarang giliran Fino yang berpamitan kepada istrinya.
"Aku berangkat dulu sayang" ucap Fino lalu mencium kening istrinya.
"Iya mas, ini bekal mu" ucap Milan tersenyum.
"Terima kasih" ucap Fino lalu mengambil kotak bekalnya yang sedari dulu disiapkan oleh istri tercinta nya.
Disepanjang jalan, Malfin hanya duduk diam di kursi belakang. Sedangkan Morgan mulai mengobrol tak jelas dengan bawahan Malfin.
Sesekali Malfin berdengus kesal mendengar obrolan mereka yang tak ada habisnya hingga tiba di perusahaan Malfin.
"Periksa semua laporan keuangan pagi ini" ucap Malfin lalu turun dari mobilnya.
"Apa aku tidak salah dengar Nik, kakakku sepertinya ingin membunuh ku secara perlahan"ucap Morgan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Makanya jangan selalu barengan sama tuan, beginilah akibatnya" ucap Niko.
"Kamu juga, yang selalu pancing aku untuk membahas karyawan baru itu" ucap Morgan sambil memukul kecil kepalanya.
"Oke berarti kita sama-sama salah, nanti aku membantu mu bersama kembaran ku" ucap Niko.
Morgan dan Niko kemudian berpelukan bersama.
Sementara Malfin dengan penuh wibawa dan kuasa memasuki kantornya. Seluruh karyawan hanya mampu membungkukkan badannya dengan hormat melihat kedatangan atasannya.
Malfin terlihat acuh lalu masuk ke dalam lift khusus yang akan membawanya ke lantai tertinggi di mana ruangannya berada.
Bersambung.....
Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Mardi Anah
wah keluarga Adelio hebat2 ya apakah keluarga mereka itu kompak yaa
2022-05-29
1
Fatma
lanjut
2022-03-19
0
Dewi
lanjut
2022-02-24
0